Selasa, 18 Agustus 2009

Vanname Air Tawar Lebih Cepat Besar

Udang vanname yang dibudidayakan dalam air tawar ternyata lebih cepat besar ketiimbang yang di air asin. Namun, agar untung, jangan sampai dipelihara lebih dari 2,5 bulan.

Demikian hasil pengamatan Engking Sodikin, petambak dan pengusaha resto udang Gubug Mang Engking. Dari dua kali penebaran yang dilakukannya di Kecamatan Minggir, Sleman, DIY, Engking mengetahui, pada umur dua bulan Vanname telah mencapai size 140 (140 ekor per kg). Sedangkan di kolam air payaunya yang berada di Tasikmalaya, Jabar, pada waktu yang sama baru mencapai size 180. Ia menggunakan kolam seluas 1.500 m2 berkedalaman 1—1,5 m dengan kepadatan 20—25 ekor per m2.

Namun demikian, sesudah umur tiga bulan, Vanname air tawarnya makan waktu sebulan untuk mencapai size 70 dari size 90. “Kalau pada awal-awal, pertumbuhannya kencang sekali, tapi sesudah tiga bulan tidak nambah. Dari size 80 ke 78 saja butuh waktu seminggu,” bebernya. Karena itu pembudidaya rugi apabila meneruskan pemeliharaan.

Sebaliknya pada budidaya air payau, Vanname tumbuh lebih lambat, tapi tetap bertambah besar meskipun telah berumur lebih dari tiga bulan. Karena itu Engking menyarankan, sebaiknya petambak memanen udang air tawarnya maksimal pada umur 2,5 bulan saja.

Menguntungkan

Bagi Mang Engking, sifat udang Vanname tersebut sangat menguntungkan. Alasannya, pasar ekspor maupun domestik menghendaki udang kecil ber-size 150 sehingga hemat waktu dengan panen yang lebih cepat itu. “Saya akan membuat panen setiap dua bulan,” ungkapnya.

Untuk keperluan itu ayah dua anak ini tengah memesan kincir-kincir dari gardan mobil sedan Honda Civic kepada perakit mesin agar dapat menebar Vanname secara semi intensif dengan kepadatan hingga 100 ekor per m2. Satu kincir diharapkan menyuplai oksigen untuk kolam seluas 1.500 m2. Gardan mobil ini dipilih agar bisa bertahan setidaknya selama lima tahun. “Kalau memakai kincir yang sudah jadi, setahun saja sudah rusak,” ujarnya.

Singkatnya waktu budidaya tentu juga menghemat modal produksi pakan, listrik, dan tenaga kerja. Tingkat kelangsungan hidup (SR) pun masih tinggi, di atas 90%.

Hanya saja Mang Engking mengingatkan, populasi plankton sebagai penyedia pakan alami dan oksigen saat siang hari tidak boleh sampai habis. Demikian juga pada malam hari, tambak perlu diberi aliran air dengan paralon kecil untuk menambah oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan udang enggan bergerak dan malas makan.

Selanjutnya faktor pemberian garam juga penting. Dulu pada tebar pertama, Engking menabur empat kuintal garam sekaligus saat persiapan kolam. Pada tebar kedua ini, ia menabur dua kuintal saat persiapan kolam. Sisanya ditaburkan 10 hari sekali  sampai habis. Dengan cara begini, ternyata udang tumbuh lebih sehat dan lebih aktif. “Mungkin karena selalu bertemu garam baru,” tambahnya. Selain garam, zeolit dan probiotik juga selalu diberikan.

Prospek Bagus

Mang Engking yakin, Vanname air tawar berprospek bagus. Berdampingan dengan udang galah yang kini menjadi menu andalannya, udang ini akan diterima pelanggannya. “Sebenarnya yang dicari konsumen ‘kan udang air tawarnya, bukan udang galahnya, berkait dengan kolesterol. Karena tidak ada garamnya, maka tidak ada kolesterolnya. Nah, Vanname ini juga dari air tawar dan akan saya buat di sekitar gubug makan sehingga konsumen percaya,” imbuhnya.

Pelanggan pun, menurut dia, akan lebih suka karena 75% proporsi tubuh udang dapat dimakan, lebih enak, kulitnya tipis, dan tidak perlu dikupas. Sedangkan udang galah hanya 50% yang bisa dimakan dan kulitnya pun mesti dikupas.

Secara produktivitas Vanname jauh lebih unggul daripada udang galah. Vanname tanpa kincir masih dapat ditebar hingga 25 ekor per m2 karena sifatnya yang hidup melayang,. Pada kondisi yang sama, padat tebar udang galah cuma bisa separuhnya karena ia hanya beraktivitas di dasar kolam.

Volume produksi tentu saja sangat penting bagi Mang Engking.  Dua gubug makannya yang di Yogya saja butuh 6 kuintal udang per hari. Padahal pria sederhana ini memiliki 6 resto lama dan 3 resto baru di Bali, Surabaya, dan Semarang. Ia mengaku saat ini masih sangat bergantung pada pengepul mengingat hanya 10% saja dari kebutuhan udangnya yang dapat dipenuhi sendiri.

Keuntungan berikutnya dari segi pakan. Vanname hanya membutuhkan 1,2 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg udang, sedangkan galah perlu 2—2,5 kg pakan untuk menghasilkan bobot yang sama. Bahkan, dalam keadaan berkembang pesat, sekilo vanname di kolam air tawar umur dua bulan tidak sampai menghabiskan pakan sekilo. “Untuk mendapatkan size 130 umur dua bulan, pakannya tidak sampai satu kilo,” beber Engking.

Umur panen udang galah juga jauh lebih lama, minimal 5 bulan dan size-nya pun tidak seragam. Ukuran udang galah jantan dua kali lebih besar daripada udang galah betina. Hal ini menyebabkan pembudidaya harus melakukan sortasi dalam pembesarannya sehingga harus ada pemindahan udang ke kolam yang lain. Sedangkan Vanname cukup satu kolam saja semenjak tebar karena ukuran tubuhnya sama.

Faiz Faza (Yogyakarta)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain