Seiring fenomena kembali ke alam, produk makanan organik makin dicari.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan ditandai dengan minat mereka mengonsumsi makanan sehat. Sebagian di antara mereka mengartikan sehat dengan organik. Maksudnya, makanan yang diproduksi tanpa bahan-bahan kimia. Tak terkecuali Faishal Ishaq, pria yang sejak tahun 2000 menekuni pengobatan herbal. Pada 2002 ia terpikir untuk memproduksi ayam organik dengan ramuan herbal, tanpa obat-obatan kimia.
Ramuan yang sukses diproduksi sejak April 2007 tersebut kecuali menjaga kesehatan ayam juga meningkatkan kualitas daging. Hasil ternaknya, menurut Donny Chrisnanda, salah satu pekerja rumah potong ayam, bertekstur daging lebih lembut, serat dagingnya lebih halus, mudah dilepaskan tulangnya, dan susutnya sedikit. Bila dilihat secara fisik, dagingnya keset dan lapisan lemaknya tipis.
Cara Budidaya
Konsep organik Faishal yang beternak di Sawahan, Jombang, Jatim, itu tidak muluk-muluk. “Cukup dengan mata, penciuman, lidah kita bagaimana kita merasakan. Mengetesnya, kita cari orang yang alergi ayam dan telur untuk makan produk kita, apakah dia merasakan dampak pada alerginya atau aman-aman saja. Selama aman, itu menandakan bahwa produk kita organik,” ucapnya simpel.
Dari sisi ternaknya, selama ayam bisa mencerna, mata-wajahnya-kulitnya cerah, dan geraknya lincah itu menandakan ternak sehat atau lebih dominan organik. Bau kotorannya pun tidak menyengat.
Lelaki keturunan Arab ini menjelaskan, perlakuan ayam sejak anak ayam sehari hampir sama dengan peternakan ayam umumnya. “Satu hal yang membedakan, yakni tidak diberikannya vaksin, vitamin, dan antibiotik. Bahkan disinfektan pun tidak pakai. Kita hanya memberi ramuan herbal Formula Integral Organik Terpadu (FIOT),” bebernya.
FIOT dibuat dari bahan baku utama jinten hitam dan madu yang mengambil porsi 20%—25%. “Kedua bahan itu sangat unik dan sangat potensial untuk kebutuhan kesehatan. Untuk kebutuhan organik juga sangat berarti karena bisa membunuh segala potensi penyakit yang ada juga menetralkan racun,” lanjut Faishal.
Bahan pendukungnya yang berupa umbi-umbian dan daun-daunan mengambil porsi 60%—70%. “Semua umbi-umbian atau daun-daunan ini mampu membersihkan darah, punya antibiotik alami, punya kemampuan untuk meningkatkan nafsu makan dan pencernaan,” terangnya.
Pemberian FIOT pada ayam mudah. Dosisnya 1 gram FIOT per 1 kg pakan. Aplikasinya, boleh juga dicampur dalam air karena suplemen ini berbentuk serbuk. Pemberiannya setiap hari hingga panen. Dengan pakan yang bagus, dalam 35 hari ayam akan mencapai bobot 2 kg.
Hasil budidaya secara organik, menurut Faishal, terlihat pada penampilan ayam. Tampilan ayam lebih cerah, mata bersih cerah-jernih. Semua kulitnya kuning meskipun pakan tidak ditambahkan jagung. Ayamnya juga lebih tahan banting dan tahan penyakit. “Salah satu buktinya, hari ini populasi ayam 1.000 ekor biasanya tiap minggu mati minimal 0,5%. Ini lebih dari dua minggu cuma ada satu ekor ini luar biasa,“ jelasnya meyakinkan.
Ayah lima anak tersebut memanen ayamnya pada umur 21 hari dengan bobot 1,1—1,3 kg per ekor. Harga jualnya berkisar Rp21.000—Rp23.000 per ekor. Peternak yang memproduksi 3.000 ekor per minggu ini mengaku, cukup mengambil untung sekitar Rp1.000 per ekor.
Indah Retno Palupi (Surabaya)