Senin, 2 Maret 2009

Waspadalah Myo Kian Mengancam

Myo memang tidak mematikan udang secara massal, tapi pada akhirnya jumlah kematian bisa mencapai 40%. Celakanya, virus ini sudah merambah dua pertiga wilayah Indonesia.

Berbeda dengan Taura Syndrome Virus (TSV) yang menyebabkan kematian massal, Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV), terkenal dengan sebutan Myo, mengakibatkan kematian secara bertahap. Virus ini pertama kali ditemukan pada udang Vanname yang dibudidayakan secara intensif di daerah Situbondo, Jatim. Penyakit ini awalnya ditemukan pada udang umur dua bulan. Namun dalam perkembangannya, Myo juga menyerang udang muda, 30 hari penebaran.

Tanda-tanda klinis yang tampak adalah munculnya warna plaque atau putih kapas pada bagian otot. Tanda-tanda tersebut terlihat dari samping maupun atas (punggung). Semakin hari semakin jelas, yang selanjutnya terdapat warna kemerahan pada bagian abdomen ruas kelima dan keenam, disertai kematian udang secara bertahap.

Kematian Hingga 40%

Myo dan Penaeus Vannamei Noda Virus (PvNV) memperlihatkan gejala yang sama. Keduanya sangat sulit dibedakan dengan pengamatan visual, mikroskopis, maupun histologis. Hanya dengan menggunakan real time Polimerase Chain Reaction (PCR) kedua penyakit tersebut bisa dipastikan penyebabnya. Keduanya bukanlah penyakit asli Indonesia, tetapi diduga masuk terbawa induk yang diimpor.

Myo pertama menyerang udang di Brasil pada 2003, sedangkan PvNV pertama kali  menyerang udang di Belize pada 2004. Awalnya, Myo muncul di Situbondo 2006, selanjutnya muncul di Banyuwangi, Lampung, kemudian menyebar ke Bengkulu, Sumatra Utara, Kalimantan, Bali, dan Nusatenggara. Bahkan di daerah terpencil sekalipun, seperti Sulawesi Tengah dan pantai selatan Jawa juga ditemukan kasus ini. Boleh dikata Myo sudah menyebar hampir dua pertiga wilayah Indonesia.

Uji coba di laboratorium menunjukkan, Myo dapat menular ke udang lain seperti  windu maupun udang biru. Menurut Prof. Tim Flegel, ahli penyakit Universitas Mahidol, Thailand, Myo dapat menyebabkan kematian hingga 20% pada udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Pada udang windu (Penaeus monodon) dan udang biru (Litopenaeus. stylirostris), virus ini  tidak menyebabkan kematian.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kematian Vanname akibat Myo  bisa mencapai 30%—40%. Awalnya, kematian hanya beberapa ekor dan tidak kelihatan pengaruhnya terhadap pertumbuhan maupun konsumsi pakan. Kematian terus meningkat dari hari ke hari, dari satu kilo hingga puluhan kilo. Hal itu terus terjadi selama masa budidaya, udang yang makan udang yang mati selanjutnya tertular penyakit ini.

Beberapa sebab yang diduga sebagai pemicu munculnya kasus Myo antara lain goncangan kualitas air, tingginya kandungan plankton dan senyawa beracun. Selain itu juga disebabkan oleh plankton yang terlalu pekat serta flok yang berlebih. Kandungan partikel tanah dan penanganan yang kurang tepat, misalnya kegiatan sampling yang dapat menyebabkan udang stres sehingga memicu timbulnya infeksi Myo pada udang.

Pencegahan dan Penanggulangan

Beberapa langkah untuk mencegah Myo antara lain:

1. Menggunakan benur yang bebas IMNV, PvNV dan penyakit berbahaya lain yang diketahui (benur SPF). Sayangnya, peralatan yang dimiliki lab hatchery dan lab pemerintah belum bisa melayani analisis IMNV. Di lapangan, seringkali ditemukan kasus Myo meskipun pada saat benur dicek hasilnya negatif IMNV.

2. Menerapkan biosekuriti secara ketat. Kendalanya, penerapan biosekuriti berarti menambah biaya produksi. Di samping itu, petambak sulit menerapkannya karena lokasinya yang luas dan terbuka sehingga risiko munculnya penyakit akan tetap ada meskipun sudah menerapkan biosekuriti.

3. Menggunakan pakan berkualitas dan manajemen pakan yang tepat. Udang Vanname membutuhkan protein antara 25%—32%. Pengelolaan pakan juga harus tepat agar kerusakan mutu air dapat dikurangi. Kesegaran mutu pakan pun mesti jadi pertimbangan.

4. Menjaga lingkungan tetap stabil, mengendalikan plankton yang merugikan, dan  bakteri vibrio. Serangan penyakit sulit dikendalikan bila kondisi lingkungan tidak stabil. Penyakit muncul akibat adanya interaksi antara patogen, kondisi kesehatan inang yang kurang baik, dan lingkungan yang tidak stabil.

5. Menerapkan sedikit ganti air untuk mengurangi risiko masuknya bibit penyakit yang masuk ke dalam sistem budidaya. Dengan menekan jumlah air yang masuk ke tambak berarti mengurangi kemungkinan masuknya patogen. Karena itu tambak  harus memiliki tandon air yang memadai dan dilengkapi filter.

Sedangkan untuk menanggulangi kasus ini, beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu ambil lalu kubur bangkai udang serta isolasi kolam yang terserang Myo. Bila udang sudah cukup besar dan kematian cukup banyak, lakukan panen untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Gunakan imunostimulan dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit.

Ir. Prapto Subroto, Praktisi Budidaya Udang

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain