Senin, 16 Pebruari 2009

Pilihan Baru di Dataran Rendah

Dengan beredarnya varietas yang cocok untuk dataran rendah, kini memproduksi tomat tidak harus di daerah pegunungan.

Tomat termasuk satu dari sepuluh komoditas unggulan sayuran. Menurut data Ditjen Hortikultura, Deptan, luas panen tomat sekitar 50.000—53.000 hektar (ha) per tahun. Sedangkan produksinya berkisar 630 ribu—658 ribu ton per tahun.

Sekitar 44% produksi nasional itu disumbang Provinsi Jabar. Hampir 40% produksi tomat di Jabar berasal dari Kabupaten Bandung, menyusul kemudian Garut dengan kontribusi hampir 30%. Di kedua kabupaten ini, sayuran buah tersebut banyak dibudidayakan di dataran tinggi. Dengan demikian, areal penanamannya bersaing dengan komoditas sayuran lainnya, seperti kentang dan kubis.

Tahan Panas dan Layu

Kini produsen benih tomat sudah menemukan varietas hibrida yang bisa diusahakan di dataran rendah. Keunggulannya, kecuali dalam produktivitas, juga tahan cuaca panas dan toleran terhadap penyakit layu bakteri. Dengan beredarnya varietas tersebut, petani dapat membudidayakan tomat sepanjang tahun, tanpa harus berkompetisi lagi dengan sayuran lain.

Menurut Dr. Ani Andayani, Kasubdit Sayuran Buah, Direktorat Sayuran dan Biofarmaka, Ditjen Hortikultura, Deptan, sekarang ada beberapa varietas unggul yang cocok dibudidayakan di dataran rendah dan toleran terhadap penyakit layu bakteri. “Misalnya, varietas Permata, Lentana, Bravo, Pluto, Monica, Regina, dan lain-lain,” sebut perakit tomat varietas Darajingga ini.

PT East West Seed Indonesia dan PT Tanindo Subur Prima, dua di antara beberapa produsen benih swasta yang mengeluaran produk untuk dataran rendah. Wakrimin, Product Manager PT East West Seed Indonesia, produsen benih hortikultura di Purwakarta, Jabar, menjelaskan, salah satu contoh varietas tomat dataran rendah terbaru perusahaannya adalah Tombatu F1. Buah tomat yang satu ini berbobot 90 gr, bentuk bulat lonjong, pundak buah lebih hijau, daging kering, dan warna merah seragam.

Tanamannya yang mempunyai tipe pertumbuhan terbatas (determinate) ini tahan terhadap serangan penyakit layu yang disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum dan layu akibat cendawan Fusarium oxysporum. Selain itu ia juga toleran menghadapi gempuran virus mosaik (ToMV).

Tombatu F1 disarankan untuk ditanam pada dataran rendah, 0—400 m di atas permukaan laut. Ia cocok diupayakan pada musim penghujan maupun kemarau. Produksi buahnya tinggi, sekitar 3—4 kg per tanaman.

Sementara itu dari Tanindo, sebagai contoh varietas Donna F1 dan Bravo F1. Keduanya dipromosikan tahan pada cuaca panas dan toleran terhadap penyakit layu. Khusus Donna, disebut-sebut tahan penyimpanan dan pengangkutan. Ia juga cukup genjah karena dalam umur 60 hari mulai dapat dipetik buahnya.

Yan Suhendar

 

                               Varietas Tomat Unggul Dataran Rendah

 

  Varietas    Umur Panen     Hasil                  Produsen

                   (HST)           (Ton/Ha)                      

  Tombatu F1       55—60               60—80                           East West Seed Indonesia

  Monica F1         70—80               60—80                           East West Seed Indonesia

  Regina F1          79—85               60—80                           East West Seed Indonesia

  Permata F1       70—80               50—70                           East West Seed Indonesia

  Ratna EWS        68—70               50—70                           East West Seed Indonesia

  Lentana F1        60—70               70—80                           East West Seed Indonesia

  Donna F1           +60                   4—4,5 kg/tan.               Tanindo Subur Prima

  Bravo F1           + 70                  5—6 kg/tan.                  Tanindo Subur Prima

  Glory F1            + 60                  3—5 kg/tan.                  Tanindo Subur Prima

  Pluto F1            + 55                  3—3,5 kg/tan.               Tanindo Subur Prima

 

Keterangan: HST (hari setelah tanam)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain