Kalau biasanya Anda mengonsumsi terung berwarna hijau atau ungu, kini Anda bisa mencicipi terung putih yang lebih enak.
Terung terbilang sayuran yang digemari berbagai kalangan. Tanaman terung dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Saat ini di Indonesia banyak beredar varietas terung hibrida. Varietas hibrida menawarkan berbagai keunggulan, yaitu produksi tinggi, daya tahan terhadap hama penyakit, tekstur buah renyah dan empuk, serta rasa enak.
Jenis terung yang umum diperjualbelikan adalah terung gelatik, terung kopek, terung medan, terung bogor, dan terung jepang. Sedangkan terung putih, si pendatang baru, bentuknya mirip terung jepang, tetapi ukurannya sedikit lebih besar dan warnanya putih bersih.
Terung putih hibrida yang dirilis belum setahun lalu itu kini sudah dibudidayakan secara komersial oleh beberapa petani di Pontianak, Kalbar. Demikian diungkap Afrizal Gindow, Direktur Pemasaran PT East West Seed Indonesia (EWSI), produsen benih sayuran di Purwakarta, Jabar. Ia menambahkan, pasar terung putih di daerah tersebut cukup besar terutama untuk konsumsi suku Tionghoa. Alhasil, “Permintaan benih terung putih Kania F1 produksi EWSI cukup tinggi. Potensi hasilnya mencapai rata-rata 2—3 kg per tanaman,” ucap Afrizal.
Wakrimin, Marketing Manager EWSI, menjelaskan, keunggulan fisik tampilan Kania F1 adalah warna kulit terung yang putih mengkilap, buah berbentuk lurus, dan tangkai buah berwarna hijau mengkilap (tidak kusam). Dari segi kualitas, terung ini mempunyai daging buah empuk, tidak terlalu banyak biji, dan daya tahan simpan cukup baik. Sedangkan dari tampilan tanamannya kokoh, pertumbuhan seragam, tahan terhadap layu bakteri, dan jumlah bunga per tandan lebih dari satu.
Menguntungkan Petani
Salah satu penanam terung putih adalah Abas, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Abas Sayuran. Abas menanam Kania F1 di Ambawang, Pontianak, sejak dua tahun silam. Luasannya dari 0,25 ha meningkat menjadi 0,5 ha. “Saat ini saya sudah menanam 2 ha,” tuturnya.
Abas menanam 9.000 batang per ha jika dalam satu guludan diisi satu tanaman (single plant). Kalau satu guludan ditanami dua batang (double plant), memuat 16.000 tanaman. “Hasil produksinya tidak jauh berbeda, per pohon menghasilkan rata-rata 2 kg. Tapi yang single plant dapat mencapai 2,2 kg per pohon,” jelasnya melalui telepon.
Tanaman terung putih dapat dituai buahnya pada umur 56—60 hari setelah tanam. Frekuensinya empat hari sekali (24 kali per periode). Dengan produktivitas 2,2 kg per tanaman, Abas meraup produksi sebanyak 19,8 ton. Jika harga jual rata-rata di kebun mencapai Rp5.000 per kg, ia meraih penjualan Rp99 juta per periode tanam (5—6 bulan) per ha. “Harga dapat pula menyentuh Rp7.000—Rp7.500 per kg,” ungkap bapak empat anak ini.
Dikurangi biaya produksi sebanyak Rp25 juta—Rp30 juta, Abas mengantongi keuntungan sebesar Rp69 juta—Rp74 juta per ha. Cukup menggiurkan memang. Wjar bila kini ia memperluas pertanamannya hingga dua hektar. Anda tertarik?
Yan Suhendar