Senin, 18 Januari 2010

Kemitraan Model Korporat Penggemuk Sapi

Tanggung jawab sosial perusahaan kini cenderung mengarah ke aktivitas yang bukan sekadar uang hilang.

Untuk mengamankan investasinya, perusahaan mendekatkan diri dengan masyarakat sekitarnya melalui aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Bentuknya ada yang sekadar bagi-bagi untuk amal, ada pula yang berorientasi pada kegiatan produktif. Bentuk terakhir ini seperti dilakukan salah satu perusahaan penggemukan sapi, PT Cipta Agro Buana Semesta (CABS), yang berlokasi di Desa Mekar Asih, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jabar.

Memproduksi Jagung

Perusahaan milik Yudi Guntara Noor itu memilih kemitraan produksi jagung dengan melibatkan masyarakat di lokasi perusahaan. Pilihan komoditas ini masuk akal karena memang jagung adalah pakan sapi potong. CABS membutuhkan jagung untuk memberi makan sapi-sapinya yang kini berjumlah 12.800 ekor. Karena itu CABS memberikan pinjaman modal tanpa bunga kepada warga sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh tani untuk penanaman jagung sebesar Rp252 juta.

“Bantuan pinjaman permodalan tersebut diperuntukkan bagi 102 petani yang ada di Desa Mekar Asih, Kecamatan Malangbong ini. Luas lahan yang kami targetkan dalam program ini adalah 102 hektar,” ujar Yudi dalam acara “Agro Peduli” yang digelar 14 Januari silam di farm perusahaan seluas 30 ha.

Kecuali diramaikan warga sekitar, acara ini juga dihadiri Bupati Garut H.M. Fikri, Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut Hermanto, dan Direktur Lembaga Studi Pembangunan Peternakan Indonesia (LSPPI) Rachmat Setiadi. Dalam sambutannya, Bupati Aceng mengatakan, “Program perusahaan ini bisa membantu kesejahteraan para petani di daerah tersebut, dan juga meringankan beban pemerintah dalam pengentasan pengangguran.”

Pengembalian Mudah

Untuk menghindari penyelewengan dana, bantuan modal tersebut disalurkan kepada warga tidak dalam bentuk uang tunai melainkan berupa benih dan pupuk organik dari kotoran sapi yang cukup untuk bertanam satu hektar. Tak hanya itu, perusahaan juga akan menjemput hasil panen petani langsung dari lahan mereka.

Memang tidak semua warga desa bisa memperoleh bantuan modal tersebut karena perusahaan mensyaratkan petani atau buruh tani mengelola lahan seluas satu hektar. “Tak hanya para petani pemilik sawah, kaum buruh tani pun dapat merasakan bantuan pinjaman tersebut  Ia bisa bekerjasama dengan pemilik lahan,” tutur De Iwan, Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan CABS.

Kecuali syarat luas lahan, peminjam modal dimudahkan dalam pengembaliannya. Peminjam membayar utang modalnya dari hasil panen jagung yang dibeli perusahaan. “Hasil panen jagung itu kami hargai sekitar Rp3.000—Rp3.400 per kg. Sedangkan batang jagungnya berkisar Rp150 per kg. Harga tersebut berdasarkan harga pasar,” jelas De Iwan lagi.

Selain kemitraan jagung, CABS juga memperlihatkan kepedulian di bidang pendidikan. Misalnya, memfasilitasi mahasiswa Fakultas Peternakan Unpad dan SMKN 7 Garut untuk praktik kerja lapang.

Agung Christiawan

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain