Senin, 2 Maret 2009

Meremajakan Perkebunan Rakyat

Penangkar lokal bisa diikutsertakan dalam pengadaan bibit melalui bantuan sosial.

Provinsi Jambi, salah satu sentra perkebunan karet dengan luas lahan sekitar 0,64 juta ha atau 19% dari lahan karet nasional. Tapi, sayangnya, kebanyakan perkebunan karet di provinsi yang dipimpin Gubernur H. Zulkifli Nurdin ini berisi tanaman tua dengan produktivitas sekitar 781 kg karet kering per ha per tahun. Karena itu, selama 2006—2010, Jambi menargetkan peremajaan (replanting) sekitar 130 ribu ha. Sampai 2008, yang direalisasikan 25 ribu ha. Dengan peremajaan ini, diharapkan produktivitas bisa mencapai 1.700 kg per ha per tahun.

Peremajaan Karet

Di Kabupaten Batang Hari, Jambi, hingga 2008, peremajaan karet mencapai 7.500 ha (3,75 juta batang). Menurut Syahirsah SY, petani yang mengganti tanaman tuanya mendapat subsidi bibit dari pemerintah. Mereka hanya membayar Rp5.000 per batang dari harga Rp15.000. “Tahun lalu anggaran subsidi Rp550 miliar,” kata Bupati Batang Hari itu di Pontren Darul Aufa, Kec. Muara Bulian, saat mendampingi kunjungan kerja Menteri Pertanian Anton Apriyantono, 18 Februari lalu.

Tapi, sayang, dalam pengadaan bibit karet, penangkar lokal tidak bisa ikut tender. Dengan nilai tender minimal Rp100 juta, sulit bagi penangkar lokal mencari modalnya. Syahirsah menginginkan, pengadaan bibit melalui penunjukan langsung seperti pada padi, tapi Anton mengatakan belum bisa. “Karet tidak mendesak seperti padi,” jawabnya. Namun, hal ini, tambah Anton, bisa diatasi dengan bantuan sosial untuk membeli bibit karet dari penangkar lokal.

Peremajaan karet juga dilakukan di Kabupaten Sarolangun. Menurut Hasan Basri Agus, Bupati Sarolangun, di wilayahnya terdapat kebun seluas 117.778 ha, terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) berumur 5 tahun ke bawah sekitar 30%, tanaman menghasilkan (TM), 6—30 tahun, sekitar 48%, dan tanaman tua (TT), di atas 30 tahun, 22%. Tanaman karet yang sudah diremajakan sekitar 5.000 ha.

Pada lahan peremajaan ini ditanami pula kedelai dan padi gogo dengan anggaran (pusat dan daerah) dan masyarakat. Selama karet belum menghasilkan, melalui program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), petani bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jadi, “Nggak benar, petani karet menganggur,” ucap Mentan di Sarolangun.

Tahun lalu, menurut Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan, secara nasional dari target peremajaan karet 50.000 ha baru terealisasi 80%. Sebab, dulu harga karet tinggi, sekitar Rp11.000 per kg, tapi kini Rp4.000 per kg. “Dulu harga karet tinggi sehingga banyak masyarakat yang enggan meremajakan karetnya,” katanya di sela-sela kunjungan kerja Mentan di Mukomuko, Bengkulu, 20 Februari lalu.

Jamur Akar Putih

Petani yang meremajakan perkebunan karetnya harus mewaspadai penyakit jamur akar putih. Penyakit yang disebabkan cendawan Rigidiporus microporus ini banyak menyerang tanaman karet berumur 1—5 tahun. Jika tidak diatasi, penyakit yang dapat merusak akar tanaman karet ini berpotensi menurunkan produksi lateks akibat kematian pohon produksi.

Setiap terjadi peningkatan kematian sebesar 5% akan menurunkan produksi sebesar 89,43 kg per ha per tahun. Salah satu cara untuk mengatasi penyakit jamur akar putih adalah menggunakan Bayleton 250 EC (berbahan aktif Triadimefon). Caranya, dengan menyiramkannya pada pangkal batang karet dan sekitarnya dalam radius sekitar 40 cm. Dosisnya 10 ml per pohon dan volume air 2—3 l. Aplikasi juga dilakukan pada empat pohon di sekitar tanaman sakit dan interval aplikasi 6 bulan.

Syatrya Utama

 

Memaksimalkan Produksi Karet

 

Produksi karet dapat ditingkatkan 25%—30% jika dilakukan sistem sadap intensitas rendah misalnya 1/2 S d/3 serta mengaplikasikan Ethrel. Manfaat penggunaan Ethrel untuk memperlambat penyumbatan pembuluh lateks. Selain itu, penetesan lateks lebih lama dan memaksimalkan potensi produksi karet.

Pilih tanaman yang pertumbuhannya subur dan bidang sadap baik. Pertumbuhan subur adalah daunnya lebat dan tidak menunjukkan gejala kekurangan unsur hara. Jangan melakukan pemberian Ethrel pada waktu gugur daun.

Jika menggunakan Ethrel 10 PA, encerkan dulu tiga kali. Artinya, satu bagian Ethrel 10 PA ditambah air tiga bagian. Namun jika memilih Ethrel 2,5 PA tidak perlu diencerkan. Bersihkan alur sadap dari lateks yang mengering (skrep) lalu oleskan Ethrel dengan dosis 1 ml per pohon per aplikasi. Aplikasikan 24—48 jam sebelum sadap dengan interval 2 minggu. Aplikasi pada tanaman umur 8 tahun atau keliling pohon 45 cm dilakukan di ketinggian 1 m dari tanah.

Untung Jaya

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain