Jadi juara tingkat nasional karena dianggap punya pelayanan terbaik bagi calon dan para pembudidaya ikan di Banyumas
Tiap daerah setingkat kabupaten memiliki unit pelayanan pengembangan perikanan (UPP). Lembaga ini dibentuk dan bekerjasama dengan dinas untuk memberikan pelayanan bagi para pelaku usaha perikanan. Anggotanya terdiri dari kelompok pembudidaya di daerah tersebut. UPP juga berperan dalam penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka bertugas menyeleksi pelaku atau kelompok mana saja yang layak menerima bantuan.
Menarik melihat sepak terjang UPP Mina Mas di Kabupaten Banyumas, Jateng. Selain membimbing para pelaku budidaya, UPP ini juga gencar membina calon pensiunan untuk terjun ke bisnis perikanan. Tentu saja bukan hanya itu yang menjadi alasan UPP Mina Mas menjadi Juara UPP Tingkat Nasional 2009.
Perekrutan
Menurut Didit Budi Santosa, Wakil Ketua UPP Mina Mas, langkah yang dilakukan dalam menjaring pelaku usaha baru adalah dengan menggandeng Dinas Pendidikan Banyumas. Mereka yang sebentar lagi memasuki purnatugas dilatih menjadi wira usahawan perikanan. Setiap tahun ada puluhan calon pensiunan dari instansi pemerintah tersebut yang mengikuti pelatihan.
“Ya kami ingin terus mengajak untuk lebih banyak lagi yang terjun ke bisnis perikanan, sebab bisnis ini begitu menjanjikan. Ini juga untuk menggairahkan perikanan Banyumas sejalan ditetapkannya Banyumas sebagai minapolitan gurami. Ke depannya kami juga akan menjalin kerjasama dengan dinas lain,” jelasnya kepada AGRINA.
Usaha perikanan, terutama gurami di kabupaten berjargon “Satria” itu, memang cukup menjanjikan. Khusus untuk pembenihan saja, pelaku usaha di kabupaten yang terkenal dengan tempe mendoan ini bisa mendapat pemasukan minimal Rp100 ribu per panen. Atau bila ditotal dalam sebulan Rp1,5 juta bersih langsung masuk kantong. Malah tak sedikit yang mampu meraih untung bersih Rp3,5 juta per bulan.
Pakan Limbah
Diakui Didit, perekruta pelaku usaha baru merupakan fungsi sampingan didirikannya UPP Mina Mas. Sejatinya, tugas utama UPP adalah membina pembudidaya meraih hasil maksimal. Termasuk di dalamnya transfer ilmu dan teknologi budidaya. “Kita ingin pembudidaya melakukan usaha dengan ilmu dan teknologi. Sementara ini ‘kan budidaya ikan masih sekadar sampingan, ke depan kita ingin merubahnya menjadi profesi,” ungkapnya.
Untuk mendorong peningkatan hasil yang didapat pelaku usaha, UPP Mina Mas membentuk Koperasi Serba Usaha atau KSU Mina Banyumas. Koperasi ini terdiri atas enam unit usaha, yaitu unit perdagangan ikan, sarana produksi, pellet murah, olahan, dan simpan pinjam.
Khusus divisi pellet, KSU menjalin kerjasama dengan Unsoed, Purwokerto, melakukan penelitian dalam mendapatkan pakan alternatif murah. Hasilnya, tercipta produk pakan murah berkualitas dari limbah. Bahan mubazir seperti telur tidak subur dan bibit ayam umur sehari afkir dari industri penetesan ayam di Kecamatan Rawalo digunakan sebagai bahan dasarnya.
Arief Sugiyo, Kepala Bidang Usaha dan Pembiayaan KSU, mengatakan, permintaan pellet buatan KSU telah mencapai 4 kuintal per hari. Terdiri dari pellet untuk ikan gurami, lele, dan nila. Harga pellet tersebut berkisar Rp3.500—Rp4.000 per kg, jauh lebih murah ketimbang pakan pabrikan yang harganya Rp7.000 per kg. “Memang baru sebagian kecil pembudidaya yang terlayani untuk pembelian pakan alternatif ini karena memang kita masih memproduksinya dalam skala kecil,” ungkapnya.
Ke depan, lanjut Arif, bukan hanya limbah industri peternakan saja digunakan, tapi juga limbah pengolahan ikan. Di Banyumas, terdapat sentra olahan ikan pindang di Kecamatan Jatilawang. Selama ini bagian kepala, duri, dan jeroan ikan hanya dibuang begitu saja. “Meski pun limbah, bahan-bahan tersebut memiliki kualitas protein tinggi. Jadi kualitas pellet kami sudah pasti proteinnya sama dengan pellet pabrikan,” tandas Arif.
Perbankan
Divisi lain dari KSU juga punya kinerja bagus. Divisi simpan pinjam misalnya. Selain memberi kemudahan ke pelaku usaha untuk meminjam modal, divisi ini pun menfasilitasi ke perbankan. “Kami memberi rekomendasi dan masukan kepada perbankan, pelaku usaha atau kelompok mana saja yang layak untuk dibantu,” jelas Didit.
Sedangkan unit perdagangan ikan bertugas menyerap hasil panen pembudidaya ikan. Aturan mainnya cukup sederhana, KSU membeli ikan petani dengan selisih Rp5.000 dari total hasil panen. Patokan harga disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku. Keuntungan bagi petani tentu tak perlu repot lagi mencari pasar. Kelebihan harga tersebut, lajut Didit, disimpan untuk kas KSU.
Koperasi yang berdiri dua tahun lalu ini juga menyediakan sarana produksi perikanan bagi para pembudidaya, seperti pakan pabrik, probiotik, jaring, sampai ember tersedia. Tentu juga dengan harga yang relatif lebih murah ketimbang harga di pasaran. “Kami sangat berharap petani bisa maju dan kesehteraannya meningkat. Bagaimana caranya kita upayakan dengan modal lebih murah mereka bisa mendapatkan hasil lebih besar,” tutur Didit
Selamet Riyanto