Penyakit bulai masih menjadi momok bagi petani jagung. Karena itu Monsanto meluncurkan varietas hibrida DK 979 dan produk perlakuan benihnya, Acceleron.
Peluncuran benih terbaru pertama di Asia bagi Monsanto tersebut mengambil tempat di Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur (20/1). Di beberapa areal tanam di Lampung varietas DK 979 ini diujicoba dan disandingkan dengan varietas lain sebagai perbandingan. Umur tanam saat peluncuran rata-rata masih di bawah 40 hari. Sedangkan uji tanam sebelum peluncuran menunjukkan produksi lebih tinggi 1,2—1,8 ton per ha ketimbang varietas pembanding.
Pada kesempatan peluncuran itu Presiden Direktur Monsanto Indonesia Chris J. Peterson mengatakan, "Monsanto menerapkan teknologi dan inovasi untuk mendukung kerja petani jagung agar bisa melakukan panen secara kontinu. Kami ingin menjadikan Indonesia penyuplai benih jagung hibrida di Asia."
Peterson menambahkan, produk perlakuan benih Acceleron bisa membantu petani memaksimalkan performa benih sejak masa tanam untuk menangani bulai. Menurut dia, benih tersebut terbukti lebih tangguh melawan bulai. Bulai adalah penyakit yang disebabkan cendawan Peronosclerospora maydis.
Lampung ditargetkan sebagai daerah awal pemasaran karena serangan bulai di sentra penghasil jagung ini masih cukup besar. Setelah itu, Monsanto akan memperluas pemasarannya ke beberapa daerah sentra jagung di Jawa.
Terkait benih DK yang pernah gagal tanam, Peterson menjamin hal itu tidak akan terjadi lagi. Apalagi benih tersebut sebelum diluncurkan telah diujitanam terlebih dahulu. "Hal itu tidak akan terjadi lagi," tegasnya.
Kurangi Bulai 20%
Rahman Kurniawan, National Sales Lead Monsanto Indonesia, menambahkan, produk DK979 dengan Acceleron dapat mengurangi risiko serangan bulai hingga 20% per ha. Artinya, sama dengan kehilangan potensi sekitar 12.000 tongkol jagung. Jumlah tersebut setara 2,4 ton jagung pipil yang jika dinominalkan kerugian petani mencapai Rp1.500 per kg.
Kualitas genetik DK979, kata dia, dapat memberikan kepastian lebih tinggi dengan kualitas pipilan terbaik. Selain itu, hibrida ini memiliki daya tahan terhadap kerebahan akar dan batang, sehingga bisa disinergikan dengan teknologi terbaru ini. "Hasil lebih baik untuk melawan serangan bulai jika dibandingkan produk lain," papar Rahman.
Sementara Indra Refipal Sembiring, Marketing Executive Monsanto Indonesia mengatakan, pada musim tanam ini akan didistribusikan 220 ton benih DK 979 dengan Acceleron. Untuk mengantisipasi permintaan pada masa mendatang, Monsanto telah mendirikan pabrik di Mojokerto, Jatim. "Jadi, ke depan tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan pasokan benih jagung terutama pada saat tanam," cetus dia.
Terkait soal harga benih, memang sedikit lebih tinggi dari pesaing, sekitar 5%. Namun, imbuh Indra, hal itu diimbangi dengan tingkat produktivitas lebih bagus, yaitu 9,2 ton, sedangkan pesaingnya 8 ton per ha.
Harapan Petani
Sejumlah petani jagung berharap benih baru tersebut benar-benar mampu mengatasi keluhan mereka terhadap bulai. Soalnya, beberapa varietas yang mereka tanam selama ini, selain rentan terhadap bulai, hasilnya pun kurang memuaskan.
Nani, petani jagung di Desa Gunung Kerung, Kecamatan Jabung, Lamtim, menuturkan, rata-rata kadar air saat panen mencapai 50% sehingga sering susah dijual. Para pengumpul, menurut dia, kebanyakan tidak mau membeli karena terlalu berat mengangkutnya. Umumnya, petani memang panen sebelum waktunya karena jika terlambat dipanen akan tumbuh buah. "Kami berharap benih jagung dengan Acceleron juga mampu mengatasi masalah ini," tegasnya.
Syafnijal D. Sinaro, Kontributor Lampung