Minggu, 13 Desember 2009

Mengobati Koreng si Kulit Licin

Penyakit ini memang tidak sebahaya Koi Herpes Virus (KHV), tetapi bisa mematikan ikan bila sampai menyerang.

Motile Aeromonas Septicaemia (MAS), begitu nama penyakit ini, disebabkan bakteri Aeromonas hydrophilla. Menurut Prof. Dr. Sri Lestari Angka dari Fakultas Perikanan IPB, penyakit ini masuk ke Indonesia pada 1980-an terbawa ikan mas yang diimpor dari Taiwan. Hal tersebut terjadi di daerah Pantura, Jabar. Saat itu, permintaan lele untuk rumah makan sedang marak.

”Setahu saya, yang berperan ikut menyebarluaskan bakteri ini adalah Pasar Bogor karena di pasar ini banyak ikan mas yang mati mendadak sebelum dijual ke konsumen. Padahal konsumen yang datang beragam, dari Jabotabek maupun luar daerah,” jelas Lestari kepada AGRINA.

Tambahan lagi, di kalangan petani lele ada kebiasaan memberi pakan berupa jeroan ikan. Lele yang diberi pakan jeroan ikan mas terinfeksi, dalam dua hari sudah mati mengapung. Petani pun merugi karena tingkat kematian lele bisa mencapai 100%.

Gejala dan Penanggulangan

Penyakit MAS ditandai dengan warna tubuh menjadi gelap, terdapat borok (koreng) di permukaan tubuh, insang rusak, sirip teriritasi (grepes), dan hati abnormal. Ikan cenderung naik ke permukaan megap-megap seperti kekurangan oksigen, berenang lamban, dan anoreksia (tidak mau makan).

Bakteri Aeromonas termasuk sangat ganas dengan tingkatan serangan yang cukup mematikan bagi ikan air tawar, terutama lele dan ikan mas. Keganasannya memang masih di bawah KHV. Tak hanya ikan, manusia juga bisa ikut tertular bila menyantap lele sakit yang kurang matang, terinfeksi melalui luka, dan tidak mencuci tangan setelah memegang ikan yang sakit. Manusia yang tertular akan mengalami diare dan sakit perut.

Untuk mencegah MAS, petani harus menjaga kebersihan lingkungan atau sanitasi, tidak memberikan pakan berupa jeroan ikan, dan membuat sirkulasi air di kolam agar air yang mengandung bakteri berganti air bersih. Petani juga sebaiknya rajin memantau ikan-ikan yang dipeliharanya. Bila kedapatan ikan yang sakit, harus segera dipisahkan agar penyakit tidak menular.

Herbal Juga Manjur

Selain cara-cara pencegahan itu, Lestari menemukan pengobatan dengan herbal yang tak kalah ampuh dibandingkan antibiotik. Herbal ini dibuat dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava), sirih (Piper betle), dan sambiloto (Androgaphis paniculata).

Menurut Lestari, bahan-bahan ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ekstrak daun jambu biji bermanfaat memperbaiki usus ikan yang terinfeksi bakteri. Sirih berperan sebagai antibiotik atau antibakteri. Sedangkan sambiloto bersifat antiradang. “Semua bahan baku yang saya pakai itu murah karena kalau mahal banyak para peternak ikan yang akan terus memakai antibiotik. Nantinya ikan jadi nggak sehat dan mengakibatkan penyebab penyakitnya menjadi resisten,” tegas ibu dua anak ini.   

Semua bahan tersebut telah diuji di laboratorium. Hasilnya, ikan bisa sembuh dari MAS. Cara penggunaannya, satu botol herbal berisi 10 cc disemprotkan ke satu kilo pellet. Pellet ini kemudian diberikan ke lele sakit yang sebelumnya sudah dipisahkan dari ikan sehat.

Lebih jauh Lestari menjelaskan mekanisme kerja herbal hasil penelitiannya itu. Ekstrak herbal bereaksi secara bertahap. Mula-mula jamu akan memperbaiki usus dan borok yang disebabkan oleh si bakteri. Lalu mengempiskan perut ikan yang membusung. Dua hari kemudian, bakteri-bakteri tersebut lenyap dan ikan-ikan  yang sakit  pun bisa sembuh sedia kala lagi.

Pada 2005 herbal temuan Lestari yang termasuk 101 Indonesia Innovations ini dipatenkan. Saat ini pihaknya masih membuka peluang bagi para produsen jamu yang ingin bekerjasama untuk memproduksi dan memasarkannya. Dengan herbal, pengobatan terhadap MAS menjadi lebih efektif dan lebih ramah lingkungan.

Peni SP, Agung Christiawan

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain