Bebas dari serangan
Menggunakan screenhouse alias rumah kasa di areal tanaman tomat dan cabai, apakah menguntungkan? Mungkin itu pertanyaan pertama yang muncul bila kita melihat pertanaman milik Arief Darmono. Selama ini rumah kasa lebih banyak dijumpai pada usaha tanaman hias. Alasannya, dengan harga jual tinggi dan stabil, komoditas ini diyakini mampu mengembalikan modal pembuatan rumah kasa. Memang tak dipungkiri membutuhkan anggaran ratusan juta rupiah dalam pembangunannya.
Arief Darmono, petani tomat dan cabai dari Desa Sukaraja, Sukabumi, Jabar, itu punya alasan sendiri. Ia sengaja mengurung sekitar lima hektar lahannya dengan rumah kasa. “Hasil panen naik dua kali lipat dan satu siklus tanam sudah bisa balik modal,” ungkap pemilik 20 ha kebun tomat dan caba ini ketika ditemui AGRINA.
Berdasar pengalamannya, dalam kondisi normal, satu hektar tanaman cabai menghasilkan sekitar 20 ton. Jumlah berbeda didapatkan Arief setelah menutup kebunnya dengan kasa, jumlah panenannya berlipat dua menjadi 40 ton. “Berarti ada penambahan sekitar 20 ton per hektar. Jika harga di pasaran Rp5.000 per kg, berarti pemasukan berlipat menjadi Rp100 juta,” lanjut sang empunya Agro Restu Inti Farm ini.
Aman Dari Hama
Lebih jauh Arief membeberkan, kelebihan penggunaan rumah lainnya adalah ukuran buah relatif seragam. Biasanya perbedaan ukuran buah pada tangkai bawah dan atas cukup ekstrem. Perbandinganya bisa 1: 4 lebih besar buah di tangkai bawah “Ini pasti berpengaruh pada bobot panen. Kalau jumlah buahnya sama dengan bobot seragam, pasti lebih tinggi hasilnya,” jelas Insinyur Pertanian jebolan UGM tersebut.
Selain itu, jumlah buah dalam satu tanaman ternyata lebih banyak. Hal ini, menurut Arief, terjadi karena cabang bawah dapat tumbuh dan berbuah. Di ruang terbuka kondisi tersebut sangat jarang terjadi.
Tidak hanya itu, dari pengamatannya penggunaan kasa juga memperpanjang masa panen. Lazimnya, masa panen tomat berlangsung maksimal 5 bulan, tetapi dengan kasa bisa sampai 8 bulan. “Kita tanam bareng dengan yang tidak pakai screen. Ternyata yang tidak pakai screen, setelah cabai harus ditanami kol. Sedangkan yang pakai screen sampai kol yang di lahan terbuka panen, cabainya masih berbuah,” tutur warga Perum Gentong Mas Indah ini.
Poin penting penggunaan kasa adalah berkurangnya serangan hama. Pasalnya, bagian atas dan samping kebun tertutup rapat dengan kasa. Bila populasi hama berkurang, bisa dikatakan serangan penyakit pun akan menurun, sebab, tidak sedikit jenis hama yang membawa spora penyebab penyakit. “Tidak ada serangan hama, otomatis pertumbuhan akan berjalan normal dan berbuah sesuai dengan potensinya,” imbuh Arief.
Sedikit Mahal
Pemanfaatan kasa tidak ubahnya rumah kaca sederhana. Sebagai rangka, digunakan bambu setinggi tiga meter. Meski lebih murah daripada besi, rangka bambu dapat bertahan lebih dari tiga tahun. Pembuatan rumah kasa, menurut Arief, menghabiskan anggaran sekitar Rp100 juta per ha. “Memang agak mahal, tetapi hasilnya juga tidak mengecewakan,” tegasnya.
Kasa, mirip jaring ikan, terdiri dari beberapa ukuran yang dinyatakan dengan mesh (banyaknya lubang per cm2). Berdasarkan pengamatan Arief, ukuran 60—70 per cm2 dengan 80% sinar matahari masuk, cukup pas bagi tanaman tomat dan cabai.
Kendala yang dihadapi petani maju itu selama menggunakan rumah kasa kesulitan saat panen lantaran tinggi tanaman bisa mencapai dua meter. Untuk itu ia mengakalinya dengan memangkas batang bagian bawah saat awal penanaman sehingga tanaman membentuk banyak cabang.
Selamet Riyanto