Meskipun masih sangat berat, Kabupaten Mojokerto, Jatim, bertekad menjadi salah satu sentra produksi kapas nasional pada masa mendatang.
Demikian diungkapkan Suwandi, Bupati Mojokerto, pada Sarasehan Petani Akselerasi Pengembangan Kapas se-Jawa Timur di Pendopo Kabupaten Agustus lalu. Saat ini dari target penanaman seluas 200 hektar (ha) sepanjang 2008, baru terealisasi sekitar 50 ha. Itu pun hanya di Kecamatan Dawarblandong.
Pencapaian yang hanya 25 persen itu menjadi latar belakang diadakannya sarasehan. Dari acara ini, Suwandi mengatakan, akan terjaring permasalahan di tingkat petani, koperasi dan pengelola kapas juga untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Kapas, serta menjalin kemitraan antarpemangku kepentingan kapas.
Sementara itu, Agus Hasanudin Rahman, Direktur Budidaya Tanaman Semusim, Ditjen Perkebunan, Deptan, menerangkan, pengembangan di Mojokerto masih dapat ditingkatkan karena tanaman penghasil serat ini bisa dikembangkan di hampir sebagian besar lahan. Apalagi, tanaman bernama ilmiah Gossypium spp. itu bukan termasuk kategori tanaman manja.
Kapas bisa ditanam berdampingan dengan tanaman palawija lainnya. Misalnya, kacang tanah dan kedelai. Umurnya enam bulan sehingga di sela-selanya juga memungkinkan ditanami jagung lantaran umur jagung hanya berkisar tiga sampai empat bulan.
Menjanjikan
Melihat kondisi Maka itu, budidaya tanaman kapas masih cukup menjanjikan. Selain dapat digunakan sebagai tanaman sela pada lahan pertanian tumpangsari, subsidi pemerintah untuk petani budidaya kapas juga sangat besar. “Apalagi bibit kapas disediakan secara gratis oleh pemerintah, dan 25 persen dari kebutuhan pupuk juga disubsidi,” kata Agus.
Selain itu, pembelian hasil panen difasilitasi pemerintah melalui kelompok-kelompok tani. Harga jualnya ditetapkan pemerintah. ''Harga kita tentukan di depan sehingga sejak menanam, petani sudah tahu berapa kapas itu akan kita beli," imbuh Agus.
Tahun ini harga kapas biji mencapai Rp3.000 per kg. Meningkat Rp500 per kg dari tahun lalu yang hanya Rp2.500. Tahun depan pemerintah bersepakat dengan para pemangku kepentingan kapas yang lain menaikkan lagi harga menjadi Rp3.500 per kg.
Joko Witono, petani kapas asal Kabupaten Pacitan, Jatim, mengatakan alokasi bibit gratis yang disediakan pemerintah mencapai 6 kg per ha. Jumlah tersebut mencukupi. “Di tempat saya hanya butuh tiga kilogram bibit untuk menanami setengah hektar, dan membutuhkan pupuk lima kilogram yang harganya Rp37.500 per kilo,” ujarnya
Dari pertanamannya, tahun ini Joko memanen 50 kg kapas dari lahan seluas setengah hektar miliknya. ''Hasilnya memang buruk karena banyak diserang hama. Padahal, tahun lalu panennya bisa mencapai 100 kg," jelasnya. Tanaman kapasnya dibudidayakan secara tumpangsari bersama kacang tanah dan jagung.
Produksi Joko jauh lebih rendah ketimbang petani di Banyuwangi. “Di Banyuwangi rata-rata per hektar mampu menghasilkan 1,45 ton kapas,” ujar Saiful, salah satu petani di sana. Terkait hal itu Agus mengakui, produktivitas tersebut masih sangat rendah dibandingkan dengan target pemerintah. ''Kita targetkan produktivitas rata-rata 2 ton per hektar,” jelasnya.
Yan Suhendar & Humas Ditjen Perkebunan, Deptan
Hasil Sarasehan Sarasehan yang diikuti 80 orang petani peserta Program Akselerasi Pengembangan Kapas berasal dari Lamongan, Pacitan, Mojokerto, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, dan Tuban. Dari hasil sarasehan yang menyangkut permasalahan on farm dan off farm kapas disepakati beberapa hal berikut untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengembangan kapas di Jatim: · Harga kapas berbiji yang telah ditetapkan minimal sebesar Rp3.000 per kg untuk panen musim 2008, supaya dinaikkan pada panen musim 2009 · Saprodi harus tersedia tepat waktu untuk musim tanam yang akan datang · Dana Bantuan Langsung pada Masyarakat (BLM) untuk akselerasi kapas supaya ditingkatkan · Kualitas pelayanan pembelian saprodi dan sarana pengendalian OPT supaya ditingkatkan · Supaya diupayakan bantuan untuk peningkatan fasilitas irigasi · Permodalan bagi petani supaya difasilitasi