Kamis, 14 Mei 2009

Satu Manajemen dari Tiga Waduk

Para nelayan dan pembudidaya ikan di waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling, sepakat mengelola dan menjalankan usaha perikanan yang baik, memperbaiki, dan menjaga kualitas lingkungan.

Perikanan budidaya dan tangkap di tiga penampungan air (reservoir) penting di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum itu secara kolektif memproduksi hampir 700 ribu ton ikan air tawar setahun. Proyek kerjasama ini mengembangkan pengaturan yang tepat untuk perikanan, baik dalam keramba jaring apung (KJA) maupun yang liar, dengan menetapkan level yang optimal dan seimbang buat keduanya.

Program perikanan darat untuk peningkatan kualitas hidup dan lingkungan yang berkelanjutan itu dimungkinkan dengan bimbingan dana dan teknis dari Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), Network of Aquaculture Centres in Asia Pacific (NACA), dan Ditjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Proyek ini diawali pada 2004 untuk tiga tahun penelitian ilmiah dan sosial ekonomi setempat. Kemudian dilanjutkan untuk selama lima tahun. Ketua proyek adalah Prof. Sena S. De Silva.

Perikanan Tangkap Peningkat

Perikanan budidaya di KJA sudah begitu meluas di Indonesia. Cara ini memberi keuntungan memadai, tapi merugikan ikan-ikan liar di perairan yang sama.  Pemeliharaan ikan dalam keramba secara berlebihan meningkatkan kebutuhan  pakan, dan berujung pada terbunuhnya ikan-ikan liar. Sejumlah besar ikan liar ditangkap untuk dijadikan pakan atau mati menggelepar karena pencemaran. Dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk pemulihannya.

Program ini membagi pembudidaya dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok melakukan pengelolaan bersama  dan mengatur pembagian kerja yang efektif, antara lain dalam pemberian pakan dan mengawasi penangkapan ikan liar untuk pakan.  Pengelolaan bersama ini dipantau secara ketat oleh para peneliti yang siap dengan sejumlah modifikasi yang dikenalkan dan disebarluaskan pada masyarakat di ketiga waduk tersebut. 

Budidaya perikanan waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling ini akan mengurangi padat tebar ikan dalam keramba, sebaliknya memperbanyak penebaran ikan ke waduk. Ini untuk meningkatkan produksi ikan tangkap sekaligus mengurangi pencemaran akibat pemberian pakan bagi ikan dalam KJA yang jumlahnya makin menyesakkan (terutama di Cirata).

Ikan-ikan yang ditebar terutama dari jenis pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora) dan pemakan segala (ominivora), terutama bandeng. Penebaran ikan di luar keramba ini meningkatkan jumlah ikan tangkap secara signifikan dari 8,7 kg menjadi 11,4 kg per hari per unit penangkapan. Sedang dirundingkan pengenaan pungutan di tempat-tempat pendaratan ikan sebagai bagian dari program pengendalian penebaran ikan yang berlanjut.

Jatiluhur Terbanyak

Dari survei yang dilakukan pada 2004, terdapat 282 pembudidaya keramba di Jatiluhur, di Cirata 3.554 orang dan 963 orang di Saguling. Sementara itu terdapat  871 keluarga nelayan yang bergantung pada perikanan tangkap Jatiluhur dan 94 keluarga di Cirata, sedangkan di Saguling tidak ada nelayan tangkap. Pada 2005, pejabat pemerintah yang berwenang atas waduk, mempertemukan para pemangku kepentingan perikanan keramba dan perikanan liar. Mereka dibangkitkan kesadarannya tentang perlunya perikanan budidaya dan tangkap yang berkelanjutan. Para pemilik keramba sepakat mengurangi jumlah keramba, memindahkannya, juga mengendalikan ekses pemberian pakan.

Pada Juni 2008 dimulai dengan penebaran 2,1 juta ikan bandeng  berukuran 5—7 cm, yang nilainya Rp200 per ekor, di Jatiluhur dan Cirata. Dan digenapkan menjadi 4 juta pada Agustus 2008. Jatiluhur menerima stok paling banyak karena masyarakat perikanan di situ lebih terorganisir baik dibandingkan Cirata.

Skema yang ditawarkan Ditjen Perikanan Budidaya adalah penetapan harga Rp1.000 per kg bagi bandeng hasil tangkapan. Sempat terjadi konflik ketika bandeng-bandeng kecil itu kesasar ke dalam keramba dan dikuasai pemiliknya. Tapi masalah ini kemudian diatasi dengan pengaturan bahwa bandeng liar yang kesasar ke dalam keramba harus dilepaskan kembali ke perairan waduk.  

Daud Sinjal, dari berbagai sumber

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain