Senin, 21 Desember 2009

Target Ambisius Fadel

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menargetkan peningkatan produksi 300% kurun 2009—2014 sehingga pada 2015 Indonesia jadi produsen ikan terbesar  di dunia.

Memang itu cara Fadel Muhammad menarik perhatian publik. Begitu menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, ia memasang target yang “gila-gilaan”. Namun bagi mantan Gubernur Gorontalo ini, angka 300% dalam target peningkatan produksi perikanan pada rentang waktu 2009-2014 itu bukan tanpa perhitungan. Pihaknya sudah melakukan perhitungan secara terukur dengan mempertimbangkan sumber daya pendukung.

“Kita menghitung potensinya apa ada, dan berapa kemungkinan kita menaikkannya. Saya suka kenaikan 100%. Mereka (jajaran DKP) bilang, ini repot Pak Menteri, kita sulit mengerjakannya. Tapi setelah dihitung bersama saya, mereka mengatakan, kami sanggup menaikkan budidaya yang ada sampai 350%,” jelas Fadel yang mengaku rela tak libur dalam menyiapkan target tersebut.

Langkah Strategis

Ikan termasuk komoditas hebat yang punya pangsa pasar banyak, mudah memproduksinya, dan teknologinya dikuasai. “Jangan bikin barang sebelum ada pasar, bikin juga barang yang gampang dibuat. Jadi, kita pilih mana yang ada pasarnya, yang kedua, teknologinya harus juga dikuasai,” tukas menteri dari Partai Golkar ini.

Komoditas yang menjadi andalan DKP dalam mencapai target tersebut, antara lain lele, patin, bandeng, kerapu, dan nila. Pemilihan jenis-jenis ikan ini, selain karena mudah diproduksi, masa panennya lebih cepat dan pangsa pasarnya bukan hanya di dalam negeri tapi juga diminati mancanegara.

Pihak DKP, kata Menteri, akan melakukan berbagai upaya strategis. Pertama, DKP  bekerjasama dengan Departemen Pekerjaan Umum membenahi infrastruktur perikanan, seperti jalan, pembuatan dan perbaikan irigasi, serta pembuatan tambak-tambak untuk menambah areal budidaya perikanan. “Kita akan membuat dan membetulkan bersama Menteri PU seluruh infrastruktur yang ada, baik di pelabuhan maupun di seluruh tempat sentra produksi budidaya, sarana pelabuhan, jalanan yang rusak. Setelah minta Menteri PU, dia bersedia untuk membangun ini. Kita sudah petakan di semua daerah,” papar Fadel.

Kedua, pengembangan minapolitan, sebuah kawasan berbasis komoditas ikan. Sejumlah daerah akan menjadi sentra produksi ikan. “Kita akan berupaya mengoptimalkan lahan marginal seperti di Klaten, Jawa Tengah. Di sana sumber air cukup, lalu dengan dana alokasi khusus dibikin bak-bak dan sistem irigasi. Kemudian ditebar nila. Daerah-daerah yang sumber airnya kurang, seperti Boyolali, dibudidayakan lele. Kita juga akan mendorong penggunaan benih unggul dan kami fasilitasi untuk dukungan permodalan,” janji Iskandar Ismanadji, Direktur Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya DKP.

Dari segi ketersediaan lahan dan teknologi, lanjut Iskandar, budidaya perikanan sudah kita kuasai. Kita juga punya banyak pilihan komoditas untuk pasar dalam dan luar negeri. Hingga saat ini sudah terdaftar 56 kabupaten/kota sebagai daerah pengembangan kawasan minapolitan. DKP telah menyiapkan anggaran sekitar Rp560 miliar dari total Rp1,6 triliun anggaran sektor perikanan budidaya, untuk pengembangan kawasan minapolitan.

DKP juga akan membantu penyediaan bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan.  Hal tersebut telah dikomunikasikan dengan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Direktur Pertamina. Kedua pimpinan instansi ini, kata Fadel, bersedia membantu mengalokasikan BBM bersubsidi (murah) bagi nelayan.

Dari segi permodalan, DKP telah menyediakan anggaran sekitar Rp400 miliar untuk membantu nelayan dan para pengusaha budidaya ikan. ”Nelayan kita bantu alat  tangkap. Sementara budidaya kita bantu bibit-bibit: rumput laut, benur, dan bibit ikan diberikan cuma-cuma,” tandas Fadel lagi. Ia pun telah berupaya meyakinkan sejumlah perbankan nasional untuk membantu permodalan nelayan. DKP pun berencana menekan harga pakan ikan serendah-rendahnya.

Di samping itu, Menteri juga meminta daerah menghapus retribusi bagi nelayan dan pengusaha perikanan. Kompensasinya, DKP telah menyediakan Dana Alokasi Khusus (DAK) sekitar Rp88 miliar yang akan disalurkan ke daerah.

Dengan berbagai langkah tersebut, Fadel sangat yakin target menjadikan  Indonesia produsen ikan terbesar di dunia pada 2015 akan tercapai. “Kita angkat dan kibarkan bendera, jangan kita kalah sama Peru dan negara lainnya,” mantan pengusaha ini mengobarkan semangat dengan mantap.

Marwan Azis

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain