Imunostimulan dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik lantaran efektif mencegah penyakit.
Selain lipopolisakarida dan peptidoglikan (AGRINA Edisi 121), masih ada beberapa bahan yang dapat dijadikan imunostimulan (perangsang kekebalan) udang. Yaitu glukan, fukoidan, ekstrak herbal, astasantin (pigmen), bakterin, dan asam amino levulinik (ALA).
Glukan
Adalah senyawa polisakarida dari turunan dinding sel ragi. Selain glukan, ada komponen utama dinding sel ragi Saccharomyces cerevisiae yang juga bisa jadi imunostimulan nonspesifik, yaitu manan oligosakarida (MOS). Kedua bahan itu diberikan kepada udang setelah diekstrak terlebih dulu. Meski bisa menahan serangan Vibrio vulnificus, menurut Newman, glukan tidak tahan pada suhu di atas 130oC dan kurang dapat diandalkan untuk pencegahan penyakit white spot (WSSV).
Fukoidan
Merupakan turunan dinding sel alga. Takashi dan Newman telah meneliti kemungkinan pemanfaatan fukoidan terhadap serangan WSSV. Udang diberi perlakuan fukoidan murni (lebih dari 70%) dalam pakan. Dosisnya, 60 mg dan 100 mg per kg bobot badan udang per hari, selama 15 hari. Hari ke-4 setelah perlakuan, virus ditularkan melalui media air. Hasilnya, lebih dari 80% udang yang diberi fukoidan dapat bertahan.
Ekstrak Herbal
Ekstrak herbal bisa berasal dari bagian tanaman atau tanaman utuh. Herbal bisa direbus dengan pelarut tertentu seperti alkohol, dihaluskan, diperas, atau diuapkan. Beberapa jenis tanaman diketahui bersifat antivirus pada ikan dan udang. Namun, di antara ekstrak tanaman itu ada yang merangsang kekebalan sekaligus bersifat antivirus spesifik.
Pada 1998, Direkbusarakom menguji ekstrak etanol kompleks dengan polivinilpirolidon (PVP) dari dandang gendis (Clinacanthus nutans). Ekstrak diberikan melalui pakan untuk meningkatkan kekebalan terhadap serangan yellow head virus (YHV). Selain itu, ia juga menguji meniran (Phylanthus spp.) untuk melawan YHV. Hasilnya, ekstrak meniran membuat virus tidak aktif sehingga tidak menyebabkan penyakit.
Astasantin
Astasantin adalah turunan pigmen karotenoid (beta karoten). Yamada dan Kurmaly melaporkan, astasantin meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit, dan kondisi lingkungan yang kurang stabil. Kedua ahli udang itu mengujinya pada udang kuruma (Penaeus japonicus).
Bakterin
Pada 2006, Jadhav menguji bakterin vibrio (vaksin yang terbuat dari bakteri vibrio yang dimatikan). Bakterin Vibrio anguillarum sukses untuk memvaksin salmon. Bakterin itu juga bertindak sebagai imunostimulan pada udang. Pengaruh rangsangan kekebalan dilaporkan pada udang kuruma.
Asam Amino Levulinik
Penggunaan asam amino levulinik (ALA) sudah diuji di tambak milik CV Biotirta, Lampung. Dari uji PCR terdeteksi IHHNV dan WSSV. Kemudian diberi perlakuan ALA 10% (Geno-ALA) dengan dosis 0,5 ml per kg pakan. Aplikasi diberikan sejak umur 25—80 hari, setiap hari. Alhasil, penyakit tidak mewabah. Udang kemudian diuji PCR dan hasilnya negatif IHHNV maupun WSSV.
Banyak Faktor
Udang yang menerima imunostimulan menunjukkan peningkatan kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Vibrio anguillarum, V. salmonicida, Aeromonas salmonicida dan Streptococcus sp. Juga terhadap infeksi virus, seperti IHN (Infectious Hematopoetic Necrosis), YHV, parasit Loma marhua dan kutu laut.
Namun, imunostimulan tidak meningkatkan daya tahan terhadap bakteri Renibacterium salmoninarum, Pseudomonas piscicida, dan Edwardsiella ictaluri. Bakteri-bakteri tersebut tahan terhadap fagositosis dan dapat hidup dalam makrofag.
Sistem kekebalan pada udang dipengaruhi beberapa faktor. Seperti mutu air, penyakit, mikotoksin, probiotik, imunostimulan, pigmen, vitamin, mineral, dan genetik. Imunostimulan terbukti cukup efektif mencegah penyakit dan dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik pada budidaya udang.
Ada tiga cara aplikasi imunostimulan, yaitu perendaman, diberikan melalui oral (dicampur pakan), dan penyuntikan. Aplikasi imunostimulan harus tepat dosis, tepat jenis, dan tepat waktu sehingga harus dipilih jenis yang tepat.
Perendaman menghasilkan respon kekebalan nonspesifik yang lebih rendah tetapi lebih efektif ketimbang suntikan. Perlu stok banyak untuk perendaman. Namun jumlah udang yang ditangani bisa lebih banyak, mungkin menambah tingkat stres. Di lapangan, terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kehidupan PL selama adaptasi di dalam kolam dan digunakan secara umum di banyak tambak. Selama perlakuan PL direndam dalam suspensi imunostimulan sedikitnya dua jam.
Pemberian melalui oral menghasilkan respon kekebalan nonspesifik yang baik. Caranya dengan mencampur imunostimulan itu pada pakan, mirip pemberian antibiotik dan dilapisi minyak ikan. Cara ini cenderung memberikan hasil berbeda-beda tergantung perlekatan imunostimulan pada pakan. Penambahan pada pakan termasuk cara paling efektif untuk menghasilkan sistem kekebalan nonspesifik. Cara ini tidak menimbulkan stres dan memungkinkan pemberian secara massal tanpa melihat ukuran udang.
Dadang WI dan Suprapto (Tim Teknis SCI)