Tahun ini konsorsium lembaga riset dan perusahaan menggarap Oil Palm Genome Project.
Selama 30 tahun terakhir, untuk menghasilkan varietas kelapa sawit berproduktivitas tinggi, dilakukan melalui pemuliaan konvensional. Pemuliaan yang berbasis seleksi individu (dalam maupun antarpopulasi) dan progeni ini bisa menghasilkan 33 varietas berproduktivitas 7—11 ton crude palm oil (CPO) per atau minyak sawit mentah setiap hektar (ha).
Namun, kenyataannya, rata-rata produktivitas nasional baru sekitar 3,4 ton CPO per ha, di bawah potensi genetiknya. Memang ada beberapa perusahaan yang menghasilkan 5,6 ton. Padahal, secara teoritis, menurut Dr. Dwi Asmono, Direktur R&D PT Sampoerna Agro Tbk, potensi hasilnya bisa mencapai 18,2 ton. “Kelapa sawit merupakan mesin biologis yang sangat efisien dalam menghasilkan minyak nabati,” katanya, Januari lalu.
Selama ini, sejumlah perusahaan komersial kelapa sawit memperoleh benih dari delapan produsen benih nasional yang memproduksinya melalui pemuliaan konvensional. Dalam tiga tahun terakhir, permintaan tersebut cenderung meningkat. Namun krisis global yang mulai menerpa pada November 2008 membuat permintaan benih kelapa sawit menurun.
Meski permintaan benih sawit turun, sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian tetap berupaya menemukan varietas unggul melalui bioteknologi, terutama teknologi genomik (transgenik). Ke depan, program pemuliaan tidak hanya difokuskan pada peningkatan produktivitas, tetapi juga perbaikan rendemen, kualitas minyak (kaya karoten, protein, dan lemak), peninggian lambat, toleran hama-penyakit, dan adaptif terhadap lingkungan.
Teknologi genomik ini mencakup metode penentuan karakter tertentu dan pemuliaan molekuler. Melalui marker-assissted selection (MAS), yang berbasis informasi peta pautan genetik pada tingkat deoxyribonucleic acid (DNA) dan quantitative trait loci (QTL), karakter suatu individu dapat dideteksi lebih dini tanpa menunggu umur produktif.
Selain gen-gen pengendali karakter atau sifat dapat diketahui lebih dini dan akurat, melalui teknologi genomik ini proses pemuliaan tanaman bisa dipersingkat. Bandingkan dengan pemuliaan konvensional yang memakan waktu 7—10 tahun per satuan siklus.
Pada 2009 ini, 10 lembaga riset dan perusahaan kelapa sawit dunia bekerjasama untuk melakukan pemuliaan kelapa sawit secara molekuler. Mereka adalah CIRAD (Perancis), NEIKER (Spanyol), AAR (Malaysia), ADB (Malaysia), CENIPALMA (Kolumbia), EMBRAPA (Brasil), FASSB (Malaysia), dan tiga dari Indonesia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, PT Sampoerna Agro Tbk., dan PT SMART Tbk.).
Proyek ini dikenal dengan Oil Palm Genome Project (OPGP). Pada saat ini, menurut Dwi Asmono, yang disepakati OPGP Phase-A adalah difokuskan untuk mendapatkan metode molekuler yang bisa diterapkan dalam MAS. Kalau proyek fase A ini berhasil, proses pemuliaan menemukan benih unggul sesuai permintaan pasar akan lebih efisien.
Dari proyek ini diharapkan bisa dihasilkan pustaka lengkap cDNA dari pelbagai jenis kelapa sawit. Selain mengkonstruksi peta pautan genetik kelapa sawit, proyek ini juga antara lain ditujukan untuk mendeteksi gen yang terpaut dengan karakter tertentu, seperti gen pengatur resistensi terhadap penyakit Ganoderma, gen pengendali biosintesis minyak, gen pengendali produktivitas (minyak sawit), dan gen pengendali pertumbuhan tinggi.
“Riset sangat penting untuk mendukung industri kelapa sawit Indonesia,” kata Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, anggota Bidang Riset dan Lingkungan, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). Dan, “Klaim keberhasilan riset dan pengembangan kelapa sawit berbasis bioteknologi adalah harapan pengembangan bahan tanaman unggul,” tegas Dwi.
Syatrya Utama
Produksi Benih Kelapa Sawit di Indonesia No. Produsen 2006 2007 2008 2009 2. Socfindo 37.000.000 36.000.000 38.000.000 20.000.000 3. Lonsum 16.100.000 17.000.000 17.000.000 20.000.000 4. Dami Mas 16.000.000 18.000.000 20.000.000 20.500.000 5. Tunggal Yunus 4.638.609 11.000.000 12.000.000 20.000.000 6. Binasawit Makmur 9.677.905 15.000.000 20.000.000 14.000.000 7. Tania Selatan 800.000 1.300.000 3.000.000 7.000.000 8. Bhakti Tani Pratama 0 0 2.000.000 13.000.000
Catatan: Tahun 2009 adalah estimasi. Kapasitas produksi nasional 215 juta kecambah
Sumber: Rapat Forum Komunikasi Produsen Benih Kelapa Sawit (FKPB-KS). Data
dikutip dari Dr. Dwi Asmono (29 Januari 2009)