Senin, 14 September 2009

Satu Lagi Ikon Kota Depok

Menyiasati harga dengan membuat produk olahan dan menjadi produk khas Kota Depok

Kota kecil di pinggiran Jakarta ini ternyata masih memberi perhatian pada perkembangan agribisnis. Setelah mendeklarasikan belimbing dewa sebagai ikon, kini giliran jambu biji merah fokus dikembangkan. Setidaknya ada puluhan kelompok tani yang aktif mengusahakan buah bernama ilmiah Psidium guajava ini.

Namun produk segar jambu biji merah juga tak luput dari terpaan fluktuasi harga pasar. Berdasar pengamatan H. Nawawi, Ketua Gapoktan Patih Jaya, Pasir putih, Sawangan, Depok, harga jatuh biasanya saat musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau harga cukup bagus. Sewaktu harga tinggi, rentangnya dari Rp5.000 (kelas A) sampai Rp1.500 (kelas C) per kg di tingkat eceran. Namun sebaliknya ketika anjlok, kisarannya hanya Rp3.000—Rp900 per kg. Untuk menyiasati harga, mereka membuat produk olahan berupa jus dan dodol jambu biji.

Nilai Tambah

Semua berawal dari Program Primatani yang diikuti gapoktan pada 2007. Selain mendapat info cara berkebun, mereka mendapat bimbingan pembuatan produk olahan. “Karena kita petani kota yang tidak memiliki lahan luas, mau nggak mau kita harus terus berinovasi untuk tetap bertahan, “ ujar H. Nawawi.

Sainin Ali, Sekretaris Gapoktan menambahkan, jus dan dodol jambu biji dipilih lantaran dari hitungan bisnis cukup menjanjikan. Kenyataannya olahan tersebut bukan hanya dapat dibuat saat harga produk segar jatuh, tetapi juga menjadi bisnis sampingan menguntungkan saat harga tinggi. “Buah yang digunakan saat harga tinggi, kita pilih yang kelas C. Selama ini harganya murah. Tapi bukan berarti tak layak konsumsi. Biasanya hanya luka sedikit pada buah atau terlalu matang,” ungkap lelaki yang biasa disapa Olay ini.

Amelia Rahmat, Ketua Kelompok Wanita Tani Patih Jaya, yang menjalankan pembuatan dodol menambahkan, harga satu pak dodol berisi 12 bungkus Rp5.000. Dari satu kilo buah jambu dihasilkan lima pak dodol. “Buah jambu yang dipakai adalah yang kelas (grade) rendah. Daripada hanya laku Rp1.000 per kg lebih baik dibuat dodol,” tambahnya.

Hasil memuaskan didapat kelompok ini saat berlangsungnya acara Agro Inovasi di Bogor Agustus lalu yang menampilkan berbagai produk inovasi pertanian. “Dodol kami laku ratusan pak. Sedangkan jus laku sampai seribu botol. Usaha kami mendapat respon positif. Malah ada pengusaha dari Bima, NTB yang membeli banyak dodol, katanya mau mencontoh,” sambung H. Nawawi.

Pengolahan Sederhana

Menurut Amelia, bahan tambahan dalam pembuatan dodol antara lain ketan putih, gula pasir, mentega, dan bubuk vanili. Masing-masing sebanyak 30 gr, 60 gr, 25 gr, dan satu bungkus untuk bahan satu kilo buah jambu. “Untuk modal membeli bahan-bahan nggak besar kok,” papar wanita berperawakan besar ini.

Proses pembuatannya sederhana. Setelah kulit dan biji jambu dibuang, daging buah direbus selama lima menit agar empuk dan higienis. Berikutnya, buah dihancurkan dengan blender. Lalu dimasak dalam kuali, masukkan bahan–bahan tambahan, dan diaduk kurang lebih selama 7 jam.

Rasa dodolnya legit tapi tak terlalu manis dan aroma jambu bijinya kentara terasa. Saat dikulum, teksturnya sedikit kasar tetapi menjadi ciri tersendiri dibandingkan jenis dodol lain. “Kami akan terus kembangkan dodol dan jus menjadi ikon kedua Kota Depok. Kebetulan lokasi kami dekat dengan obyek wisata Masjid Kubah Mas. Ini bisa menjadi oleh-oleh pengunjung,” harap Olay.

Selamet Riyanto

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain