Limbah rumah potong hewan (RPH) dapat menekan biaya penggemukan sapi.
RPH menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Kedua jenis limbah tersebut banyak dimanfaatkan untuk pupuk.
Salah satu jenis limbah padat adalah isi rumen (lambung pertama sapi yang sering kita sebut babat). Isi rumen berupa setengah rumput dan setengah kotoran. Dalam limbah tersebut masih terdapat serat–serat hijauan yang halus dan warnanya mirip kotoran. Dibandingkan kotoran ternak, ukurannya masih lebih kasar dengan serat–serat rumput yang tampak masih jelas.
Isi rumen merupakan pakan yang sudah mengalami proses pencernaan, tetapi zat– zat makanannya belum diserap usus. Dibandingkan rumput, nilai gizinya lebih baik dan kandungan serat kasarnya lebih rendah. Isi rumen mengandung berbagai mikroba pembantu pencernaan dan zat–zat perangsang pertumbuhan, seperti vitamin dan enzim. Karena itu, isi rumen terbilang cukup prospektif sebagai campuran konsentrat, penyusun ransum penguat untuk ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau) maupun pakan ternak monogastrik (babi, ayam, itik).
Bisa Gemukkan Sapi
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali menunjukkan, pemberian dodol isi rumen (DIR) 2 kg per hari sebagai pakan penguat dengan bobot awal sapi 220 kg menghasilkan pertumbuhan bobot badan harian (average daily gain-ADG) 550 gram per hari. Sementara pemberian dedak padi sebagai pakan penguat dengan dosis sama pada sapi Bali hanya menghasilkan ADG 450 gram per hari. Sedangkan yang hanya memperoleh hijauan tanpa pakan penguat, ADG-nya hanya 280 gram per hari.
Jika dosis DIR ditingkatkan menjadi 1,5 kg per hari, ADG naik menjadi 620 gram per hari. Sedangkan pemberian dedak padi dengan dosis yang sama menghasilkan ADG 540 gram per hari.
Hal ini menunjukkan, penggunaan isi rumen sebagai sumber konsentrat memberikan efek pertumbuhan yang cukup nyata. Apalagi dengan makin mahalnya harga dedak padi, isi rumen dapat menjadi alternatif bahan konsentrat yang mungkin lebih murah.
Menjadi Dodol
Isi rumen diperoleh dengan membuka rumen ternak ruminansia. Volumenya dari setiap ekor sapi atau kerbau yang dipotong bervariasi, tergantung jarak waktu pemotongan dengan pemberian pakan terakhir. Rata–rata 2%—5% dari bobot badan. Jadi, dari sapi yang berbobot 300 kg biasanya diperoleh isi rumen 6—15 kg.
Sebaiknya isi rumen tersebut difermentasi dulu dalam wadah tertutup (anaerob) selama 4—5 hari sehingga dekomposisi zat–zat makanan lebih baik. Selanjutnya isi rumen dijemur. Bisa juga tanpa difermentasi, langsung dijemur untuk mengurangi kadar airnya.
Setelah itu, isi rumen dicampur bahan–bahan lain, yaitu dedak padi, gula merah atau molasis, dan tepung tapioka. Komposisinya, isi rumen 50% dan bahan lain 50% dari berat total. Sebelumnya tepung tapioka ditambah air panas dan diaduk–aduk hingga berbentuk pasta (kanji). Pencampuran tepung tapioka (2,5%—4%), selain menambah kalsium dan energi juga berfungsi sebagai perekat.
Setelah semua bahan tercampur, dimasukkan ke dalam cetakan yang tebalnya 5—6 cm dengan diameter 6—10 cm. Cetakan dapat dibuat dari potongan pipa paralon. Kemudian bahan dicetak membentuk seperti dodol–dodol sebesar lubang cetakan. “Dodol” ini lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Dalam keadaan setengah kering, dimasukkan ke oven bersuhu 60o—70oC.
Setelah dioven selama 4—5 jam, dodol tersebut kering dan padat. Pengovenan juga membuat dodol tahan lama dan mikroba–mikroba patogen, seperti Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella, mati. Dodol ini tidak dianjurkan diberikan kepada sapi dalam bentuk basah karena berisiko bagi kesehatannya.
Suprio Guntoro, Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali