Selasa, 4 Agustus 2009

Mengusir Si Belang Pada Lele

Budidaya ikan lele yang tampaknya mudah, tapi kenyataannya banyak masalah. Salah satu penyakit yang banyak menyerang adalah belang putih di tubuh bagian belakang lele.

Perkembangan budidaya lele dumbo (Clarias gariepinus) akhir-akhir ini sangat pesat dan merambah hampir semua daerah. Hal itu disebabkan adanya bantuan, baik dalam bentuk bantuan sosial, subsidi benih maupun bantuan teknis, juga karena kemauan masyarakat sendiri. Prospek bisnis usaha lele memang luar biasa karena ikan berpatil ini cukup mudah dibudidayakan. Selain itu, dalam kurun waktu 2—3 bulan, si lele sudah bisa dipanen.

Lahan di sekitar rumah yang tadinya tidak menghasilkan, setelah dibuat kolam dan ditebar lele dapat memberikan hasil lumayan untuk tambahan kebutuhan rumah tangga. Tidak mengherankan bila masyarakat antusias membudidayakannya. Meskipun demikian, ternyata usaha budidaya lele tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala yang dihadapi dengan risiko yang tidak kecil, terutama serangan kegagalan akibat penyakit.

Belang Putih

Ada beberapa jenis penyakit yang menyerang ikan lele, antara lain disebabkan oleh bakteri (Aeromonas, Edwardsiella, Mycobacterium), parasit protozoa (Trichodina, Ichtyophthyrius, Chilodonella, Hynegoya), cendawan, dan kutu Argulus. Penyakit belang putih misalnya, banyak menyerang lele di Madiun, Ponorogo, Trenggalek, dan Pacitan.

Pada awalnya penyakit ini menyerang beberapa ekor saja, tetapi dalam waktu beberapa hari ikan yang tertular sudah cukup banyak dan menyebabkan banyak kematian. Bila tidak segera diambil dari kolam, bangkai ikan yang mati akan segera dimakan oleh ikan yang sehat sehingga ikan-ikan itu akan tertular penyakit tersebut.

Penularan penyakit ini dapat juga terjadi melalui air media budidaya karena kanibalisme atau pemangsaan, serta menggunakan alat yang terkontaminasi bakteri penyebab penyakit tersebut. Penularan penyakit ini tergolong cepat. Ikan yang sudah kena sulit diobati tetapi penularannya dapat dicegah dengan memberikan larutan tembaga sulfat (CuSO4) dengan dosis 1 ppm atau BKC – 50% yang dosisnya 1,5 mg per liter. Setelah empat hari perlu diulangi sekali lagi.

Pemicu penyakit ini antara lain cuaca yang kurang baik (hujan), kualitas air yang jelek serta goncangan suhu siang dan malam yang sangat tinggi (lebih dari 2oC). Biasanya setelah ikan terkena hujan, terutama ikan kecil atau benih, beberapa hari kemudian tampak ada yang diam, menggantung dengan kondisi badan separuh bagian belakang putih. Beberapa ekor kelihatan ada bercak putih seperti lingkaran di bagian punggung ikan (sirip punggung). Ikan yang terserang, masih bisa hidup, berenang tetapi beberapa hari kemudian mati. Kematian bisa mencapai lebih dari 90% dalam waktu 10 hari.

Dua Syarat Lele

Sifat lele yang mudah hidup di sembarang tempat menjadi pertimbangan utama bagi orang yang ingin mengusahakannya. Lebih-lebih lele dumbo,  pertumbuhannya cepat, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi, dan tidak memerlukan ganti air sehingga efisien tempat dan air. Ada lahan sempit di sekitar pekarangan pun bisa disulap menjadi kolam. Apalagi bahan untuk membuat kolam yang berupa terpal atau plastik sangat mudah didapat dan murah harganya.

Dari pihak pemerintah pun, khususnya dinas perikanan atau yang membawahi bidang perikanan tidak tinggal diam. Berbagai bantuan pun diulurkan untuk menunjang kegiatan usaha di bidang perikanan tawar seperti usaha budidaya lele. Baik berupa bantuan benih, bantuan untuk usaha budidaya lele lengkap mulai dari kolam, benih, dan pakannya. Bahkan pemerintah pun menyediakan tenaga bantuan teknis seperti petugas penyuluh lapangan (PPL) maupun tenaga pendamping teknis (TPT). Dengan syarat para pembudidaya membentuk kelompok pembudidaya ikan atau pokdakan (bukan kelompok dadakan).

Sekali mengalami kegagalan, banyak pembudidaya yang tidak mau melanjutkan usahanya. Ada yang bilang, budidaya lele itu gampang-gampang susah. Kelihatannya gampang tetapi bila dijalankan banyak susahnya. Antara lain, banyaknya kematian lele saat berukuran kecil. 

Meskipun ikan lele dikenal mudah hidup di sembarang tempat, di kolam comberan yang airnya tidak pernah ganti atau di air tergenang yang oksigennya rendah serta keasamannya (pH) rendah, tapi tetap ada persyaratan lain. Yaitu, penebaran benih yang tidak terlalu padat dan penurunan mutu air harus dilakukan secara pelan-pelan sehingga lele bisa beradaptasi. Jika perubahannya mendadak, lele tidak akan tahan. Perubahan kualitas air yang mendadak menyebabkan ikan stres, tidak mau makan, menggantung di permukaan, selanjutnya penyakit dan parasit menyerang. Akhirnya, ikan menjadi sakit dan selanjutnya mati.

Ir. Suprapto, praktisi budidaya ikan dan udang.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain