Senin, 9 Nopember 2009

Melongok Lembang Mini

Bercita-cita membentuk sentra persusuan seperti Lembang, kini kampung sapi perah ini baru memiliki 500 ekor.

Berniat ikut menyejahterakan masyarakat di sekitar perusahaan, PT Simpang jaya Dua (SJD), peternakan sapi perah dengan populasi 50 ekor mengupayakan kemitraan untuk pemeliharaan sapi. SJD yang dirintis H. Didi Supriadi pada 2006 ini berdiri di atas lahan seluas 18,6 ha di Banjaran, Cijambe, Kab. Subang, Jabar.

Ketika ditemui AGRINA, Didi memaparkan, idenya membangun kemitraan dengan masyarakat mendapat sambutan positif ketika dilontarkan ke Bank BNI. “Alhamdulillah, pola kemitraan dengan masyarakat ini dapat dijalankan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BNI,” ungkapnya. Ia menambahkan, sebagai tanda terimakasih telah diberi modal, kampung tempatnya mengembangkan kemitraan sapi perah itu dinamai Kampung Sapi BNI.

Melalui PKBL tersebut, BNI menggelontorkan pembiayaan murah. Suku bunga yang dibebankan kepada peternak hanya 4% per tahun. Pada November 2007, BNI mengucurkan dana untuk pembelian 200 ekor. “Kerja sama ini juga melatih masyarakat setempat untuk mengenal prinsip perbankan. Jadi hasil yang diperoleh peternak tidak habis, tapi bisa ditabung,” jelas anak bungsu dari delapan bersaudara ini.

Kemitraan

Pada kemitraan tersebut, SJD berperan sebagai inti dan masyarakat peternak sebagai plasma. Dalam hal ini, BNI membantu pendanaan untuk pembelian 4—5 ekor sapi per peternak. Peternak mendapatkan pasokan bibit dari SJD. Sedangkan peternak memasarkan sapi melalui SJD. Perusahaan kemudian menyalurkan sapi ke kelompok ternak yang lain. Begitu seterusnya sehingga populasi sapi perah di Kampung Sapi BNI berkembang. Saat ini jumlah sapi perah di sana mencapai 500 ekor. Memang masih jauh dari Lembang yang sudah ribuan ekor.

“Saya membuka usaha ingin mengajak orang lain untuk ikut berusaha bersama-sama. Saya nggak mau untung sendiri. Justru saya senang kalau bisa ngajak masyarakat ikut berhasil dengan usaha yang saya jalani,” tutur Didi ketika ditanya latar belakangnya mengembangkan kemitraan.

Untuk membangun peternakan berikut fasilitasnya, ayah tiga anak tersebut mengeluarkan modal pribadi sekitar Rp5 miliar. Dari jumlah itu, BNI memberi pinjaman Rp2 miliar. “Melalui kemitraan ini, SJD mendapatkan keuntungan dari sewa kandang, bagi hasil dari penjualan sapi, penjualan kompos, dan pakan,” beber alumnus Sekolah Peternakan Menengah Atas (SNAKMA) Cikole, Lembang, Bandung.

Lebih jauh Didi menjelaskan, lokasi pembibitan sapinya terletak di atas perbukitan, dengan jarak tempuh sekitar 12 km dari jalan raya. Jalur menuju ke sana hanya satu yang terlihat dari permukiman penduduk lumayan terjal. Sengaja dibuat seperti itu sebagai upaya mitigasi mencegah pencurian bibit sapi dari orang-orang tidak bertanggung jawab. “Lokalisasi juga mencegah terjadinya penjualan ternak sapi oleh peternak, di luar kesepakatan BNI dan PT SJD sebagai lembaga penjamin,” jelasnya.

Berbicara mengenai biaya pemeliharaan, berdasarkan hitungan Didi, per ekor sekitar Rp10.000 per hari. Biaya ini sudah mencakup pakan, obat, dan inseminasi buatan. Sedangkan total biaya pembibitan selama enam bulan sekitar Rp1,8 juta per ekor. Sapi-sapi di Kampung Sapi BNI dipelihara dengan diberikan vitamin, antibiotik, konsumsi konsentrat yang bagus, dan dikontrol tiap bulan. “Kami juga mempersiapkan kandang, peralatan, teknisi, obat, pakan, dan tenaga ahli,” papar Didi kini telah menggandeng 70 peternak mitra yang berasal dari warga sekitar perusahaannya.

Yan Suhendar

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain