Senin, 14 September 2009

Awas, Potensi Bibit Penyakit Meningkat

Terapkan manajemen peternakan ayam yang tepat pada musim kemarau dapat menekan serangan penyakit.

Musim kemarau tahun ini diprakirakan lebih panjang ketimbang tahun lalu. Musim hujan di wilayah Indonesia umumnya baru datang pada November dan Oktober. Perubahan musim dan cuaca, menurut  Agus Wiyono, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan-Deptan, akan berpengaruh terhadap siklus produksi peternakan ayam. Peternak harus mampu membuat ayam beradaptasi terhadap perubahan cuaca. “Terlebih lagi ayam yang sekarang dipelihara menuntut penyediaan kondisi yang nyaman (comfort zone) agar potensi genetiknya berkembang secara optimal,”ucapnya.

Saat masa kemarau, suhu udara panas membuat ayam tidak nyaman dan stamina tubuhnya menurun. Ayam akan mengalami stres. Menurut Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, ayam dewasa mulai stres saat suhu kandang mencapai 30oC. Akibatnya, produktivitas bisa terganggu. “Pada saat kondisi ini, diperlukan manajemen yang tepat agar ayam tetap nyaman dan mampu berproduksi dengan optimal,” saran Agus.

Secara umum, kasus serangan penyakit pada musim kemarau relatif akan meningkat, baik penyakit saluran pernapasan maupun pencernaan. Hal ini dikarenakan meningkatnya konsentrasi bibit penyakit dan menurunnya stamina tubuh ayam.

Masih menurut Wayan Wibawan, semasa kemarau perkembangan bibit penyakit cenderung meningkat. “Kasus Koli atau kolibasilosis secara umum bisa terjadi sepanjang tahun, tapi banyak kejadian didapat pada musim kemarau,” ucapnya. Ia menjelaskan, Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli patogen (EPEC= enteropathogenic .E coli). Bakteri ini mengontaminasi dari air yang mengandung koli pada cabang tenggorok-kerongkongan, sebagian akan masuk ke dalam paru-paru dan kantung hawa kemudian berbiak di sana. “Idealnya, jumlah koli harus nol dalam air minum unggas,” kata ahli perunggasan itu.

Selanjutnya, bakteri tersebut dapat menyebar di permukaan organ viseral, seperti hati dan jantung menimbulkan peritonoitis, perihepatitis, dan epikarditis. “Oleh karena itu pada musim kemarau ini akan lebih baik bila lebih waspada terhadap kualitas air minum. Bakteri E. coli menjadi salah satu bakteri yang akan meningkat konsentrasinya saat musim kemarau,” tambah Agus.

Selain itu, ada juga bakteri Salmonella pullorum yang serangannya termasuk cukup berbahaya. Sebab, di samping cepat menular, tingkat kematiannya cukup tinggi mencapai 70%—80%. Ayam yang terjangkit bakteri ini menunjukkan muka pucat, tubuh lesu, berak mencret berwarna keputih-putihan. Namun sebenarnya, menurut Agus, bakteri ganas ini tak hanya menyerang pada musim kemarau, tapi juga saat penghujan.

Yan Suhendar

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain