Senin, 19 Januari 2009

Menangguk Rezeki Lebih Saat Imlek

Hari-hari besar berpeluang mendongkrak harga bandeng hingga lebih dari 65%. Hal ini memicu petambak menjadwal tebarnya agar bisa panen menjelang hari raya.

Sejumlah hari besar yang mendongkrak harga ikan berjuluk milkfish ini antara lain, Imlek dan Idul Fitri. Harga yang bagus juga datang menjelang bulan suci Ramadan (puasa) dan bulan Maulid. Wajar saja jika banyak petambak bandeng yang merencanakan penebaran bandengnya supaya bisa panen pada bulan-bulan tersebut.

Harga bandeng konsumsi ukuran 3—5 ekor per kg mencapai Rp15.000 per kg, padahal  biasanya sekitar Rp9.000. Khusus untuk keperluan Hari Raya Imlek, bandeng dibesarkan lebih lama, bergantung pada ukuran bandeng yang diinginkan. Mendekati Imlek, harga bandeng ukuran 1—1,5 kg per ekor berkisar Rp16.500— Rp20.000 per kg.

Untung Meningkat 100%

Salah seorang petani ikan yang menekuni usaha bandeng Imlek ini adalah Carwadi. Petambak asal Desa Bobos, Kec. Legon Kulon, Kab. Subang, Jabar, ini sejak dua tahun lalu mengusahakan 5 ha tambaknya guna memproduksi bandeng berukuran besar. Sedangkan 15 ha tambak lainnya, tetap digunakan untuk membudidayakan bandeng konsumsi ukuran 3—5 ekor per kg.

Menurut Carwadi, sebenarnya tidak ada yang berbeda dalam membudidayakan kedua jenis bandeng tersebut. Hanya saja, bandeng Imlek memerlukan waktu lebih lama. Tentu saja hal ini untuk mengejar ukuran bandeng yang diinginkan, yakni 800—1.500 gr per ekor. Jika bandeng biasa dipelihara selama 6—7 bulan, bandeng untuk keperluan Imlek perlu waktu 8 bulan.

Petani bandeng seperti Carwadi, biasanya sudah mulai menebar nener pada awal Februari untuk mendapatkan panen pada awal Ramadan. “Perkiraan kita, nanti saat munggah (sebelum puasa) bulan September, harga naik,” ujar sarjana perikanan lulusan Undip ini. Sedangkan untuk Imlek, ia menghitung mundur 8 bulan sebelumnya.

Harga bandeng mulai merambat naik menjelang Imlek, dan puncaknya terjadi seminggu sebelumnya. Dengan biaya produksi sekitar Rp7.600 per kg, keuntungan petambak bandeng bisa lebih dari 100%. Jauh lebih tinggi dibandingkan penjualan pada hari-hari lainnya yang sekitar Rp1.400 per kg.

Banyak Tantangan

Meskipun berpeluang menangguk keuntungan yang cukup besar, memproduksi bandeng untuk Imlek tak sepi kendala. Dibutuhkan biaya tak kurang dari Rp70 juta per ha, bahkan bisa lebih dari itu, “Karena bandeng yang saya panen kemarin itu baru berumur 7 bulan,” kata Carwadi. Pria berpenampilan sederhana ini terpaksa memanen lebih cepat karena tambaknya terancam banjir akibat air pasang dan hujan lebat.

Bagi Carwadi, banjir merupakan tantangan paling berat dalam usaha budidaya bandeng untuk keperluan Imlek. Pasalnya, setiap menjelang Imlek bertepatan dengan musim penghujan sehingga hujan turun dengan intensitas tinggi setiap hari. Meskipun begitu, ia mengaku tak pernah merugi. “Meskipun kena banjir, Alhamdulillah semuanya masih ketutup. Yah, inilah suka dukanya jadi petambak,” ujarnya.

Panen dini tentu saja berdampak terhadap besarnya keuntungan yang ia peroleh. Jika dipanen sesuai jadwal, yakni sekitar seminggu sebelum Imlek, Caswadi akan memperoleh harga terbaiknya, sekitar Rp16.500—Rp20.000 per kg. Namun, akibat dipanen 20 hari lebih awal, ia “hanya” memperoleh harga Rp12.500 per kg untuk bandeng ukuran besar dan Rp9.000 untuk bandeng kecil.

Kalau panen bisa tepat waktu, menurut perhitungannya, ia mampu meraup keuntungan hingga Rp80 juta per siklus atau Rp10 juta per bulan. Namun, karena banjir melanda tambaknya, dihitung-hitung perolehan labanya rata-rata Rp5,8 juta per bulan.  “Yah kita syukuri saja. Mungkin rezekinya baru segitu,” katanya pasrah.  

Kendalikan Rebon

Memelihara bandeng ala Caswadi tidak ada yang terlalu istimewa. Seperti petambak lainnya, ia mengeringkan tanah dasar selama 1—2 bulan, memberi  pupuk Phonska (NPK) sebanyak 50 kg per ha, dan  mengendalikan ikan liar yang masuk tambak dengan saponin. Ia  tidak membalik tanah dasar tambaknya karena strukturnya yang berpasir.

Menurut Caswadi, untuk pengelolaan air di lahan pasir seperti tambaknya, relatif tidak sulit. “Paling kita memberantas rebon. Kalau bisa bebas dari itu, Insya Allah aman,” katanya. Agar bandeng yang dipanen ukurannya rata, ia menggunakan ukuran nener yang seragam. Sortasi tidak ia lakukan karena menurutnya bandeng bukan ikan kanibal.

Bahaya lain justru datang dari sisa pakan yang mengendap di dasar tambak. Kotoran berbahaya ini sulit dikeluarkan bersama pergantian air akibat musim kemarau. Untuk menyiasatinya, probiotik menjadi andalannya. “Kita pakai bakteri yang dioplos dengan molase,” ujarnya membuka kiatnya. Perlakuan tersebut, berdasarkan pengalamannya, efektif untuk mengurangi sisa-sisa pakan.

Bila panen tepat sesuai jadwal, kelangsungan hidup bandeng bisa mencapai 90% dengan konversi pakan sekitar 1,3. Pembeli bandeng umumnya berasal dari Kab. Subang dengan sistem pembayaran 2—3 hari setelah ikan dibawa oleh pembeli. Panen masih ditangani oleh para pekerjanya, “Setelah di atas tanggul, kita lepas. Itu sudah urusan bakul (pembeli),” kata Caswadi.

Enny Purbani T., Tri Mardi

 

Boks. Analisis Usaha Bandeng Imlek per Ha

(7 Bulan per Siklus)

 

A. Biaya

-   Nener 30.000 x Rp65                            Rp  1.950.000

-   Pakan 394 sak x Rp157.000                  Rp61.858.000

-   Tenaga kerja untuk perbaikan tambak  Rp  4.500.000

-   Sewa lahan                                          Rp  3.000.000

                                             Jumlah        Rp71.308.000

 B. Panen

-  Bandeng besar (ukuran >800 gr per ekor)

   8.600 kg x Rp12.500                                Rp107.500.000

-  Bandeng kecil (ukuran 250 gr – 300 gr per ekor)

   500 kg x Rp9.000                                      Rp    4.500.000

-  Bandeng payus (ikan liar yang masuk ke tambak)

    20 kg x Rp8.000                                      Rp       160.000

                                               Jumlah          Rp112.160.000

 

C. Keuntungan

-  Panen –  Biaya

(Rp112.160.000 – Rp71.308.000)                    Rp  40.852.000

 

Sumber: Carwadi 2009 (diolah)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain