Prinsip pencegahan lebih baik ketimbang pengobatan juga berlaku pada peternakan ayam.
Peternak ayam umumnya memanfaatkan obat-obatan dan vaksin untuk mencegah serangan penyakit. Pasalnya, biaya mencegah penyakit jauh lebih murah dan efektif daripada pengobatan ketika ayam sudah terserang.
Demikian pengalaman Hasanudin Ibrahim, peternak ayam broiler di Bekasi, Jabar. Tindakan pencegahan, menurutnya, mencakup tiga hal, yakni penerapan biosekuriti untuk mencegah penyebab penyakit mampir ke kandang, pemberian obat-obatan, serta melakukan vaksinasi dengan memilih cara dan waktu yang tepat.
Lebih jauh Hasanudin menjelaskan, biasanya sebab-musabab kematian (mortalitas) ayam dapat ditelisik, apakah karena serangan penyebab penyakit atau akibat kesalahan penerapan manajemen di peternakan.
Menurut Aman Arianto, peternak di Bogor, yang ditakuti peternak adalah kasus Sehari Mati Seribu (SMS). Kasus ini memerlukan tindakan-tindakan mencegah penyakit dan pengelolaan manajemen yang benar dengan penerapan biosekuriti ketat. Bagi Aman, biosekuriti sangat penting. Jadi, ia tidak menganggap biaya biosekuriti sebagai biaya yang harus dikeluarkan melainkan ibarat investasi. “Sama seperti modal untuk investasi ayam dan pakan yang dihitung untuk menghitung kerugian saat ayam mengalami kematian,” jelasnya.
Hasanudin menambahkan, berbeda dengan vaksinasi, biosekuriti pada dasarnya adalah tindakan mencegah masuknya penyakit dari luar. Sedangkan vaksinasi yang telah diprogramkan, menurutnya, bukan termasuk satu paket pengendalian penyakit dari luar ini, tetapi merupakan paket pengendalian penyakit dari dalam. “Vaksinasi, selain mencegah penyakit sedini mungkin juga mencegah penyebarannya. Menghadapi masa inkubasi satu minggu, tambah lagi perlakuannya beberapa minggu. Perlu diidentifikasi penyakit apa yang ada, sedangkan lokasi kandang dan bangunan jangan dekat dengan pemukiman,” kata Hasanudin.
Ia menegaskan, apapun yang terjadi, biosekuriti sangat dibutuhkan. Kalaupun mungkin skalanya kecil-kecilan di peternakan kecil, siapapun yang masuk di lokasi peternakan dan kandang, kaki dan tangan mesti dicelup untuk disinfeksi.
Turunkan Mortalitas
Aman menambahkan, untuk penanganan penyakit spesifik seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), dan Gumboro, vaksinasi yang dilakukan harus sesuai. “Misalnya, jika ada penyakit spesifik seperti koksidiosis (berak darah) di peternakan. Tentunya diperlukan vaksin khusus Koksi. Hal ini agar vaksin yang diberikan dapat efektif mencegah serangan penyakit tersebut,” ucapnya.
Masih soal vaksinasi, Hasanudin mengakui, percuma jika hanya menggunakan vaksin berkualitas tapi tidak memperhatikan cara pemberian vaksin atau metode vaksinasi. Soalnya, ini akan sangat mempengaruhi hasil vaksinasi.
Selain itu faktor lain yang memegang andil keberhasilan vaksinasi adalah keterampilan vaksinator yang terlatih, peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam yang mendukung, dan status kesehatan ayam sewaktu pelaksanaan vaksinasi.
Upaya teknis Hasanudin untuk menurunkan angka kematian hingga di bawah 10% di farmnya adalah dengan melaksanakan program vaksinasi terhadap penyakit gumboro (Bursal Shield Program) yang dikenalkan PT Romindo Primavetcom. “Program ini telah terbukti efektif untuk perlindungan terhadap penyakit Gumboro sehingga terhindar dari kerugian yang besar,” ucapnya.
Peternak tersebut menggunakan produk BUR 706 dari PT Romindo yang merupakan produk vaksin aktif untuk Vaksinasi Dini Gumboro pada anak ayam umur sehari. BUR 706 ini merupakan vaksin aktif dengan kandungan antigen Gumboro yang telah diattenuasi. BUR 706 mengandung strain S 706 yang merupakan strain antigen gumboro low-intermediate yang tidak akan terpengaruh oleh level titer antibodi asal induk.
BUR 706 akan memberikan perlindungan yang lebih kuat pada bursa fabricius dan thymus dari serangan penyakit gumboro pada usia dini.
Di samping itu, Hasanudin memanfaatkan Gumbopest, vaksin inaktif gabungan untuk melindungi ayam terhadap serangan Gumboro sekaligus penyakit ND. Gumbopest ini merupakan vaksin inaktif 0,3 dengan teknologi pemurnian dan konsentrasi antigen yang lebih tinggi dengan kontak permukaan antigen yang lebih luas sehingga akan lebih mudah dan cepat menstimulasi terbentuknya antibodi. Hasilnya, kekebalan terhadap gumboro dan ND akan lebih efektif dan optimal.
Yan Suhendar