Peminat usaha di perkebunan kelapa sawit harus memperhatikan kiat-kiat sukses bercocok tanam kelapa sawit ini.
Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan, pelaku usaha perkebunan sawit mesti memperhatikan pengelolaan kebun yang efektif. Selain itu, mereka juga harus mampu meminimalkan payback investment period dan memaksimalkan pengembalian investasi dengan memperpendek masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan memilih varietas yang produktivitasnya tinggi.
Demikian menurut Ir. Permadi dari PT Socfin Indonesia, produsen benih sawit, dalam seminar “Kiat Sukses Berkebun Kelapa Sawit” yang diselenggarakan Media Perkebunan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Lebih jauh ia menjelaskan, terdapat beberapa faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu bahan tanaman yang membutuhkan anggaran 5%—7% dari total biaya produksi. “Nilai banyak ini akan mendatangkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik,” ai mengingatkan. Selain itu, ada faktor kultur teknis yang meliputi perawatan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman (HPT), penanganan panen, serta faktor lingkungan yang terkait iklim dan tanah.
Awali Bibit yang Baik
Agar dapat meraih produktivitas sawit tinggi, Permadi menyarankan penggunaan tanaman sawit yang baik. Langkah ini dimulai dari proses pembibitan yang baik pula. “Untuk memperoleh bibit yang baik, faktor terpenting adalah memilih bibit unggul dan kultur teknis yang baik pula, meliputi sistem pembibitan, persiapan media tanam, dan perawatan, seleksi bibit,” jelasnya.
Seleksi bibit dimulai dari identifikasi bibit yang tidak normal dan ditindaklanjuti dengan memusnahkan bibit tersebut. Ini harus dilakukan untuk memperoleh bibit siap tanam yang benar-benar baik.
Untuk sistem pembibitan, Permadi mengatakan, gunakan pembibitan sistem double stage. Sistem ini menawarkan keuntungan berupa supervisi selama pranurseri yang lebih efisien dan lebih mudah, kebutuhan air lebih rendah. Seleksi pada pranurseri akan mengurangi luas areal dan pemakaian polibag, “Terpenting, keberhasilan kecambah tumbuh dan berkembang lebih baik,” tegasnya.
Media tanam bibit disarankan berupa campuran tanah mineral 70%, pasir 20%, dan bahan organik 10%. Komposisi media pranurseri ini disaring agar mendapatkan tanah yang homogen dan menghindari adanya batu atau bongkahan tanah. Hindari pemanfaatan media tanam dari tanah liat dan gambut.
Proses pemupukan, pencampuran pupuk, dan bahan organik dilakukan pada saat pendangiran dibarengi dengan perawatan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Dosis pupuknya, 55 gr Nitrogen, 20 gr P2O5, 10 gr K20 dan 5 gr MgO.
Sedangkan dalam peremajaan, pekebun sebaiknya menanam tanaman penutup tanah. Fungsinya mengurangi kerusakan tanah akibat erosi, mengurangi pertumbuhan gulma yang merugikan tanaman utama ataupun sebagai inang hama penyakit serta menjaga unsur hara untuk tanaman utama dan menjaga kelembapan tanah dan memperbaiki struktur tanah.
Jenis tanaman penutup tanah (cover crop) idealnya yang pertumbuhan vegetatifnya subur, mudah ditanam, dan masa vegetatifnya panjang. Ia juga tahan terhadap kekeringan dan naungan, toleran terhadap hama penyakit, produksi biomassanya tinggi, biaya perawatan murah, tidak disukai ternak, mampu menekan erosi dengan baik.
Terakhir, dalam proses penanaman harus dihindari kerusakan fisik bibit yang ditanam karena dapat menganggu proses pertumbuhannya.
Yan Suhendar