Senin, 22 Desember 2008

Perikanan Budidaya Kian Penting

Tahun depan, proyeksi produksi perikanan budidaya 7,36 juta ton, lebih tinggi daripada perikanan tangkap.

Persaingan perdagangan produk-produk perikanan di pasar global sangat ketat. Apalagi di tengah krisis global saat ini. Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan perikanan harus bekerja keras menghasilkan produk-produk perikanan yang super efisien, yang berkualitas sehingga diterima pasar dan dicintai konsumen, serta mengembangkan diversifikasi spesies dan produk olahan agar mampu membuka pasar yang lebih luas.

Freddy Numberi tetap optimistis. Di tengah krisis global ini, produk perikanan Indonesia masih cukup tangguh dan belum terkena imbasnya. Misalnya, beberapa komoditas seperti ikan nila dan patin, permintaannya untuk pasar Amerika Serikat justru meningkat. “Mudah-mudahan tidak ada masalah. Sebab, makan tidak bisa ditunda. Mungkin harganya yang menurun,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan itu, seusai membuka Indonesian Aquaculture (IndoAqua) 2008, di Yogyakarta, 18 November lalu.

Kebijakan DKP

IndoAqua 2008 merupakan momentum yang sangat penting bagi pemerintah, peneliti, perekayasa, masyarakat pembudidaya, dan pelaku usaha untuk meningkatkan kinerja perikanan budidaya. Menurut Dr. Ir. Lenny Syafei, MS, Ketua Panitia Penyelenggara dan juga Direktur Usaha Budidaya Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), kegiatan ini dilakukan paralel, yaitu seminar, pameran, dan temu bisnis.

Seminar diikuti sekitar 700 peserta yang terdiri dari peneliti, perekayasa, dosen, mahasiswa, pembudidaya maupun pelaku bisnis, termasuk anggota Shrimp Club Indonesia (SCI). Sedangkan pameran diikuti 55 peserta yang terdiri dari instansi pemerintah dari Yogyakarta, Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perikanan Budidaya, Balai Riset, Tambak Pandu Karawang, perusahaan swasta, dan dua penerbitan cetak nasional.

Memang, perikanan budidaya bakal menjadi andalan dalam memacu produksi perikanan nasional, ketimbang perikanan tangkap. Dalam pembangunan perikanan, “Kebijakan umum Departemen Kelautan dan Perikanan adalah pengendalian penangkapan, pengembangan akuakultur, dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan,” jelas Freddy.

Menurut Dr. Ir. Made L. Nurdjana, Dirjen Perikanan Budidaya DKP, peningkatan produksi perikanan budidaya dilakukan melalui ekstensifikasi (memperluas tambak) dan intensifikasi. Teknologi polikultur, yaitu mengombinasikan budidaya udang windu, ikan bandeng, dan rumput laut dalam satu tambak merupakan salah satu kegiatan intensifikasi.

Proyeksi Produksi

Menurut Pusat Data dan Informasi DKP, produksi perikanan tangkap dari 2005 sampai 2007 masih di atas produksi perikanan budidaya. Pada 2008, proyeksi produksi perikanan tangkap 5,35 juta ton, hampir mendekati produksi perikanan budidaya yang 5,07 juta ton. Namun, tahun depan, diproyeksikan produksi perikanan tangkap 5,46 juta ton, jauh di bawah proyeksi produksi perikanan budidaya, yang sekitar 7,36 juta ton.

Di masa mendatang, menurut Freddy, kebutuhan pangan, terutama dari perikanan terus meningkat, sejalan dengan pertambahan penduduk. Pada 2030, jumlah penduduk Indonesia 300 juta orang dan penduduk dunia 8 miliar orang. Pada saat ini konsumsi perikanan di Indonesia sekitar 25 kg per kapita per tahun. “Melalui kegiatan Indonesian Aquaculture ini diharapkan bisa memacu produksi perikanan dalam negeri,” imbuh Freddy.

Untuk memacu produksi perikanan budidaya, Iwan Sutanto, Ketua Umum SCI, meminta pemerintah menurunkan harga solar. “Kami meminta pemerintah menurunkan harga jual solar untuk mendukung 400 anggota SCI,” kata Iwan di sela-sela acara IndoAqua 2008.

Pelantikan Pengurus SCI

Pada acara IndoAqua 2008 dilakukan juga pelantikan pengurus SCI periode 2008-2012. Menurut Andi Tamsil, SCI yang beranggotakan sekitar 400 orang, merupakan organisasi pembudidaya udang intensif. “Petambak tradisional yang ada di sekitar petambak SCI, kita jadikan mitra. Kita tidak boleh berhasil sendiri. Kalau tetangga kita terkena penyakit, kita akan terkena juga,” kata Sekretaris Jenderal SCI itu pada acara IndoAqua.

Klub ini kian berpengaruh dalam bisnis perudangan di Indonesia. Pangsa produksi udang SCI mencapai sekitar 30% dari total produksi udang nasional, yang sekitar 332.000 ton. SCI ini sangat efektif berperan sebagai mediator. Melalui klub ini, para anggota bisa memberikan usulannya kepada pemerintah. Begitu juga sebaliknya. Melalui SCI ini, “Kita bisa menyampaikan keinginan kepada pemerintah, juga sebaliknya,” tegas Andi.

Perikanan budidaya kian penting. Produk perikanan ini telah membawa perubahan besar bagi industri pangan, yaitu menawarkan pasokan yang ajeg, harga relatif terjangkau, dan jenis produk yang sesuai selera konsumen. Melalui kegiatan seperti Indonesian Aquaculture 2008 ini, diharapkan kita bisa memacu produksi perikanan budidaya nasional, yang super efisien, berkualitas, dengan beragam spesies dan produk olahannya.

Syatrya Utama

 

 

SUSUNAN PENGURUS SCI PERIODE 2008 – 2012

 

Ketua Umum                  : Ir. Iwan Sutanto

Wakil Ketua I                 : Ir. H. Hardi Pitoyo

Wakil Ketua II                : Hasan Wijaya

Sekretaris Jenderal        : Dr. Andi Tamsil

Wakil Sekjen                 : Ir. H. Acep Dedi Effendi

Bendahara Umum           : Hadi Wiyono

Bendarahara I                : Angkawijaya

Bendahara II                  : Setiawan Wangunhardjo

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain