Umur 40 hari setelah tanam (HST), tanaman padi memasuki masa alias bunting. Ia butuh nutrisi cukup dan harus dalam kondisi sehat sehingga bisa berproduksi optimal.
Setelah melakukan pengolahan tanah, pembibitan, pemupukan, pengendalian hama/penyakit, dan penyiangan gulma secara tepat dan benar, saatnya petani menunggu malai padi bermunculan. Sayangnya, petani seringkali kurang memperhatikan fase yang penting ini, yaitu ketika tanaman mencapai umur 40—50 hari. Saat itulah tanaman perlu dijaga agar terhindar dari serangan hama/penyakit. Empat penyakit utama tanaman padi adalah bercak daun Cercospora sp., busuk pelepah Rhizoctonia sp., busuk batang Helminthosporium sp., dan gabah kotor (dirty panicle).
“Biasanya petani melakukan penyemprotan fungisida dengan tujuan agar bulir padi yang keluar benar-benar terlindungi dari serangan berbagai penyakit dan pengisian gabahnya berjalan optimal. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai fungisida yang sesuai. Namun pengendalian dengan Folicur Gold memberikan keuntungan lain,” ungkap Jarot Warseno, Rice Crop Manager Bayer CropScience.
Keuntungan yang diperoleh petani dengan penyemprotan Folicur Gold, imbuh dia, di antaranya, tanaman akan terlindungi dari berbagai serangan penyakit, daun bendera hijau sehat sehingga pengisian gabah sempurna. Folicur Gold juga meningkatkan kualitas gabah. Dengan kondisi tanaman yang prima akan berproduksi tinggi. Selain itu, saat pascapanen pun jumlah beras kepala yang dihasilkan akan memuaskan, tidak ada beras pecah yang banyak dikeluhkan para petani/pengusaha beras akhir-akhir ini.
Produksi Meningkat
Salam Wibowo, petani, penebas, pemilik penggilingan padi di Desa Cabean, Demak, Jateng, biasanya memanen padi 27 ton per 4 hektar (ha). Setelah menggunakan Folicur, hasil panennya jadi 31 ton. Selain itu, ketika padinya sudah tua dan waktu panen tiba, pertanamannya masih kelihatan hijau. Demikian juga daun benderanya. Kulit gabah lebih tipis, beras utuh lebih banyak dan tidak pecah.
Hal yang sama juga dialami Alim, petani, penebas, pemilik penggilingan padi di kawasan yang sama. Sebelumnya ia panen 12 ton per ha, setelah memanfaatkan Folicur memperoleh 14 ton. Saat panen daun bendera juga masih hijau. Dan jika gabah dipegang terasa lebih halus serta hasil beras utuhnya lebih banyak. Sikmanto, petani, penebas, pemilik penggilingan padi di Desa Bango, Demak pun membenarkan, “Panen yang lalu saya proses sekitar 300 ton gabah yang pakai Folicur. Hasilnya sangat bagus. Sekali pun gilingnya lebih dipercepat, berasnya tidak patah.”
Selain di Demak, petani di Grobogan juga telah menggunakan Folicur Gold. Di antaranya Suparno, penangkar, penebas, pemilik penggilingan padi di Desa Jati Lor, Godong, Kab. Grobogan, Jateng. “Meski warna kuning gabahnya di bawah produk lain, namun beras yang dihasilkan lebih banyak dan kualitasnya lebih baik, tidak patah-patah,” ungkapnya.
Lain lagi pengalaman Masrikan, pemilik penggilingan padi di Desa Godong, Purwodadi, Jateng. Setelah mengaplikasikan Folicur, produksi lebih tinggi ketimbang biasanya. “Setelah digiling, hasil beras yang diperoleh lebih tinggi 3— 4 kg tiap 100 kg gabah, berasnya bening, dan tidak patah,” jelas Masrikan.
Aplikasi Folicur Gold, menurut Jarot, dianjurkan dua kali, yaitu saat padi bunting atau 40—50 HST dan sewaktu malai sudah keluar 5% atau setiap rumpun telah keluar satu dua malai. Dosisnya 1,5 tutup botol kemasan Folicur Gold untuk tanki 15 l atau tepatnya 180 ml per ha.
Untung Jaya