Senin, 18 Januari 2010

Berkunjung ke Peternakan Unta di Jerman

Hewan berpunuk yang biasa hidup di gurun pasir ternyata dapat diternakkan di Jerman.

Anda pasti sudah familiar melihat unta di negara-negara berpadang pasir, seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar atau bahkan Afrika. Memang benar secara alamiah hewan berpunuk ini mampu bertahan berhari-hari berjalan di gurun pasir yang bercuaca panas dan langka sumber air. Namun, bila Anda menjumpai unta dikembangbiakkan di Jerman, maka berbagai pertanyaan akan muncul di kepala. Mengapa orang Jerman ingin membudidayakan unta? Bagaimana unta-unta yang biasa hidup pada kisaran suhu 34o—40°C mampu bertahan pada saat musim dingin?

Kamelhof

Bila Anda berkunjung ke Jerman, cobalah berkunjung ke peternakan unta ‘Kamelhof’ yang beralamatkan di Kamelweg 1, 72224 Ebhausen Rostfelden, Jerman. Ide pendirian peternakan ini bermula dari liburan keluarga Wilhelm dan Rose Breitling ke Afrika utara pada 1975. Semenjak itu, keluarga Breitling semakin tertarik pada unta. Dalam kurun waktu antara 1976—1980, keluarga tersebut banyak melakukan perjalanan ke sejumlah negara di kawasan sub sahara dan India untuk memperdalam ilmu mengenai tatacara pemeliharaan onta.

Pada 1987, mereka membeli unta pertama kali dari daerah Tanko, suatu desa di selatan Sahara. Empat tahun kemudian, mereka menggelar festival unta besar-besaran di Rostfelden yang menarik lebih dari 15.000 pengunjung. Pada tahun-tahun berikutnya, koleksi unta keluarga inipun bertambah dari Uni Emirate Arab dan Kazakhstan.

Hingga tahun 2000, keluarga Breitling rajin mengikutsertakan koleksi unta mereka ke berbagai pameran peternakan yang diselenggarakan di berbagai kota di Jerman seperti Berlin dan Hannover. Sejak Mei 2002, peternakan “Kamelhof“ di Rostfelden secara resmi dibuka untuk umum.

Tujuan Pemeliharaan

Keluarga Breitling itu mendirikan “Kamelhof” dengan berbagai macam tujuan. Antara lain, memproduksi krim kulit yang dibuat dari susu unta. Mereka melabel krim untanya dengan merek Jamila yang dijual seharga €23,5.

Selain itu, mereka juga menawarkan terapi bagi anak-anak penderita autis. Terapi berbagai penyakit, termasuk autis, yang melibatkan binatang memang sudah tidak asing lagi, seperti dengan lumba-lumba dan tawon. Terhitung sejak Desember 2006, Kamelhof menawarkan terapi ini dengan menggaji dua orang ahli terapi, Christina Kost dan Andrea Mast untuk menemani pasien.

Produk lain yang diandalkan adalah susu unta. Susu ini untuk membidik pasar kalangan yang alergi terhadap susu sapi. Dari suatu penelitian Yosef Shabo dan kawan-kawan dari Universitas Negev terhadap anak-anak berusia 8 tahun diketahui tingkat alergi mereka bisa berkurang setelah rutin meminum susu unta.

Tujuan lain dari pendirian Kamelhof adalah wisata agro. Industri pariwisata memang sudah dikemas sedemikina rupa di Jerman. Daya tarik pariwisata ini tidak hanya melulu seputar unta, tapi juga disajikan dengan fasilitas lain seperti hiking menikmati pemandangan alam. Penggunaan media audio visual benar-benar memanjakan pengunjung untuk mengeksplorasi peternakan unta ini.

Relatif Jinak

Unta termasuk hewan jinak sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam pemeliharaannya. Beberapa jenis yang dipelihara di Kamelhof adalah dromedar (Camelus dromedarius) dan trampeltier (Camelus bactrianus). Dromedar telah lama hidup sejak bertahun-tahun yang lalu di gurun-gurun Arab. Punuknya berfungsi tidak untuk menyimpan air, melainkan sebagai penyimpan lemak. Tinggi badannya bisa mencapai 180—210 cm. Bobotnya berkisar 450—950 kg. Cara hidup di habitatnya berkelompok sampai 30 ekor.

Sedangkan trampeltier berasal dari Gurun Gobi, Asia Tengah. Ukurannya lebih kecil ketimbang dromedar, setinggi 180—200 cm dan bobot 600—900 kg. Hidupnya berkelompok dalam jumlah kecil dan dipimpin hanya seekor pejantan.

Peternakan Kamelhof memiliki tiga bangunan utama. Satu bangunan berukuran mirip hanggar pesawat adalah kandang utama yang dibagi menjadi beberapa ruang. Sedangkan dua bangunan berukuran lebih kecil menyerupai kubah masjid adalah kandang pendukung di area penggembalaan. Unta-unta ini diberi pakan utama berupa rumput rumput kering (hay) yang diproses dari rumput hasil pembudidayaan sendiri.

Eko Nugroho, Dosen Fapet Unibraw, Mahasiswa Pascasarjana Univ. Hohenheim, Jerman

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain