Kemitraan jagung bukan barang baru. Petani yang bergabung dalam kelompok atau gabungan antar-kelompok (Gapoktan) menjalin kerjasama dengan industri, terutama industri pakan ternak unggas yang 52% bahan bakunya adalah jagung. Lalu industri ini bekerjasama dengan bank untuk memperoleh kredit.
Kemitraan bukan hanya dengan perusahaan industri pakan ternak besar, seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Wonokoyo, tapi juga bisa dijalin dengan peternak/kelompok peternak, industri makanan (berbasis jagung), perguruan tinggi, pedagang, juga penyedia alat alat produksi.
Bank-bank pemerintah, seperti Mandiri dan BRI sudah menyalurkan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) sampai puluhan miliar rupiah untuk mensukseskan kemitraan jagung. Bahkan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral menjembatani kemitraan berbagai pihak dari hulu sampai hilir di delapan wilayah kerjanya. Melalui program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (FPPED), BI menyalurkan dananya ke perbankan, dan melibatkan para pemangku kepentingan setempat. Tujuannya mengakselerasikan pemberdayaan ekonomi daerah.
Belakangan ini kita juga sering mendengar istilah linkage, matarantai pasokan, global market, global village. Dalam membangun ketahanan pangan demi menjaga mutu kehidupan yang layak, dunia ini bak sebuah kampung besar di mana warga masyarakatnya saling bergantung, saling terkait. Bahwa kehidupan petani/peternak tradisional di desa yang “embedded” pada tanah ladang dan padang penggembalaannya, sebenarnya menjadi bagian dari matarantai pasokan pangan dunia. Masalahnya di dunia ketiga adalah, kesinambungan matarantai itu seringkali terputus. Inkonsistensi ini sebagian besar disebabkan oleh faktor di luar kekuasaan petani, sebagian lainnya akibat ketidakmampuan sendiri.
Di negara-negara maju, komitmen atas sustainable supply chain, matarantai pasokan yang berkelanjutan, adalah pertumbuhan ekonomi yang sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kelayakan hidup masyarakat. Sustainable berarti pengelolaan pasokan juga harus efisien sehingga menekan kemubaziran dan melindungi lingkungan. Dalam hal ketahanan pangan berarti pengamanan sustainable food supply terhadap ancaman perubahan iklim, pertambahan penduduk dunia dan keterbatasan sumber daya alam. Negara maju ternyata lebih mengedepankan penerapan teknologi, penguasaan ilmu pengetahuan untuk menghadapi ancaman tersebut.
Menteri Pertanian RI menyebut tiga hal yang berpengaruh bagi pengembangan agroindustri jagung: Penguatan kelompok tani, penguatan kemitraannya dengan industri pengolahan dan pasar, serta penguatan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi. Di sini kemitraan dan penerapan teknologi jadi pilar utama.
Modal uang sebenarnya tidak harus jadi kendala karena secara alami tersedia modal besar berupa tenaga kerja yang begitu banyak dan hamparan lahan yang luas. Tinggal mengolahnya secara optimal dan efisien.
Di depan sudah terbuka pasar domestik dan pasar kawasan yang begitu besar. Produksi jagung tahun ini ditargetkan mencapai 18 juta ton (pipilan kering). Industri pakan ternak nasional akan menyerap sekitar 4,5 juta ton. Selebihnya untuk olahan makanan dan konsumsi pangan sehari-hari. Petani juga menyisihkan hasil panen jagungnya untuk benih dan cadangan makanan. Sebagian lagi sudah diekspor ke negara tetangga.
Kita masih lebih bergiat dengan kemitraan, kendati tanpa kita desain, ujungnya akan masuk juga ke dalam rantai pasokan dunia. Tapi oleh kesenjangan informasi, pengetahuan, teknologi, infrastruktur, keberlanjutannya sering tersendat. Maka ketika AGRINA edisi ini mengfokus-utamakan kemitraan jagung, itu adalah untuk mengajak para pemangku kepentingan agribisnis jagung menutup kesenjangan kesenjangan tersebut secara sistematis dan sistemik.
Pemerintahan boleh berganti, penyelenggara negara bisa datang dan pergi, tapi ketahanan pangan nasional dan matarantainya ke pasokan pangan dunia harus bisa bersinambung, lalu berkelanjutan. Kemitraan jagung bukan barang baru, yang masih harus diperbarui adalah kesinambungan dan keberlanjutannya. Yang mengangkat mutu kehidupan petani dan masyarakat pedesaan, yang efisiensinya ikut menjaga lingkungan.
Daud Sinjal