Makan sayuran dan buah-buahan sudah menjadi tuntutan masyarakat dunia, setidaknya menjadi agenda bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO). WHO sudah sejak 2002 mencanangkan Strategi Global untuk Diet, Kegiatan Jasmani dan Kesehatan, serta mengukuhkan temuan ilmiah bahwa kekurangan asupan buah-buahan dan sayuran menjadi biang faktor risiko penyakit. Pada 2003, WHO dan FAO mencanangkan prakarsa bersama mempromosikan buah dan sayur.
Inisiatif bersama itu untuk menggalakkan dan mempromosikan penjagaan kesehatan melalui diet sehat, menuntun tindakan bersama dan berkelanjutan dalam level masyarakat, nasional dan global, untuk menangkal risiko penyakit kronis melalui peningkatan konsumsi buah dan sayuran. Pada 2004, WHO bersama FAO melaksanakan “Workshop on Fruit and Vegetables for Health” di Jepang.
Kegiatan membangkitkan kesadaran makan buah dan sayur menjadi mendunia dan bertubi-tubi, mulai dari lokakarya, pameran, festival sampai pada “Fruit and Vegetable Summit” serta pembentukan forum-forum regional atau subregional. Di tingkat nasional pun kampanye makin menjadi-jadi. Deptan Amerika, menerbitkan pedoman untuk meningkatkan konsumsi hortikultura negara itu sampai 300%. Bahkan Ibu Negara AS, Michelle Obama, mengkampanyekan makanan sehat dengan menanam sayuran organik di pekarangan Gedung Putih. Kini ada 1 juta community gardens, kebun kebun sayur swadaya masyarakat.
Mengonsumsi hortikultura bak petunjuk alamiah untuk menyeimbangkan kembali ketahanan pangan dan kesehatan. Ia menjadi penyeimbang terhadap masalah pangan yang didera kenaikan harga BBM, menyempitnya luas sawah, krisis air, dampak gas rumah kaca, kenaikan harga bahan pangan biji-bijian untuk bahan pakan dan energi alternatif. Sekaligus menjauhkan diri dari obesitas, diabetes, dan mati mendadak karena darah tinggi, stroke, dan jantung koroner. Konsumsi hortikultura bisa membangkitkan pasar dalam negeri, mengingat di negara mana pun di dunia, 85%—90% produk hortikultura segar diserap di pasar domestik.
Buat negara berpopulasi besar seperti Indonesia, kekuatan hortikultura adalah di pasar lokal. Apa yang sedang dan akan dilakukan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Hortikultura Deptan tampaknya sejalan dengan “keseimbangan alamiah” yang sedang terjadi.
Indonesia menyiapkan kawasan agribisnis hortikultura di 66 kabupaten di Indonesia, dan 17 di antaranya sudah berjalan efektif. Penyebaran sentra-sentra hortikultura seperti ini cocok untuk negeri kepulauan, yang kekurangan sarana transportasi antarpulau, dan masih terputus-putus sistem matarantai pasokannya. Areal tanamannya berukuran kecil-kecil dan jaraknya berjauhan. Masih miskin tenaga listrik untuk ruang pendingin. Masih kehilangan 40% produk hortikultura karena membusuk. Sementara di Indonesia terdapat tidak kurang 100 hypermarket, lebih 350 supermarket, dan 3.00 minimarket. Semuanya membutuhkan begitu banyak produk pertanian segar.
Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura Deptan, melihat, masyarakat Indonesia masih rendah dalam mengonsumsi produk hortikultura. Jauh dari target FAO, yang 75 kg per kapita per tahun. "Kita terus meningkatkan konsumsi warga akan produk hortikultura. Tahun 2009 ditargetkan untuk sayuran 43,5 kg per kapita per tahun dan buah 37,5 kg per kapita per tahun," katanya Maret lalu. Kebijakan untuk itu, kata Dimyati, tidak hanya di Deptan, tetapi juga harus diikuti Departemen Pendidikan, Dinas Kesehatan dan peran kaum ibu PKK di daerah.
Hortikultura untuk ketahanan pangan dan kesehatan, memang berkenaan dengan kesadaran dan pengamalan, saling mengisi kesenjangan di antara tuntutan nutrisi, good practices dan kesadaran antar-instansi dan masyarakat luas. Bantuan dan kerjasama luar negeri ditempatkan pada pembangunan kelembagaan dan pengalihan pengetahuan dan teknologi tentang sistem dan praktik pertanian yang lebih benar dan lebih baik. Seperti yang antara lain dihayati secara pribadi oleh Ahmad Dimyati tentang konsep supply chain management, yang mempersyaratkan matarantai yang bertaut mulai dari panen, pengumpulan, cold storage, pengangkutan, jaringan jalan raya, antarpulau, sampai ke supermarket.
Daud Sinjal