Kehadirannya meramaikan produk telur plus yang sudah ada di pasar swalayan.
Kabayan yang satu ini bukanlah tokoh lugu dan kocak dari Tanah Pasundan, melainkan merek telur ayam segar yang kaya Omega-3. Produk tersebut hasil inovasi Nano Subarna. Sang pemilik merek beralasan, mengambil nama itu karena peternakan ayamnya berada di tengah-tengah masyarakat Sunda, tepatnya Majalengka, Jabar. Dan nama tokoh rekaan itu juga mudah diingat konsumen karena cukup kondang.
Kehadiran Kabayan di pasar swalayan Giant menambah deretan merek produk telur plus, khususnya telur yang kaya kandungan Omega-3. Bedanya, telur ini dibuat dari telur ayam arab. Sedangkan produk yang lain berbahan baku telur ayam ras.
Telur ini, menurut Nano, bisa dikonsumsi semua golongan umur, apalagi anak-anak berusia 6 tahun sangat baik menyantapnya karena bergizi tinggi. Ia beralasan, setiap 100 gr telur ini mengandung 174 kalori, 10,8 gr protein, 4,9 mg zat besi, dan 61,5 g retinol (Vitamin A). Ia mengklaim, kandungan Omega-3 Kabayan dua kali lipat telur ayam kampung biasa. Sebagai perbandingan, jumlah Omega-3 telur ayam kampung biasa dan telur ayam ras masing-masing 67 mg dan 27 mg per 100 gr.
Kemasan Ramah Lingkungan
Bercerita tentang sejarah Kabayan, Nano mengaku mewarisi bisnis kakeknya. Sang kakek adalah pedagang besar telur di Cirebon-Jabar. Namun omzet penjualan telur perlahan menuai penurunan yang sangat signifikan. ”Saya mencoba mengubah agar telur ayam kampung ini murah harganya dan tinggi kandungan omeganya,” ujarnya kepada AGRINA.
Untuk memproduksi telur tersebut, “Kami tidak memakai alat apapun. Kami hanya menambahkan vitamin produk dari Jerman dan tidak ada di Indonesia,” lanjut Nano. Harga vitamin tersebut cukup mahal, Rp5 juta per kg. “Dalam sebulan kami memesan vitamin tersebut 5 kg,” imbuh Lily Djalaludin, kerabat Nano, saat ditemui di Serpong, Tangerang, Banten.
Dilihat tampilan luarnya, telur Kabayan sama saja dengan telur ayam kampung lainnya. “Yang membedakan hanya warna merah pada kuning telurnya saja. Warna merah inilah yang membuat kandungan Omega 3-nya menjadi sangat tinggi,” terang Lily. Telur Kabayan, imbuh dia, lebih tahan lama, sekitar 1,5 bulan, ketimbang telur ayam kampung biasa.
Saat ini Lily mengaku, pihaknya mampu memproduksi 4.000 kemasan per hari atau 120 ribu kemasan per bulan (720 ribu butir). Bahan bakunya diambil dari peternakan sendiri dan peternakan milik mitra. Populasi ayam di Majalengka mencapai 200 ribu ekor, sedangkan di Tulungagung sekitar 100 ribu ekor. Penambahan vitamin dilakukan melalui penyemprotan pada pakan. Satu sendok makan vitamin cukup untuk 100 ekor ayam.
Selanjutnya telur dipilih yang mulus, kemudian dikemas. Kemasannya unik dan bersifat ramah lingkungan terbuat dari anyaman bambu yang biasa disebut bongsang. Setiap bongsang berisi 6 butir telur. Khusus produksi kemasan, keluarganya memanfaatkan bambu dari kebun sendiri di Garawangi, Majalengka. Pengerjaannya melibatkan 20 tenaga kerja.
Kemasan tersebut terlihat lebih menarik sehingga peritel besar tertarik untuk memasarkannya. “Kami mengusung kemasan ramah lingkungan yang terbuat dari anyaman bambu, dan memang sekarang ini peritel besar sedang menggalakkan kemasan ramah lingkungan. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik,” jelas Lily. Pemasaran telur ini telah menjangkau pasar Jabodetabek, Jabar, serta Jatim (Tulungagung dan Surabaya).
Menggiurkan
Upaya Nano menaikkan kandungan Omega-3 dalam telur memang meningkatkan harga jual. Di peternakan Garawangi, telur Kabayan dijual cukup murah, Rp1.100 per butir, lebih murah ketimbang telur ayam kampung lain yang Rp1.500 per kg.
Setelah dikemas, harganya naik menjadi Rp12.000 per kemasan atau Rp2.000 per butir. Menurut Lily, telur produksinya sangat murah dan banyak sekali manfaatnya. “Di antaranya dapat menyembuhkan penyakit jantung koroner, kencing manis, maag atau usus besar, meningkatkan kecerdasan anak, serta meningkatkan vitalitas,” katanya.
Untuk keamanan bisnisnya, “Sejak tahun 2007 akhir kami mematenkan produk telur ini dan belum ada telur ayam yang lain bentuknya sama dengan produk kami dengan memakai bongsang dari bambu,” imbuh Lily. Selain itu, ia juga berencana membuka gerai di Serang dan Serpong yang menyediakan berbagai jenis telur dengan harga sangat murah daripada di pasar swalayan.
Tampaknya bisnis keluarga Nano memang cukup menggiurkan. Lily mengungkap, keuntungan kotor dari penjualan telur Kabayan ini sekitar Rp200 juta per bulan. Pantas saja banyak pihak ingin bermitra dengannya.
Agung Christiawan