Kamis, 29 Oktober 2009, Gedung Putih untuk kedua kalinya melakukan “panen raya” kebun sayur organiknya. Ibu Negara Michelle Obama memimpin murid-murid sekolah dasar merantas rumput, memacak tanah, dan menanam bibit pada Maret lalu, dan bersama para murid itu pula, ia berpesta panen pada Juni, dan akhir Oktober. “Sudah lebih 740 pon sayuran dihasilkan dari lahan kecil ini,” kata Ny. Obama tentang kebunnya yang seluas 1.100 kaki persegi (930 m2) di halaman selatan istana kepresidenan AS itu. Pada panenan kedua dihasilkan pula 134 pon madu. White House Kitchen Garden tersebut menghasilkan brokoli, zukini, selada (lettuce), bayam, kubis, lobak, wortel, bawang, ubi merah, peas, tomat, dan sebagainya.
Kegiatan bercocok tanam di pekarangan dilakukan Ibu Negara AS untuk memberi teladan dan menggugah masyarakat supaya hidup sehat dengan makanan sehat. Ia mengajak rumah tangga Amerika memanfaatkan lahan pekarangan, biar pun sejengkal, untuk memproduksi sendiri kebutuhan pangan sehari-hari. Ikut meredam gejolak inflasi karena hemat belanja dapur, dan dengan hidup sehat tidak keluar ongkos pengobatan. Gerakan ini sebenarnya mengulang apa yang dilakukan Ibu Negara Eleanor Roosevelt untuk melawan Great Depression (krisis ekonomi 1930-an) dan membangun kekuatan lini belakang yang tangguh dalam Perang Dunia II.
Kebun sayuran di pekarangan Gedung Putih waktu itu dinamakan “Victory Garden”, dan gerakannya diikuti oleh 20 juta keluarga Amerika. Alhasil, 40% konsumsi pangan AS dipenuhi dari “kebun kemenangan” di halaman rumah dan sekolah, di taman kota, pot-pot tanaman sayuran di beranda dan atap bangunan. Industri perbenihan bergairah dan dikemas sebagai “Victory Garden Seed”.
Pada masa sekarang ini, gerakan untuk bangkit dan memenangkan peperangan melawan krisis ekonomi dan keuangan, dipicu dengan “Kitchen Garden” yang dimulai di halaman Gedung Putih. Sudah satu juta warga Amerika terpanggil mengikuti jejak Ibu Negara Michelle Obama untuk bercocok tanam sayuran di pekarangan rumah.
Kalau di Amerika, gerakan berdikari ketersediaan pangan dengan memanfaatkan pekarangan dipimpin oleh Ibu Negara, maka di Indonesia gerakan itu dibangkitkan dari bawah, oleh ibu rumah tangga biasa, oleh pastor, ulama, ketua RT/RW, guru, petani sederhana. Kegiatan mereka berupa berkebun tanaman dapur, atau tanaman obat atau tanaman hias. Hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, dinikmati sebagai tamasya alam, atau hobi, bahkan bisnis. Yang untuk agribisnis bisa dilakukan berpatungan dalam kelompok, dengan penguasaan tanah yang lebih luas. Bisnisnya bisa dari jualan pupuk kompos, bibit tanaman hasil pemuliaan sendiri, sampai cacing penggembur tanah. Ikutannya adalah usaha pertukangan untuk pengerjaan rumah kaca (greenhouse), sprinkle, irigasi tetes, dan aneka perkakas lainnya. Gerakan go-green, go veggie yang berkembang dalam lingkup RT/RW atau kampung menciptakan pula agrowisata atau ekowisata.
Tujuan paling strategis dari gerakan menanam (sayuran, buah-buahan, tanaman hias), di pekarangan masing-masing adalah membangun kekuatan berdikari masyarakat untuk hidup hemat, bersih dan sehat, sekaligus memutar perekonomian lokal. Hasilnya akan gemilang manakala warga sebanyak-banyaknya terpanggil dan melibatkan diri ke dalamnya. Sewaktu masa perang kemerdekaan, Panglima Besar Sudirman mengobarkan semangat rakyat dan menyerukan “percaya kepada diri sendiri, jangan menantikan pertolongan dan bantuan dari luar. Pertahankan dengan segenap tenaga pekarangan dan rumah kita”. Kini musuh fisik sudah jauh, tapi pekarangan dan rumah kita tetaplah menjadi modal perjuangan menghadapi musuh baru, yakni kemiskinan, keterbelakangan, dan bala penyakit. Percaya diri sendiri berarti pula dengan segenap tenaga mengembangkan sumberdaya asli lokal, mengembangkan pasar domestik, bahkan berkiprah di mancanegara.
Apa yang ditunjukkan oleh keluarga-keluarga di lingkungan Jalan Banjarsasri, Rawajati, kampung Setu Babakan di Jakarta Selatan, serta berbagai tempat lain di Indonesia, membuktikan kita sanggup membangun kebun-kebun kemenangan untuk mengamankan nutrisi, menjauhkan kerawanan pangan, membangun kesehatan masyarakat, menciptakan keasrian lingkungan, menghemat uang belanja, bahkan menambah pendapatan keluarga, serta ikut menahan laju inflasi.
Daud Sinjal