Memasuki musim paceklik mulai akhir tahun ini hingga awal 2010 harga beras alami kenaikan Rp200—Rp400 per kg.
Kenaikan harga beras ini merata untuk semua jenis dan kualitas beras, baik kualitas kualiatas V (sayur), asalan, medium, kualitas II, maupun beras super kualitas I. Para pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, memperkirakan, kemungkinan kenaikan harga beras karena volume pasokan dari daerah memang mengalami penurunan.
Terus Dipantau
Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), menganalisis, ada tiga kemungkinan yang mempengaruhi kenaikan harga beras saat ini. Pertama, ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran beras yang diduga sebagai dampak berkurangnya luas areal panen padi pada akhir tahun ini.
Kedua, dugaan adanya spekulasi pedagang terkait isu kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras serta kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi. Ketiga, mungkin saja dampak perubahan iklim global terhadap hasil panen padi di negara lain yang mempengaruhi harga beras dunia dan pasar domestik. “Oleh sebab itu kita akan lebih telisik lagi penyebab-penyebab kenaikan harga beras itu,” tandasnya melalui telepon.
Hasil pantauan di PIBC, harga beras kualitas II (medium) dan paling banyak dikonsumsi masyarakat di tingkat grosir berkisar Rp5.150—Rp5.250 per kg. Sebelumnya, harga beras kelas ini Rp4.850—Rp4.900 per kg. Sedangkan di tingkat konsumen harga beras kualitas II menjadi Rp5.300—Rp5.400 per kg naik dari sebelumnya Rp5.100—Rp5.200 per kg.
Nellys Sukidi, pedagang beras grosir di PIBC mengatakan, akan terus memantau perkembangan harga beras ini. Jika harga beras terus naik, ada kemungkinan persediaan memang tidak mencukupi. ”Kami tunggu minggu depan, apakah harga beras akan tetap stabil atau ada kenaikan lagi,” katanya.
Nelly menyakini, harga beras naik karena pasokan berkurang. Beras dari daerah, seperti Sragen, Jateng, sudah terbatas jumlahnya. “Saya yakin karena berdasarkan informasi dari daerah, ketersediaan beras dari daerah memang terbatas,”jelasnya.
Sutarto menambahkan, dari evaluasi yang dilakukan Perum Bulog, kenaikan harga beras masih pada taraf wajar, apalagi saat ini stok beras di Gudang Bulog masih terdapat 1,8 juta ton. Oleh sebab itu belum akan ada operasi pasar, “Tetapi Bulog akan tetap mewaspadai tren kenaikan itu,” tandasnya.
Pasokan Internasional
Di level internasional, berdasarkan analisis Badan Pangan dan Pertanian (FAO), terjadi penurunan produksi beras dunia tahun ini, di tengah meningkatnya permintaan beras, khususnya 2010. Sehingga harga beras internasional yang beberapa bulan sebelumnya mengalami pelemahan, mulai naik kembali pada November 2009.
Penguatan harga bulan lalu itu bertepatan dengan pengumuman Filipina yang membutuhkan 2 juta ton beras untuk mengamankan kebutuhan dalam negerinya. Tambahan lagi, beredar gosip pemerintah India sudah mendekati otoritas negara-negara produsen beras utama dunia terkait kemungkinan impor beberapa juta ton. Kendati impor negara berpenduduk 1,17 miliar jiwa itu belum dikonfirmasi, toh sudah cukup untuk mengangkat harga. Standar harga beras putih Thailand naik US$24 menjadi US$559 per ton.
Penurunan pasokan dunia disebabkan oleh tidak menentunya cuaca dan serangkaian bencana alam yang terjadi di negara-negara produsen beras. Tak heran bila hitungan produksi global hanya 675 jut aton, atau turun 13 juta ton (1,9%) dari angka produksi 2008.
Di tengah penurunan produksi dunia, penambahan produksi terjadi di Afghanistan, Kamboja, China, Korea, Iran, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, juga Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi bisnis yang menguntungkan dibandingkan komoditas lain sehingga merangsang penambahan luas tanam.
Yan Suhendar, Peni SP