Potensi kehilangan hasil panen akibat cendawan yang satu ini dapat mencapai 100%.
Serangan hama biasanya menjadi hambatan utama dalam budidaya cabai pada musim kemarau. Namun, hingga Mei ini hujan masih turun, sehingga penyakit pun merajalela. Sebab, kondisi lembap sangat mendukung perkembangbiakan penyakit.
Diketahui ada 9 penyakit utama yang biasa menyerang tanaman cabai. Dari jumlah itu, patek alias Antraknosa termasuk penyakit paling ditakuti para petani. Soalnya, bila terlambat pengendaliannya, tanaman bisa ludes alias puso. “Penyakit yang paling membutuhkan penanganan yang intensif adalah patek,” tandas Final Prajnanta, Business Manager Food Crop, Bayer CropScience, produsen pestisida di Jakarta.
Patek cepat berkembang pada kondisi cuaca panas dan lembap. “Kalau satu tanaman sudah diserang, tanaman yang lainnya sulit diselamatkan. Kami terpaksa memanen muda,” ungkap Asep E. Ruswandi, yang sudah 10 tahun menekuni bisnis cabai merah di Desa Cibeureum, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis, Jabar.
Cepat Menyebar
Penyakit Antraknosa disebabkan cendawan Colletotrichum capsici, C. Gloeosporioides, dan Gloeosporium piperatum. Gejala serangan awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak.
Cendawan G. piperatum mulai menyerang cabai sejak buah masih hijau, dan menyebabkan mati ujung. Sedangkan C. capsici menyebabkan buah cenderung kering dan mengerut seperti mummi.
Jika buah yang masih muda terinfeksi, maka akan lebih cepat gugur. Infeksi lebih cepat berkembang pada buah yang tua, dan berlanjut ke pascapanen. “Penyakit ini bukan hanya di lapangan. Kadang di kebun tidak terlalu banyak. Tapi begitu sudah dipanen dan disimpan, serangan penyakit makin banyak,” papar Arya Yudas, Fungicides & Professional Product Manager, PT Syngenta Indonesia, produsen pestisida juga di Jakarta.
Umumnya, spora cendawan patek disebarkan oleh angin. Bisa juga melalui peralatan pertanian, bahkan manusia. Cendawan dapat menginfeksi biji dan bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Sejak Masih Kecil
Menurut Final, penyakit sebenarnya bisa ditangani secara mudah jika petani siap dengan langkah-langkah pencegahannya, yaitu menggunakan obat-obatan yang tepat dan sanitasi lahan sebelum tanam.
“Langkah pencegahan lebih baik dari pengobatan, melalui sanitasi lahan, pemilihan benih berkualitas, dan penggunaan fungisida sebelum serangan terjadi. Jadi sebaiknya kita melindungi tanaman sejak masih kecil,” ucap Tugas Triwantoro, Manager Crops Protection PT BASF Indonesia, produsen pestisida di Jakarta. “Pergiliran tanaman dengan tomat, buncis, atau mentimun bisa juga dilakukan, untuk memutus siklus penyakit,” imbuh Asep.
Untuk mengendalikan patek, tersedia 67 merek fungisida yang sudah terdaftar di Deptan. Fungisida itu bersifat sistemik, kontak, atau pun campuran antara keduanya. Mengenai dosis, menurut Tugas, sebaiknya mengikuti dosis anjuran karena aplikasi berlebihan atau di bawah dosis anjuran, membuat penyebab penyakit menjadi resisten.
Dadang W. Iriana
Beberapa Fungisida untuk Mengendalikan Patek Nama Dagang Produsen Cabrio 250 EC BASF Kumulus 80 WDG BASF Polycom 70 WG BASF Antracol 70 WP Bayer CropScience Cupravit OB 21 Bayer CropScience Folicur 25 WP Bayer CropScience Kocide 54 WDG Dupont Kocide 77 WP Dupont Rubigan 120 EC Dupont Amistartop 325 SC Syngenta Anvil 50 SC Syngenta Bion-M 1/48 WP Syngenta