Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur siap menjadi garda terdepan dalam mengenjot produksi udang nasional. Bagaimana peluang investasi di kedua wilayah itu?
Untuk mempromosikan dua provinsi tersebut, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menggelar temu bisnis di Jakarta (18/8). Pemda Kalbar diwakili Gatot Rudiyono, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalbar. Sedangkan Pemda Kaltim mengutus Khaerani Saleh, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim. Keduanya memaparkan potensi wilayah masing-masing dalam pengembangan udang.
Kalbar Masih Lebar
Dalam paparannya Gatot menjelaskan, wilayah sebaran budidaya udang berada di 7 kabupaten, yaitu Pontianak, Bengkayang, Sambas, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Singkawang. Total produksi udang di Kalbar mencapai 6.827,34 ton terdiri dari udang windu sebesar 461,97 ton, udang putih 143,70 ton, dan Vanname 6.231 ton.
Dari jumlah tersebut, Bengkayang terbilang penyumbang terbesar, sebanyak 5.175 ton, seluruhnya berupa Vanname. Disusul Pontianak dengan produksi 686,50 ton, terdiri dari windu 52,70 ton dan Vanname 633,80 ton. Sedangkan untuk wilayah Sambas, produksinya mencapai 612,25 ton terdiri dari windu 218,68 ton, udang putih 141,60 ton, dan Vanname 252 ton.
Perkembangan ekspor udang Kalbar pada 2006—2007 mengalami peningkatan sebesar 10,19% Pada 2006 volumenya 2.187 ton senilai US$16,7 juta meningkat menjadi 2.410 ton senilai US$19,9 juta lebih. Udang diekspor dalam bentuk beku.
Menurut Gatot, pembudidaya udang di wilayahnya terbagi menjadi dua kelompok. Yaitu, pembudidaya sistem intensif di Bengkayang, Pontianak, dan Singkawang. Sedangkan kelompok pembudidaya sistem tradisional berlokasi di Sambas, Kubu Raya, Ketapang, dan Kayong Utara.
Peluang pengembangan budidaya udang di Kalbar, imbuh Gatot, masih sangat besar, dari luasan 29.304 ha yang telah dimanfaatkan baru 8.787 ha. ”Ini baru budidaya udang tambak yang lokasinya tersebar di Sambas, Bengkayang, Kubu Raya, dan Ketapang. Kalbar lebih banyak ke penangkapan, sementara budidaya masih tidur. Maka Dirjen Budidaya DKP menyebut Kalbar sebagai sleeping giant, artinya raksasa yang tertidur. Potensinya besar, namun belum tergarap baik. Di sinilah peran investor dibutuhkan,” tandasnya.
Karena itu Gatot menjanjikan kemudahan bagi investor yang ingin mengembangkan budidaya udang di wilayahnya. ”Saya sebagai Kepala Dinas akan memberantas pungutan liar dan birokrasi yang bertele-tele, dan memberikan kemudahan perizinan usaha dan jaminan kepastian berusaha bagi investor yang datang ke Kalbar,” janjinya. Apalagi, “Bapak Gubernur Kalbar Dr. Cornelis MH siap menjamin iklim investasi yang sehat dan kepastian usaha,” tambahnya pula.
Kalbar tak hanya menyediakan sumberdaya alam tapi juga secara bertahap mulai membenahi sarana prasarana, seperti telepon dan pembangunan sarana irigasi tambak di daerah Sambas dan beberapa fasilitas lainnya.
Hingga saat ini, Kalbar memiliki 7 unit usaha pengolahan modern berbahan baku udang. Ketujuh unit usaha tersebut memproduksi udang beku dengan tujuan pasar Asia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan itu adalah PT Aquarium Shrimp, PT Pulau Mas Khatulistiwa, PT Ujung Timur, PT Central Coldstorage Pratama Sakti, PT Pancamitra Multi Perdana, PT Samudera Utama, dan CV Mendawai.
Kaltim Didukung Perbankan
Sementara itu, kondisi sedikit berbeda ada di Kaltim. Menurut paparan Khaerani Saleh, pengembangan budidaya tambak udang tersebar di 10 kabupaten/kota, yaitu meliputi Bulungan, Tarakan, Pasir, Kutai Kertanegara, Bontang, Balikpapan, Kutai Timur, Berau, dan Nunukan.
Jenis udang yang dibudidayakan terdiri dari windu, udang putih, dan udang api-api. Produksi terbesar adalah windu dengan total produksi pada 2007 sebesar 8.401,5 ton, sedangkan udang putih 4.787,7 ton, dan api-api 2.703,8 ton. Produksi windu terbesar berada di Bulungan, 3.282,3 ton, sedangkan udang putih dan api-api dari Kutai Kertanegara.
Kaltim mengekspor udang dalam bentuk udang beku dan non-beku. Berdasarkan data UPTD LPPMHP Samarinda 2008, volume ekspor udang beku 2006 sebesar 4.810 ton, 2007 menjadi 5.646 ton atau naik sebesar 17,37%. Namun tahun lalu ekspor turun tinggal 3.972 ton atau anjlok hampir 30%. Sedangkan ekspor non-beku terus menurun dari 1.674 ton, 1.608 ton, dan 1.118 ton pada periode yang sama.
Hingga saat ini Kaltim memiliki 10 unit pengolahan ikan berbahan baku udang. Produk ini dipasarkan ke Jepang, China, Singapura, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Dari 10 unit tersebut, PT Syam Mandiri yang terbesar dengan total kapasitas terpasang untuk gudang 400 ton dan rata-rata produksi 15 ton per hari.
Dari sisi kebijakan, Khaerani pun menjanjikan kemudahan perizinan dan kepastian investasi bagi investor yang datang ke Kaltim. Kaltim masih menyisakan banyak lahan potensial untuk budidaya air payau. Dari 255 ribu ha, baru dimanfaatkan sekitar 138 ribu ha. Bahkan bank juga siap mendukung, “Bank Kaltim telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung kegiatan usaha di sektor perikanan,” ungkapnya. Siapa tertarik?
Marwan Azis (Kontributor Makassar)