Biasanya menghadapi bulan puasa dan lebaran, harga daging sapi akan membubung. Namun tahun ini pemerintah dan pelaku usaha menjamin hal itu tidak akan terjadi.
Tahun lalu, mendekati hari lebaran harga daging sapi melambung sampai sempat menyentuh Rp70.000 per kg. Menjelang lebaran tahun ini, menurut prediksi Thomas Sembiring, harga tidak akan semahal itu. Kisarannya, kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging (ASPIDI) hanya Rp55.000—Rp60.000 per kg di tingkat konsumen.
Harga tersebut, imbuh Thomas, tidak akan merata di tingkat ritel karena memang sulit memprediksi harga jual yang pasti di tingkat ritel. “Harga di tingkat ritel tidak bisa dikendalikan tapi kalau jumlahnya (stok) diperbanyak mungkin bisa berpengaruh. Oleh sebab itu, sebaiknya pemerintah mengimbau pedagang dan peritel untuk tidak menaikkan harga jual barangnya secara berlebihan,” jelasnya.
Asal Nilai Tukar Stabil
Sementara itu, Turni Rusli Syamsudin, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan, Deptan, mengomentari kenaikan harga jual saat bulan puasa dan jelang lebaran sebagai sesuatu hal yang biasa. “Asalkan tidak melonjak tajam. Tidak ada alasan harga daging melonjak tajam, sebab pasokan daging diperkirakan cukup dan berlebih ,” katanya ketika ditemui di ruang kerjanya.
Thomas menjelaskan, prediksi tidak akan terjadi kenaikan yang signifikan tahun ini karena harga daging internasional diperkirakan menurun. Penurunan tersebut akibat kelebihan stok yang dipicu oleh rendahnya permintaan daging secara global. Itulah yang menyebabkan harga menjadi lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, kurs mata uang dollar terhadap rupiah. Jika nilai tukar rupiah yang berkisar pada Rp10.150 per dollar AS tetap stabil selama menjelang lebaran, maka harga daging tidak akan setinggi tahun lalu. Tahun lalu paha belakang sapi dari importir dijual Rp45.000 per kg, sekarang Rp43.000—Rp44.000 per kg. “Harganya akan sama hingga lebaran nanti kalau kita anggap nilai tukar rupiah terhadap dollar AS stabil,” ucapnya ketika dihubungi melalui telepon.
Pemerintah dan pelaku usaha juga optimistis pasokan daging untuk memenuhi permintaan konsumen saat menyongsong puasa dan hari besar keagamaan 2009 akan aman. Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP), Deptan, kebutuhan daging sapi selama 2009 mencapai 339.210 ton. Kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari dalam negeri sebanyak 277.030 ton dan dari impor sapi bakalan 400 ribu ekor. Sedangkan dari impor daging beku sebanyak 62.180 ton daging beku terdiri dari 50.000 ton daging dan jeroan 12.180 ton serta daging ruminansia lainnya sekitar sebesar 5.600 ton.
Lebih jauh Turni mengatakan, pemerintah telah melakukan pemantauan awal di pasar. Berdasarkan pantauan itu, pasokan daging beku dan sapi potong menjelang lebaran diperkirakan tidak akan mengalami masalah. Menurutnya, stok daging di gudang importir dan pedagang daging berlimpah. Selain itu, kondisi perekonomian di Tanah Air yang cenderung lesu menyebabkan masyarakat mengetatkan ikat pinggang sehingga memberlakukan skala prioritas dalam membelanjakan uangnya.
Oleh sebab itu, Turni optimistis, untuk mengamankan permintaan akan daging sapi tahun ini, pemerintah akan mengimpor daging sapi dan jeroan sebanyak 70.000 ton. “Berarti impor tahun ini diperkirakan naik 5%—10% dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya,” ujarnya menutup penjelasannya tentang keamanan pasokan daging sapi.
Yan Suhendar