China dan Amerika menjadi negara-negara produsen dan konsumen tilapia terbesar di dunia. Negara pengekspor nila lainnya adalah Thailand, Indonesia, dan Ekuador.
Di ajang konferensi perdagangan tilapia dunia yang digelar di Kualalumpur, Agustus 2007, diberitakan, produksi tilapia dunia dalam waktu dekat akan mencapai 4 juta ton. Angka itu berarti melebihi produksi salmon. Produksi tilapia dunia pada 2005 sudah lebih dari 2,5 juta ton dan diramalkan akan menjadi 3,5 juta pada 2010. Namun kendati produksinya melonjak demikian besar, yang masuk pasar dunia tidak lebih dari 10%. Itu pun diborong (80%) oleh Amerika Serikat.
Seafood Murah
Ikan tilapia alias nila memang dikuasai pasar domestik, artinya diproduksi dan dikonsumsi sendiri. Produksi nila dunia hampir sepenuhnya didapat dari perikanan budidaya di 87 negara.
China adalah penghasil terbesar dan pemakan terbesar pula. Dengan produksinya yang melebihi 1 juta ton, tapi hanya 104 ribu ton yang diekspor. Amerika mengonsumsi 400 ribu ton, dengan 173 ribu ton didatangkan dari luar.
Di Amerika, nila, meski bukan ikan laut, berada pada urutan kelima dari 10 seafood yang paling digemari. Tapi konsumsi nila di sana menanjak dengan cepat, dan bisa jadi rankingnya akan semakin naik. Trennya menyelaraskan dengan kemampuan belanja masyarakat. Dalam kungkungan resesi ekonomi, daya beli rakyat Amerika menurun, sementara nila adalah ikan yang jauh lebih murah dari udang, tuna, salmon, atau patin.
Tiga makanan laut yang sementara ini menjadi pilihan teratas, yakni udang, tuna dan salmon adalah ikan yang mahal. Amerika sendiri menghasilkan nila dari 156 kolamnya di berbagai negara bagian, tapi itu jauh dari cukup untuk memenuhi permintaan pasarnya yang terus membesar.
Membudidayakan nila relatif lebih mudah, malah bisa di pekarangan rumah, secara organik, dan bercampur dengan tanaman sayuran pula. Budidaya nila memang sudah dikenal sejak 2.500 tahun lalu di daratan yang kini menjadi Israel. Di Mesir malah sudah dari 4.000 tahun silam. Memang ikan nila berasal dari Afrika, maka ada jenisnya yang dikenal dengan nama Oreochromis niloticus (tilapia nile). Tapi kini Asia menguasai 70% total produksi tilapia dunia (Total impor 2007 - Tilapia Market Report - April 2008, FAO Globefish).
Produksi Meningkat
Tilapia China tidak terkena cekal di AS karena dinilai aman. Maka ekspornya ke sana makin menjadi-jadi dan tidak ada negara lain yang bisa menandingi. Indonesia berada di tempat kedua, tapi jauh di bawah (lihat tabel).
Pasar tilapia Amerika diperkirakan bakal makin membesar tahun ini. Pasar Uni Eropa juga berkembang dengan lebih banyak produk dari China, Thailand, dan Indonesia yang masuk. Di lain pihak, Brasil yang juga penghasil tilapia memilih untuk memasarkannya di dalam negeri ketimbang mengekspornya ke AS. Alasannya, lebih nyaman bermain di pasar domestik lantaran nilai tukar dollar AS tengah melemah.
Booming tilapia masih akan lama. Apalagi ini adalah ikan yang berkaitan dengan adat dan agama. Di Inggris dan AS, nila dikenal sebagai St. Peter Fish karena jenis ikan ini adalah yang dijala oleh Yesus dan murid-muridnya di Danau Tiberias. Nila juga dipakai pada jamuan keagamaan.
Daud Sinjal, dari berbagai sumber