Pada 2009, Pusat Perizinan dan Investasi (PPI), Deptan, mencatat 36 merek pupuk hayati yang beredar di pasaran.
Padahal, empat tahun silam, jumlahnya hanya lima merek. Ini fenomena menarik karena menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Menurut Prof. Dr. Iswandi Anas, Pakar Bioteknologi Tanah di IPB, dibandingkan pupuk kimia, pupuk hayati punya beberapa kelebihan. Antara lain, tidak mencemari lingkungan sehingga tidak merusak lingkungan. Pupuk hayati juga berperan menambah ketersediaan hara, meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman, dan melindungi tanaman dari penyakit.
Mikroba Positif
Tampaknya, penamaan “pupuk” terhadap pupuk hayati kurang cocok. Bukankah pupuk hayati sebenarnya tidak mengandung hara, seperti N (nitrogen), P (fosfor), atau K (kalium)? Menurut Iswandi, kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme yang berperan positif bagi tanaman. Jenis mikroba yang paling banyak dimanfaatkan adalah mikroba penambat N dan mikroba peningkat ketersediaan P dalam tanah.
Kelompok mikroba penambat N sudah sejak lama dikenal. Misalnya, yang bersimbiosis dengan tanaman antara lain Rhizobium sp. Sedangkan yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillum sp. dan Azotobacter sp. “Sekitar 70% kebutuhan N tanaman kedelai dapat disuplai oleh Rhizobium,” ucap Iswandi.
Beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber yang sukar larut ditemukan baik dari kelompok kapang atau fungi seperti Penicillium sp. dan Aspergillus sp., maupun dari kelompok bakteri misalnya Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
Mikroba lain yang cukup populer adalah mikoriza, yang terdiri dari dua kelompok utama, yaitu endomikoriza dan ektomikoriza. Mikoriza bersimbiosis dengan tanaman. Gampangnya, endomikoriza berarti mikoriza yang ada di dalam tanaman dan ektomikoriza adalah mikoriza yang ada di luar tanaman. Endomikoriza umumnya berupa fungi tingkat rendah, sedangkan ektomikoriza adalah fungi tingkat tinggi. Mikroriza memainkan peranan yang cukup rumit. Dia tidak hanya berperan membantu penyerapan hara P, tetapi juga melindungi tanaman dari serangan penyakit dan memberikan nutrisi lain bagi tanaman.
Mikroba yang juga sering digunakan sebagai pupuk hayati adalah mikroba perangsang pertumbuhan tanaman. Kelompok bakteri yang diketahui dapat merangsang pertumbuhan tanaman antara lain Pseudomonas sp. dan Azosprillum sp. Sedangkan kelompok fungi salah satunya adalah Trichoderma sp. ”Trichoderma harzianum juga dapat menghambat perkembangan penyakit ganoderma pada kelapa sawit,” jelas Iswandi.
Banyak Syarat
Lebih jauh Iswandi menuturkan, agar memudahkan dalam penyimpanan, transportasi, dan penggunaannya, pupuk hayati biasanya dimasukkan ke dalam bahan pembawa, yaitu gambut, kompos, zeolit, atau arang. ”Oleh karena pupuk hayati ini adalah makhluk hidup, maka agar bisa berfungsi dengan baik, mikrobanya harus hidup, mampu memperbanyak diri dalam tanah, serta mampu berkompetisi dengan mikroba tanah yang lainnya sehingga populasinya cukup tinggi untuk menunjukkan fungsinya,” tandasnya. Sekalipun mikroba itu hidup tetapi kalau tidak berkembang biak dan tidak mampu berkompetisi melawan mikroba lain di dalam tanah, lanjut dia, pastilah pupuk hayati ini tidak akan berfungsi dengan baik.
Agar lebih efektif, bahan pembawa mikroba harus cocok dan sebaiknya steril. Selain itu, lingkungan tumbuh mikroba (tanah) juga mesti menyokong perkembangan mikroba. Di dalam tanah wajib tersedia bahan organik sebagai sumber energi bagi mikroba, cukup air, dan aerasi tanahnya baik.
Singkat kata, penyimpanan dan penggunaan pupuk hayati harus memenuhi persyaratan sehingga mikrobanya bisa tetap hidup dan mampu berkembang biak. Dan yang jelas, sudah terdaftar di PPI, yang berarti pupuk hayati tersebut lulus uji mutu dan uji efektivitas.
Dadang WI