Program perbaikan genetik udang Vanname yang memunculkan varietas baru bernama Vanname Nusantara I, tak lepas dari peran inseminasi buatan (IB).
Hingga saat ini banyak petambak yang masih meragukan kualitas Nusantara I yang diluncurkan 28 Mei silam. Alasannya antara lain, jumlah induk yang terbatas sehingga kurang memungkinkan untuk memunculkan gen-gen yang baik (heretabilitas rendah). Namun menurut Coco Kokarkin, peneliti sekaligus Kepala Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, NAD, homogentitas yang menyangkut gen-gen yang baik bukanlah masalah.
“Saya tidak terlalu khawatir adanya penurunan sifat-sifat itu (buruk) pada kawin keluarga udang vanname yang mempunyai sifat-sifat unggul,” ujar Coco. Bahkan menurutnya, perbaikan genetik yang dilakukan BBAP Situbondo berpeluang mendapatkan sifat-sifat genetik yang belum ditemukan para peneliti di negara asal. Sebelum dikawin-silang, induk terlebih dulu mengalami tahap seleksi dan perkawinan dengan metode IB.
Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan merupakan kegiatan reproduksi yang meliputi proses penyatuan semen udang jantan ke dalam saluran kelamin udang betina sehingga terjadi proses pembuahan. IB pada udang Penaeus dilakukan dengan jalan mengambil kantong sperma (spermatofor) udang jantan dan menempelkan atau menempatkan pada kantong telur (telikum) udang betina matang telur.
Teknik IB pada Vanname mengikuti tingkah laku asli biotanya. Beberapa tahap yang dilakukan pada IB Vanname adalah pematangan gonad, seleksi udang betina matang telur, pengambilan spermatofor, inseminasi buatan, peneluran, dan penetasan.
Udang betina dan jantan, masing-masing 200 ekor, dipelihara dalam bak berisi air bersirkulasi dan diberi pakan secara intensif. Setelah induk betina terlihat matang telur (terlihat dari punggung yang berwarna oranye), dilakukan seleksi. Pengambilan spermatofor dilakukan terhadap induk jantan yang telah diseleksi. Udang jantan matang gonad ditandai warna putih pada kantong sperma (terminal ampule).
Untuk mengeluarkan spermanya, spermatofor udang jantan ditekan secara perlahan sampai keluar spermatofornya. Sperma udang jantan yang telah dikeluarkan kemudian ditempelkan pada induk betina hasil seleksi matang telur, dan ditempatkan pada bak peneluran. Dalam beberapa saat, induk betina akan memijah dan terjadi pembuahan secara alami. Fase selanjutnya adalah penetasan.
Menurut Siti Zubaedah, peneliti di BBAP Situbondo, dalam satu siklus reproduksi udang perlu waktu empat bulan. “Selanjutnya induk kita kawinkan lagi dengan populasi lain. Kita berusaha mempertahankan kualitas calon induk udang, syukur-syukur bisa naik kualitasnya,” ujarnya. Salah satunya hasilnya adalah jumlah telur (fekudintas) yang rata-rata mencapai 140 ribu per ekor. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan induk eks impor yang hanya menghasilkan rata-rata 100 ribu per ekor.
Dimulai dari Seleksi
Konsep program pemuliaan udang vaname sederhana, tapi memerlukan waktu untuk seleksi dengan tetap mempertahankan sifat unggul dari udang tersebut. Di Indonesia yang paling memungkinkan adalah seleksi individu dari perkawinan secara acak untuk mencari sifat tertentu secara bertahap. Misalnya seleksi pertumbuhan, tahan guncangan lingkungan (pH, salinitas, suhu) atau ketahanan terhadap penyakit tertentu.
Sebelum sampai pada tahap IB, langkah awal adalah identifikasi induk (founder broodstock) yang harus jelas (riwayatnya, turunan ke berapa, SPF atau SPR ) serta cara menghasilkan induk tersebut (seleksi individu, seleksi famili, atau seleksi massal). Informasi variasi gen asal induk perlu diketahui agar gen-gen yang hilang setelah proses seleksi dapat diketahui. Selanjutnya harus dipastikan gen pengontrol pertumbuhan dan penyakit saja yang tersisa, sedangkan gen lain hilang bersamaan dengan seleksi.
Seleksi difokuskan pada tampilan (fenotype) dan gen (genotype) dengan strategi pencegahan silang dalam. Program Broodstock Center Udang Vanname bersifat jangka panjang (3—5 tahun) dan direncanakan melalui hibridisasi dari tiga kelompok induk, yaitu induk dari Florida, induk IHD I (Induk Hasil Domestikasi dari F-1 Hawaii), dan induk IHD II (Induk Hasil Domestikasi dari F – 1 Florida).
Hasil dari hibridisasi kemudian diseleksi secara individu untuk selanjutnya dibesarkan dan dijadikan calon induk sampai diperoleh induk unggul. Hibridisasi dapat menghasilkan individu yang unggul, seperti Vanname Nusantara I, yang baru-baru ini diluncurkan. Menurut Slamet Subiyakto, Kepala BBAP Situbondo, kini pihaknya mengelola sekitar 4,5 juta calon induk ukuran 20—40 gr per ekor hasil seleksi dan perkawinan secara IB.
Enny Purbani T.