Asap cair hasil pembakaran sekam padi ternyata cukup ampuh mengusir wereng. Sebuah alternatif pengendalian hama yang patut dicoba.
Kebanyakan petani mengandalkan pestisida kimia dalam mengendalikan hama wereng. Hal ini dibenarkan TO Suprapto, Ketua Pusat Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI) di Sleman, Yogyakarta. Padahal menurut dia, langkah pengendalian hama utama pada padi ini seharusnya tidak bisa sepotong dengan pestisida. Ia menyayangkan sikap petani yang hanya reaktif ketika permasalahan wereng muncul.
“Mestinya petani selalu melakukan check tanamannya. Saat padi umur berapa wereng biasanya datang, kenapa dia datang, terus siklus hidupnya bagaimana. Kita memutus siklusnya saja saat sedang banyak bertelur. Untuk itu, petani harus belajar,” papar Suprapto. Hal ini bisa dipelajari karena merupakan sebuah sistem biologi yang alami. “Wereng suka padi itu karena ada alasan alaminya,” tegas pemimpin Laboratorium Pertanian Berkelanjutan Joglo Tani, Sleman, yang milik IPPHTI ini. Jadi, pengendaliannya pun bisa secara alami.
Menurut penerima Prakarsa Lestari Kehati dari Gubernur DIY itu, pengendalian yang terbaik adalah sesuai mekanisme alam, yaitu dengan mengendalikan dan bukan memusnahkannya. Populasi wereng yang terbatas akan dikendalikan oleh predator alami sehingga tidak sampai merusak padi. Penggunaan pestisida yang berlebih akan memusnahkan wereng dan sekaligus pemangsa alaminya sehingga apabila nanti terdapat wereng yang resisten dan mampu berkembang, maka ledakan serangan sudah tidak mampu dibendung karena jumlah predator alaminya sangat sedikit. Di sisi lain, peningkatan dosis pestisida bisa membahayakan manusia karena kemungkinan residu yang ditimbulkannya.
Asap Cair Plus
IPPHTI menempuh jalan dengan menggunakan pestisida alami. Formulanya ditemukan pada 1999. Kendati hanya digunakan pada kalangan sendiri, tapi jumlah peminatnya kini semakin besar karena terbukti membuat padi kalis dari wereng dan juga jenis hama lainnya, semacam penggerek batang, kutu dan berbagai penyakit bersumber bakteri serta jamur.
Peracikan pestisida alami itu, menurut Johan Arifin, bagian pestisida Joglo Tani, diawali dengan membuat cairan atau asap cair melalui sistem destilasi hasil pembakaran sekam padi. Awalnya, 20—25 kg sekam dimasukkan ke dalam drum tertutup dan kemudian dibakar. Asap pembakaran dilewatkan pada pipa yang di sebagian lehernya dilingkari ember yang berisi air. Air ini berfungsi untuk mendinginkan suhu asap supaya terjadi proses pengembunan. Embun ini kemudian ditampung. Satu drum biasanya hanya menghasilkan 0,5—0,75 liter asap cair yang biasa disebut bio arang sekam.
Asap cair tersebut dapat mengusir wereng, tapi untuk memperkuat aktivitasnya, masih perlu diramu dengan daun sidaguri dan bidara laut. Sedangkan agar tidak mudah terurai atau lepas ke udara saat diaplikasikan ditambah perekat dari getah lidah buaya dan cocor bebek.
Aplikasi cukup dengan mencampurkan 20 cc ramuan per liter air. Semprotkan saat ada serangan saja. “Tidak perlu penyemprotan rutin,” tegas Johan. Berdasarkan pengalamannya, seperempat liter bio arang sekam cukup untuk menyemprot tanaman padi seluas 2.000 m2. Hasilnya memuaskan sehingga PT Sidomuncul memesan 500 liter bio arang sekam per bulan untuk tanaman herbalnya. Kelompok petani binaan di Bali dan DIY masing-masing meminta pasokan 50 liter per bulan.
Faiz Faza (Yogyakarta)