Pelaku industri unggas optimistis bisnis penyedia protein hewani termurah ini tetap tumbuh hingga 8% pada 2010 mendatang.
Krisis ekonomi global diramalkan belum sepenuhnya beranjak tahun depan. Meski demikian para pelaku bisnis unggas di Tanah Air yakin akan pertumbuhan industri yang mereka geluti. Keyakinan itu bertolak dari data pertumbuhan hingga September 2009 yang mencapai rata-rata 5%—6,4%.
“Dalam masa krisis saja kami masih bisa tumbuh,” ujar Krissantono, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) dalam seminar nasional perunggasan ke-5 yang mengangkat tema “Bagaimana Prospek Bisnis Perunggasan 2010 di Era Pemerintahan Baru (SBY-Boediono)” di Jakarta (27/10). Acara ini digelar dalam rangka ulang tahun ke-30 Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI).
Prospek pertumbuhan industri perunggasan 2010 itu, imbuh Krissantono, terjadi karena adanya penambahan lahan peternakan dan juga bahan pakan ternak terutama jagung yang sudah diproduksi dalam negeri. Ia menambahkan, berdasarkan catatan GPPU produksi anak ayam umur sehari (day old chick -DOC) pada 2008 sebanyak 1,075 miliar ekor dari 32 parent stock breeding farm. Diperkirakan hingga akhir 2009 menjadi 1,144 miliar ekor sehingga secara total pembibitan tumbuh 6,4% sepanjang tahun ini. “Dengan pertumbuhan yang diprediksi naik 8%, maka setidaknya DOC yang dibutuhkan peternak ayam akan mengalami penambahan menjadi 1,235 miliar ekor,” lanjutnya.
Sementara itu, menurut FX Sudirman, Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT), naiknya pertumbuhan pembibitan unggas tersebut juga akan mengerek kebutuhan pakan. Produksi pakan pada 2009 diperkirakan mencapai 8,4 juta ton per tahun atau baru 60% dari kapasitas produksi terpasang yang 14 juta ton. “Pada 2010, kebutuhannya akan mengalami kenaikan menjadi 9,1 juta ton per tahun,” prediksi Sudirman. Direktur PT Sierad Produce Tbk. ini menambahkan, industri pakan akan tumbuh 8%, “Tapi dengan catatan iklim politik, keamanan, dan nilai tukar rupiah stabil," katanya.
Optimisme pun disampaikan Sugeng Pujiono mewakili ASOHI yang mengatakan produksi obat hewan akan tumbuh sekitar 10%—11 %. Prediksi ini terkait dengan pertumbuhan industri perunggasan. Pasalnya, obat hewan adalah sektor hulu di bisnis perunggasan sehingga apa yang terjadi di perunggasan pasti ada efeknya di industri obat hewan. “Kalau pertumbuhan industri unggas kecil, maka growth-nya kecil dan kalau pertumbuhannya naik, maka growth-nya ikut naik,” cetus Sugeng yang juga Marketing Manager PT Sanbe Group dan PT Caprifarmindo.
Tambahan Investasi Rp600 miliar
Menanggapi prediksi pertumbuhan industri unggas yang 8%, Achmad Dawami, Senior Vice President Head of Broiler Division PT Primatama Karya Persada, mengatakan, berarti tahun depan ada sekitar 98,8 juta DOC. Untuk itu, pelaku industri peternakan harus mempersiapkan investasi sekitar Rp600 miliar guna pengadaan kandang baru. “Jika tidak ada penambahan, percayalah pada saya, harga DOC akan menurun, terjadi banting-bantingan harga lagi,” ujarnya mewanti-wanti.
Sudirman melihat, pertumbuhan pasar ayam pedaging terutama terjadi di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Konsumsi ayam di daerah itu terus meningkat setiap tahun. “Kalau di Pulau Jawa, sudah jenuh. Misalnya kawasan Jakarta, konsumsinya sudah di atas Singapura,” kata Sudirman.
Amin Asan Bukhori dari Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (PINSAR), menjabarkan, dengan asumsi peningkatan 28% panen broiler berukuran 1,6 kg secara konsisten pada 2010, maka permintaan maksimal naik 10%. Di sisi lain pasokan DOC sekitar 24 juta—25 juta ekor per minggu. Hitungannya, daya serap masyarakat terhadap ayam broiler tahun mendatang akan mencapai 26 juta—28 juta ekor per minggu.
Tri Mardi Rasa