Hingga 2010, Mukomuko akan mengembangkan industri jarak terpadu sekitar 5.000 ha.
Selama ini masyarakat kurang bergairah menanam jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai bahan baku biodiesel. Maklumlah, harga biji jarak kering paling banter Rp500 per kg. Namun, yang terjadi di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, justru sebaliknya. “Animo masyarakat sangat tinggi untuk menanam jarak,” ungkap Ichwan Yunus, Bupati Mukomuko.
Hal itu dikatakan Ichwan di sela-sela kunjungan kerja Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Mukomuko (20/2). Lho, kok animo rakyat bisa tinggi? Rupanya, Pak Bupati sudah mengeluarkan surat edaran yang menyatakan, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pasar Sebelah dan pemda siap membeli biji jarak dengan harga Rp1.500 per kg.
Pengembangan Terpadu
Gapoktan Pasar Sebelah inilah yang mengelola industri jarak terpadu di Kecamatan Mukomuko Utara. Dari lahan 26 ha, 6 ha ditanami jarak dengan anggaran daerah, sedangkan 20 ha menggunakan anggaran Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air (PLA), Deptan. Di sini juga dibangun pabrik pengolahan biji jarak menjadi biodiesel.
Jika hanya biodiesel, menurut Ir. Hilman Manan, Dipl. HE, Dirjen PLA, jelas kurang ekonomis. Biaya produksi biodiesel menjadi sekitar Rp8.900 per liter. Tetapi, dengan adanya pengolahan limbah biji jarak untuk pakan ternak dan pakan ikan, gliserin, serta produk turunan lainnya, harga biodiesel menjadi Rp3.500—Rp5.500 per liter. “Dengan pengembangan terpadu, biodiesel menjadi lebih ekonomis,” ujar Hilman di Mukomuko.
Dengan adanya pakan ternak dari ampas biji jarak, di kecamatan ini juga dikembangkan peternakan sapi potong, kambing peranakan ettawa (PE), dan budidaya ikan. Selain mengandalkan pakan ampas biji jarak yang sudah dihilangkan racunnya, di sela-sela jarak pagar juga ditanami hijauan pakan ternak.
Program pengembangan budidaya jarak pagar terpadu di Mukomuko ini baru dalam tahap proyek percontohan satu siklus pengolahan untuk menghasilkan minyak jarak mentah, minyak jarak murni, biodiesel, produk-produk turunan (seperti sabun), serta pakan ternak dan ikan. Pada 2009-2010, akan dikembangkan dalam skala industri.
Lahan Marginal
Kabupaten Mukomuko, dengan luas wilayah 406.570 ha, mempunyai lahan marginal 29.926 ha yang dapat ditanami jarak pagar. Sampai 2010, pemda menargetkan penanaman sekitar 5.000 ha dengan bibit dari Lombok (Nusatenggara Barat), Cibubur Jarak Centre, dan jarak lokal.
Tahun lalu, pemda berhasil menyemai bibit jarak pagar siap tanam dua juta batang untuk 1.000 ha. Rencananya, penanaman ini dilakukan di Kecamatan Mukomuko Utara, Air Rami, Pondok Suguh, Lubuk Pinang, Air Manjuto, XIV Koto, Teras Terunjam, dan Teramang Jaya.
Pengembangan jarak pagar terpadu, salah satu cara untuk mengatasi kemiskinan dan krisis energi berbasis bahan bakar minyak bumi secara nasional. Sebagai wilayah yang 55% desanya masih tergolong tertinggal, pengembangan jarak pagar terpadu di kabupaten belia ini merupakan upaya menyejahterakan rakyatnya.
Jika dari sebatang jarak bisa dipanen 4,5 kg biji dan setiap hektar ditanami 2.000 pohon, berarti per tahun menghasilkan sekitar 9 ton per ha. Bila harganya Rp1.500 per kg, maka sekitar Rp13,5 juta per ha dapat diraup per tahun. Jadi, potensi penghasilan dari biji jarak pagar saja di Mukomuko dapat mencapai Rp404 miliar per tahun.
Jaminan harga yang layak, seperti diterapkan di Mukomuko, Bengkulu, ini patut ditiru kalau mau merangsang rakyat menanam jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel.
Syatrya Utama