Salah satu penyebab kegagalan budidaya udang adalah serangan penyakit. Pencegahan menjadi satu-satunya jalan untuk menghindarinya.
Bahan kimia dan antibiotik telah digunakan secara luas untuk penanganan penyakit. Namun cara ini memberikan dampak negatif, misalnya si patogen menjadi resisten, atau timbul residu yang mencemari ekosistem. Belum lagi residu dalam tubuh udang dapat membahayakan konsumen. Jarena itu harus diupayakan cara lain di luar bahan kimia dan antibiotik.
Mencegah penyakit dan mengurangi antibiotik serta bahan kimia nyatanya tak sulit dilakukan. Langkah mudah yang bisa diambil petambak antara lain penggunaan benur bebas penyakit (SPF), biosekuriti, pakan berkualitas, menggunakan bahan tambahan ramah lingkungan, serta manajemen budidaya sesuai good aquaculture practices (GAP) atau cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Satu langkah lain adalah manajemen kesehatan udang dengan memperhatikan daya imun udang.
Sistem Pertahanan Udang
Pada udang dikenal dua sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem kekebalan spesifik (adaptive immune system), dan sistem nonspesifik (innate immune system). Perbedaannya, kekebalan spesifik mempunyai memori karakter kimia spesifik dari patogen yang berkaitan dengan biokimia sehingga diingat dalam sistem memori sel. Sedangkan pada kekebalan nonspesifik, tak ada sistem memori sel yang diingat. Namun sistem pertahanan merespon tipe spesifik molekul yang ditemukan pada permukaan sel dari berbagai patogen, seperti bakteri, fungi dan beberapa virus.
Sistem nonspesifik dianggap sebagai garis pertahanan pertama. Imunostimulan yang luas pada udang disempurnakan oleh aktivasi sistem kekebalan nonspesifik sel-sel yang disebut hemosit. Sel ini harus mendapatkan aktivasi kerja melawan patogen. Imunostimulan digunakan untuk mengaktifkan hemosit yang kemudian akan meningkatkan respon kekebalan nonspesifik.
Dua hal penting dalam sistem pertahanan tubuh udang, yaitu sistem pertahanan seluler (hemosit) dan sistem pertahanan humoral. Sistem seluler terbilang sistem kekebalan utama. Namun keduanya memainkan fungsi sama, yaitu membunuh zat asing. Sistem kekebalan seluler meliputi sel darah (hemosit), fagosit tetap, enzim fenoloksidase (PO), dan metabolit intermediat.
Sistem kekebalan humoral mengandung komponen biologi berbeda dalam cairan darah yang menghambat atau menghilangkan benda asing dan patogen. Pada udang sistem ini terdiri banyak unsur.
Faktor Berpengaruh
Faktor yang mempengaruhi sistem kekebalan udang antara lain kualitas air. Parameter kualitas air terdiri dari kecerahan, suhu, pH, DO, kesadahan (hardness), salinitas, alkalinitas, nitrit, nitrat, amonia, ekologi kolam, komposisi jenis mikroba, dan kepadatan plankton. Semuanya perlu seimbang agar udang tidak stres.
Berikutnya, infeksi penyebab penyakit. Contoh penyakit yang disebabkan virus adalah WSSV, YHV, dan vibriosis yang disebabkan Vibrio harveyi. Infeksi penyakit tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah total hemosit, enzim, dan aktivitas fagositas dibandingkan udang sehat.
Nutrisi juga menjadi faktor penting kekebalan tubuh udang. Penyimpanan pakan yang tak baik menimbulkan cendawan dan akan mempengaruhi kesehatan udang. Hasilnya, udang akan lambat pertumbuhannya dan warna tubuhnya menjadi kemerahan. Sebaiknya pakan disimpan di tempat kering, tak terkena matahari langsung, dan sistem sirkulasi udara yang baik.
Penambahan probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan udang dan mengurangi penggunaan antibiotik. Jenis probiotik bakteri yang cocok bagi udang berdasarkan hasil riset di Amerika (Global Aquaculture Alliance) adalah Bacillus subtilis dan Vibrio alginolitycus var villie.
Selanjutnya pasokan pigmen, terutama karotenoid. Udang tak dapat menyusun karotenoid sehingga harus diberikan melalui pakan dalam bentuk astaxanthin. Spirulina dan Dunaliella bisa menjadi pilihan karena mengandung ß-karoten atau zeaxanthin. Udang lalu mengubahnya menjadi astaxanthin. Zat warna ini dapat meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit dan kondisi lingkungan yang kurang stabil.
Menurut Tacon (2002), komponen nutrisi yang baik bagi udang yang dapat meningkatkan kesehatan dan atau tahan penyakit (termasuk respon kekebalan) pada budidaya ikan adalah Vitamin (B1, B2, B6, B12, asam pantothenat, niasin, biotin, asam folat, inositol, kholin, D3, A, K3, E dan C); dan mineral esensial (P, K, Mg); dan trace element (Fe, Zn, Mn, Cu, Se, I)
Terakhir adalah genetik. Kita mengenal adanya benur SPF (bebas terhadap penyakit tertentu), SPR (resisten terhadap penyakit tertentu), SPT (toleran terhadap penyakit tertentu). Benih sehat hanya diperoleh dari induk sehat. Benur SPF mempunyai pertumbuhan lebih baik. Sedangkan benur SPR memiliki ketahanan terhadap penyakit.
Suprapto, Tim Teknis SCI