Dengan membangun kandang panggung dan menjaga kebersihan lingkungan, usaha peternakannya berkembang baik.
Mengubah paradigma dulu sebelum akhirnya menekuni sungguh-sungguh menjadi peternak ayam pedaging (broiler). Posisi sebelumnya yang hanya sebagai karyawan di salah satu perusahaan unggas terbesar di dalam negeri, kemudian beralih menekuni usaha peternakan, tentunya membutuhkan perubahan orientasi pemikiran.
Demikian diungkapkan Djodi Hario Seno, pemilik Burangkeng Farm di Bekasi, Jabar, ketika ditanyakan kilas balik perjalanannya sebelum menjadi peternak broiler. Memulai dengan kapasitas 15.000 ekor pada 1990, kini usahanya telah berkembang sampai memiliki rumah potong ayam (RPA) di Tamansari, Setu, Bekasi, dan satu kandang besar penampungan ayam-ayam yang hendak dipotong.
Selain itu, Djodi juga memiliki Rokim Farm yang terletak di Cimuning, Bekasi, berkapasitas 40.000 ekor. “Secara total populasi yang kami miliki mencapai 100 ribu ekor yang tersebar pada empat lokasi peternakan,” jelasnya ketika ditemui di ruko miliknya tempat penjualan ayam daging segar di Bekasi. Ketika ditanya omzet usahanya, ia mengelak mengungkap dan mempersilakan AGRINA menghitung sendiri berdasarkan populasinya.
Dengan semakin bertambahnya usia, Djodi telah menyiapkan anak-anaknya untuk meneruskan dinasti peternakannya. Kepada dua anaknya yang telah lulus perguruan tinggi, secara bertahap ia memberikan peran lebih dalam peternakan yang dirintisnya.
Dodi Kuncoro Gana, anak pertamanya, diberi kepercayaan mengelola farm, sementara Radita, anak keduanya diminta menjadi tenaga pemasaran ayam dari RPA. ”Saya sudah mulai merasa capek sehingga secara bertahap saya berikan peran pengelolaan kepada anak-anak,” ucap Djodi.
Pilih Kandang Panggung
Menurut Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Bersatu (PPUB), Bekasi ini, untuk mampu menghasilkan kualitas ayam yang baik, ia memilih kandang panggung, dibandingkan kandang litter. Alasannya, sirkulasi udara kandang panggung jauh lebih baik daripada kandang litter.
Padahal sirkulasi udara yang lancar menjadi syarat mutlak bagi tercapainya kesehatan ternak yang baik. “Kebersihan kandang dan lingkungannya dengan sirkulasi udara merupakan perpaduan yang mutlak dibutuhkan. Layar tirai kandang harus dibuka secara teratur,” jelasnya.
Karena itu Djodi membuat semua kandang panggung. Kondisi peternakannya sangat bersih, tak terkecuali kantor dan perumahan di lingkungan peternakannya. Untuk ini ia punya alasan, kejorokan dan akumulasi amonia karena kandang tidak pernah dibuka (selalu tertutup) merupakan pemicu munculnya berbagai penyakit termasuk penyakit pernafasan korisa (coryza).
Apalagi saat musim pancaroba seperti saat ini memungkinkan terjadinya peralihan suhu secara ekstrem yang bisa menjadi pemicu timbulnya korisa. “Terjadinya korisa karena kandang jorok, tempat air minum tumpah, kemudian tumbuh jamur. Bila jamur masuk paru-paru bisa menyebabkan paru-paru bengkak. Apalagi bila di situ ada infeksi kuman bakteri penyebab korisa,” ungkap peternak yang dokter hewan ini.
Menurut Dodi Kuncoro Gana, yang pernah bekerja di perusahaan pemasok obat-obatan ternak, penyakit tersebut memang sedikit dijumpai pada ayam pedaging. Untuk mengatasi korisa, ayah dan anak itu melihat dulu penyebabnya, apakah dari kandang kotor, suhu, cuaca, struktur kandang, ventilasi, atau manajemen petugas kandang yang kurang baik. Mereka memberi perhatian terhadap penakit ini karena pada broiler dapat mengakibatkan penurunan bobot badan, stamina, dan imunitas.
Yan Suhendar