BPTP Jateng merilis kembali bibit bawang merah varietas Bima yang telah dimurnikan. Acara ini berlangsung di Desa Gempol Songo, Kec. Mijen, Kab. Demak, Jateng.
Dalam acara tersebut juga ditandatangani kesepakatan antara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng dan Kantor Ketahanan Pangan Demak, masing-masing diwakili Kasdi Subagyo dan Eko Pringgolaksito. Kesepakatan tersebut tentang penangkaran bibit bawang merah di Gempol Songo, Mijen, Demak.
BPTP akan berperan membina teknologi pembibitan bawang merah. “Ke depan kami berharap dapat diupayakan pembibitan melalui biji, sehingga hasilnya dapat lebih baik lagi,” ujar Kasdi. Untuk lebih mengoptimalkan hasil produksi, pihaknya juga akan kerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) di Lembang, Bandung, dan Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
Sementara itu, Eko Pringgolaksito mengaku, produksi bawang merah di Kab. Demak mengalami peningkatan. Pada 2006 areal bawang merah hanya 2.150 ha dan pada 2009 meningkat menjadi 2.899 ha. Yang luar biasa peningkatan produktivitasnya, pada 2006 sebanyak 6,9 ton per ha dan 2009 sudah mencapai 16 ton per ha tentunya dengan menggunakan bibit berkualitas dan teknologi pemupukan yang tepat.
Luas Tanam dan Produktivitas Meningkat
Di Desa Gempol Songo selama ini sudah berdiri Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Makmur yang menghasilkan bawang merah varietas Bima dan Timor dalam jumlah cukup besar. Kelompok tani ini beranggotakan 60 orang. Nur Khalin, petani yang juga Kepala Desa Gempol Songo, mengaku, “Saya bersama petani yang ada di sini mengelola tanah seluas 40 ha. Jika ditambah dengan yang di luar desa kami, jumlahnya bisa mencapai 85 ha.”
Khalin menambahkan, setiap petani mengelola setidaknya satu bahu (7.500 m2) dengan hasil 9 ton sekali panen. Hasil sebesar itu masih dapat dioptimalkan lagi dengan jarak tanam, benih berkualitas, dan pemupukan yang tepat. Dicontohkannya, jarak tanam yang diterapkan disesuaikan dengan harga bibit. Jika harga bibit tinggi, jarak tanamnya 12 cm x 15 cm dengan harapan asupan nutrisi dari pupuk untuk pertumbuhan semakin besar sehingga hasilnya optimal. Sebaliknya kalau harga bibit rendah, jarak tanam dibuat lebih pendek, 12 cm x 10 cm supaya jumlahnya semakin banyak.
Petani akan sangat senang jika harga bawang merah pada titik tertinggi seperti pengalaman Khalin sebesar Rp6.000 per kg. Namun demikian, ia pun sangat sedih jika lagi apes harus menelan harga terburuk Rp2.000 per kg. “Inilah saat kritis bagi kami, manakala harga jatuh dan kami tidak bisa berbuat banyak. Mau tidak mau hasil panen harus kami jual untuk menopang kehidupan kami. Harga terjelek sekalipun harus kami lepas karena terpaksa,” keluhnya.
Harapan petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bawang merahnya dapat terjawab dengan menggunakan paket pemupukan bawang merah Saprotan Utama. Paket pemupukan tersebut memberikan dampak positif. Mulai dari tanaman bawang merahnya terlihat sehat, subur, produktivitas tinggi, dan kualitas bawangnya pun meningkat. “Tanaman bawang yang diberi paket pupuk Saprotan, menghasilkan bawang dengan kualitas yang baik, seperti warna yang kuat, bobot tinggi, dan daya simpan relatif lama sekitar tiga bulan,” tegas Ir. Sriyanto, Area Manager Saprotan Utama Jateng.
Agus Triyono (Kontributor Semarang)