Banyak contoh bagus bisa dilihat di Kabupaten Merauke. Jajaran pemerintahannya solid dan kompeten, kepemimpinan daerahnya tegas-berwibawa, masyarakatnya rukun-tentram, tapi dinamis dan punya semangat kuat untuk kemajuan. Hubungan dengan kabupaten-kabupaten tetangga seperti sesama kerabat.
Bupati Merauke, John Gluba Gebze, dua kali terpilih, dan pada pemilihan kedua mendapat dukungan sampai 82%. Ia adalah putra daerah yang kental ke-Indonesia-annya berkat tugasnya yang cukup lama sebagai inspektur di Depdagri, yang membawa dia banyak melihat Indonesia.
Pemerintahan Kabupaten Merauke diisi pejabat-pejabat dari berbagai etnis dan agama, termasuk dari keturunan Tionghoa. Wakil bupatinya orang Jawa, Sekretaris Daerah orang Bugis. Pejabat Pemkab lainnya ada yang asal Maluku, Kalimantan Barat, juga Sumatra Utara.
Di samping suku-suku asli, warga Merauke juga terdiri dari orang “Jawa Merauke”, yakni keturunan pejuang kemerdekaan yang dulu dibuang ke Digul. Juga ada Jawa transmigran dan pendatang lainnya. Hubungan Merauke dengan kabupaten tetangga: Boven Digul, Mappi, Asmat, mengandung solidaritas tinggi karena bersama-sama sedang memperjuangkan berdirinya Provinsi Papua Selatan.
Kabupaten Merauke punya wilayah daratan dan lautan luas yang kaya sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati. Visi pembangunannya yang bertumpu pada pertanian bersetangkup dengan strategi pembangunan nasional. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan daerah ini sebagai Lumbung Pangan dan Energi Nasional.
Ketika datang ke sana untuk acara potong padi, 5 April 2006, Presiden menyatakan panen raya itu sebagai keberhasilan membangun sektor pertanian di seluruh wilayah tanah air, tidak hanya di Pulau Jawa, atau di bagian barat, tetapi kita juga di wilayah timur Indonesia. Menristek Kusmayanto Kadiman, menilai (13-6-2008), program Merauke Intergrated Food and Energy Estate, dengan penyiapan lahan abadi sampai 2,5 juta ha sudah merupakan langkah yang tepat.
Pelaku ekonomi nasional dan internasional menaruh minat pada tanah “Fajar Indonesia” itu. Swasta besar sudah merintis di sana, di antaranya Medco, Artha Graha, Comexindo, dan Bangun Cipta. Dari luar negeri, kelompok usaha Arab Saudi, Bin Ladin Group, berminat mengembangkan agribisnis padi di Merauke dan siap dengan investasi sebesar US$4 miliar. Wilayah daratan Merauke ideal untuk persawahan padi karena landai dan basah. Dan sebenarnya ia pernah punya tradisi pertanian padi ketika menjadi daerah garis depan Perang Pasifik yang harus memasok makanan bagi pasukan Sekutu. Garis suplai itu ditarik mulai dari tepi ladang sampai ke dermaga. Pengangkutannya dengan kereta lori.
Sesungguhnya pekarangan depan Indonesia adalah yang menghadap Pasifik, seperti yang digambarkan Dr. Sam Ratulangi 72 tahun lalu dalam bukunya “Indonesia in den Pacific”. Maka Kawasan Timur Indonesia adalah beranda depan RI, dengan Biak dan Jayapura sebagai pintu pagar ke Pasifik Barat Laut, dan Merauke sebagai pintu pagar ke Pasifik Barat Daya.
Posisi strategis Merauke yang ditunjukkan kala Perang Dunia II, kini mencuat kembali dalam perang ekonomi, yang semakin gencar di kancah Pasifik. Merauke bisa menjadi terminal yang menguntungkan menghubungkan titik-titik pasar di Pantai Barat AS, Australia, Jepang, China, dan Korea. Sekaligus menjadi gardu depan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI-4), tempat kegiatan pelayaran niaga yang dijamin dengan unjuk kekuatan kapal-kapal perang.
Menghadapi perang ekonomi sekarang ini, dengan pembangunan dan perbaikan prasarana jalan, irigasi, jembatan, dermaga, dan peningkatan kapasitas petani, revolusi hijau sudah bisa digerakkan. Dikobarkan dengan pengadaan benih bermutu, suplemen, dan pendampingan petani oleh kader-kader andalan. Peningkatan kapasitas petani melalui keterlibatan dalam kelembagaan kelompok atau koperasi. Kader-kader disiapkan di politeknik agribisnis.
Pemerintah masih diharapkan untuk membantu promosi dan pemasaran serta membuat regulasi yang melindungi. Di bawah kepemimpinan yang kuat, semua langkah dari para agropolis itu pasti bisa serempak dalam mencapai tujuan, seperti moto yang disandang Merauke, “Izakod Bekai Izakod Kai“, Satu Hati Satu Tujuan.
Daud Sinjal