Lemak sapi (beef tallow) yang merupakan limbah rumah potong hewan kerapkali dibuang begitu saja. Padahal, bisa dijadikan campuran ransum unggas.
Selain terbuang sia-sia, bila tidak ditangani dengan baik, limbah ini berpotensi mencemari lingkungan. Yang tergolong sebagai lemak sapi adalah lemak rongga badan dan lemak keras yang menempel pada daging yang tidak termasuk ke dalam karkas. Sebuah riset di Denpasar menunjukkan, seekor sapi bali berbobot 300—350 kg menghasilkan 4%—5% beef tallow. Bila setiap hari dipotong 150 ekor sapi, maka akan dihasilkan 1—2 ton lemak sapi.
Lemak sapi dapat dimanfaatkan sebagai campuran ransum unggas komersial. Setiap kilogram lemak sapi mengandung 7.010 kilo kalori energi metabolis (kkal EM/kg). Energi tersebut sangat potensial untuk mensubstitusi sumber energi konvensional yang selama ini digunakan pada ransum unggas, yaitu jagung kuning. Meski diakui, jagung adalah sumber energi utama ternak unggas, tapi substitusinya dengan sumber-sumber lain bukanlah hal yang mustahil.
Porsi dalam Ransum
Dengan kandungan energi hampir dua kali lipat jagung kuning (3.370 kkal EM/kg), lemak sapi berpotensi menjadi pengganti energi meski hanya sebagian. Biaya produksi pun niscaya akan menurun karena harga lemak sapi jauh lebih rendah dibandingkan jagung kuning. Selain itu, ada berbagai keuntungan, antara lain meningkatkan konsumsi ransum, mengurangi debu dalam ransum, dan mengurangi panas bahang (heat increment) dari unggas yang mengonsumsinya.
Penggunaan lemak sapi dalam ransum unggas juga dapat memperlambat laju digesta (rate of passage) di dalam saluran pencernaan. Kondisi ini memungkinkan lebih banyak zat-zat makanan yang dapat diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Serangkaian riset menyangkut penggunaan lemak sapi pada ransum unggas pernah dilakukan di Denpasar. Para peneliti dari Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Fapet UNUD), telah mencobakan pada berbagai jenis ternak. Untuk broiler misalnya, penggunaan lemak pada ransum sebagai pengganti 50% energi jagung kuning memberikan hasil yang tidak berbeda dengan ransum yang tidak mengandung lemak sapi, terutama pada persentase karkasnya.
Penggunaan lemak sapi dihitung dengan mengurangi jumlah jagung yang digunakan pada ransum kontrol dengan hasil perkalian antara persentase penggantian (50%) dengan kandungan energi jagung (3.370 kkal) dibagi kandungan energi lemak sapi (7.010 kkal). Pada itik Bali, penggantian energi jagung kuning dengan 40% energi lemak sapi memberikan performa yang tidak berbeda dengan itik yang ransumnya tidak mengandung lemak sapi. Porsi sebesar ini tidak menurunkan persentase karkas.
Penelitian lainnya dengan membuat produk campuran dedak padi dan lemak sapi, yang dikenal sebagai daklomix. Apabila ini berhasil, daklomix merupakan produk kompak yang dapat tampil sebagai pengganti jagung. Pada taraf tertentu, daklomix dapat menggantikan jagung, khususnya bagi broiler.
Dicampur Dedak
Pada suhu kamar, lemak sapi berbentuk padat dan berwarna agak kekuningan. Dalam kondisi keras seperti ini lemak sapi belum bisa dicampurkan ke dalam ransum. Namun, harus dicairkan dulu dengan cara dipanaskan dalam wajan. Jika sudah mencair, lemak kemudian didinginkan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan dedak sehingga berbentuk daklo (dedak-telo), dengan jumlah yang diinginkan.
Daklo dianjurkan untuk segera digunakan karena jika terlalu lama ransum cenderung menjadi tengik. Saran lainnya, jangan mencampur ransum terlalu banyak. Pembuatan campuran ransum sebaiknya untuk jangka pendek sehingga ketengikan ransum dapat dihindari.
Ir. I Dewa Gede Alit Udayana, MS, akdemisi, tinggal di Bali