Sulitnya memperoleh modal usaha bagi UMKM bukan berarti tak ada jalan keluarnya. Lewat Lembaga Keuangan (LKM) SwaMitra, pelaku usaha bisa mendapat akses yang dibutuhkan.
Menurut Victor Nikijuluw, Direktur Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran (P2HP), DKP, pengembangan usaha pemasaran produk perikanan memiliki prospek yang baik. Salah satu sebabnya adalah terjadinya perubahan konsumsi masyarakat ke produk yang bergizi dan praktis, seperti bakso ikan, sosis ikan, dan nugget. “Ini merupakan sebuah peluang usaha yang menarik bagi masyarakat,” jelas Victor.
Sayangnya, tak semua pelaku usaha kecil atau pemula yang umumnya berkantong pas-pasan bisa mendapat akses dana untuk memulai atau mengembangkan usahanya. Untuk itulah peran LKM dibutuhkan. Dengan begitu, sumber modal bagi pelaku usaha mikro ini bisa diatasi. Salah satu LKM yang telah berkiprah di sektor ini sejak 1996 adalah SwaMitra, LKM dari Bank Bukopin.
Ikut Aturan Koperasi
Menurut Manager Area Divisi Usaha Mikro PT Bank Bukopin, Tbk, Anto Kusmin Satoto, LKM SwaMitra adalah suatu unit khusus, bentukan antara Bukopin dan koperasi. Dalam satu unit usaha, “Investasinya berasal dari koperasi, sedangkan Bukopin akan mendukung sumberdaya manusia, sistem, modal, dan monitoring serta pembinaannya,” jelas Anto. LKM SwaMitra bergerak di bidang usaha produktif, baik itu bidang perikanan atau agribisnis atau pun ritel di pasar-pasar tradisional.
Apa keuntungannya meminjam dana usaha di LKM SwaMitra? Menurut Anto, karena Swamitra adalah lembaga keuangan biasa (non bank), maka tidak terkena peraturan perbankan, tapi mengikuti aturan main koperasi, khususnya koperasi simpan pinjam. Dengan begitu, nasabah yang akan meminjam dana tidak harus mengikuti persyaratan teknis perbankan dan pelayanannya lebih cepat karena LKM ini biasanya berada dekat dengan konsumen.
Selain itu, SwaMitra mempermudah nasabah-nasabah kecil yang tidak memiliki akses ke bank. “Kalau hanya pinjam Rp5 juta atau Rp10 juta, bank mana yang mau melayani,” tanya Anto. Bank Bukopin kini sekitar memiliki 125 unit LKM SwaMitra di seluruh Indonesia dengan jumlah dana yang digelontorkan sebanyak Rp800 juta— Rp1 triliun. Tahun ini saja misalnya, masih menurut Anto, pihaknya akan mengucurkan dana sebesar Rp125 miliar untuk LKM SwaMitra di Provinsi DKI Jakarta yang masing-masing unit mengelola sekitar Rp5 miliar.
Lalu bagaimana pelaku usaha bisa mendapatkan pinjaman dari LKM SwaMitra? “Yang namanya koperasi, kalau memberikan pinjaman ya kepada anggota. Jadi, calon nasabah biasanya diminta menjadi anggota koperasi terlebih dahulu, membayar simpanan pokok dan simpanan wajib sebelum mendapat akses pinjaman,” ujar Anto di sela-sela peresmian LKM Swamitra dan Swalayan Artha Fish Mart di Bojonggede, Bogor, Jabar. Batas atas pinjaman di LKM SwaMitra adalah Rp50 juta. Peminjaman di atas Rp2 juta diwajibkan memberikan agunan.
Anto mengakui, bunga pinjaman di LKM lebih tinggi dibandingkan bunga pinjaman di bank. Bunga bank saat ini sekitar 20% per tahun, sedangkan bunga di LKM SwaMitra sekitar 30% per tahun, atau ada selisih 10%. Menurutnya, hal itu disebabkan biaya tetap (overhead) lembaga keuangan mikro ini lebih tinggi, di antaranya biaya operasional penagihan nasabah yang bisa saja harian atau mingguan, tergantung jenis usahanya.
Swalayan dan Distributor
Damar Sugiarto adalah pemilik pasar swalayan Artha Fish Mart yang tertarik dengan model pembiayaan LKM SwaMitra. Itulah sebabnya ia kemudian berupaya mendirikan LKM SwaMitra di daerahnya hasil kerjasama antara koperasi di kantornya dengan Bank Bukopin. Ia berharap, selain bisa mengembangkan usahanya, pelaku usaha mikro perikanan di sekitar unit LKM ini mendapat akses pinjaman dana. Pasalnya, selain mengembangkan usaha swalayan penyedia berbagai jenis ikan dan produk-produk perikanan, ia juga bermimpi menjadi distributor berbagai jenis produk olahan ikan.
Sejauh ini ia mengakui isi rak di swalayannya masih belum seluruhnya produk perikanan. Maklumlah, swalayan ini awalnya memang menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Ia banting setir karena yakin prospek bisnis usahanya yang baru ini cukup cerah. Alasannya, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia semakin meningkat. “Kami menyediakan ikan dan produk olahan ikan yang lebih higienis dan lengkap. Selain itu, lokasi swalayan ini dekat dengan perumahan sehingga lebih murah ongkosnya,” katanya lagi.
Tentang produk ikan segarnya, ia menjamin kesegarannya karena ia mendapatkan pasokan dari Pasar Ikan Higienis (PIH) Cibinong, Bogor. Sedangkan produk olahan ikan, seperti kerupuk kulit ikan, ikan asap, bakso ikan, nugget, dan siomay ikan, diperoleh dari para pengolah ikan yang terserak di sekitar Bogor. Tentang pembayaran, ia menerapkan sistem konsinyasi dan tunai. “Kalau produknya cepat laku, kita bayar cash, tapi kalau agak lama kita terapkan konsinyasi atau tempo,” jelas Damar.
Ketika dikilik soal jumlah dana pengembangan yang akan diterimanya dari LKM SwaMitra, Damar mengaku, saat ini masih dalam taraf negosiasi.
Enny Purbani T.