Selasa, 25 Nopember 2008

2009, Momentum Pasar Domestik

India juga terimbas krisis global, tapi tidak sedramatis negara-negara Asia lainnya. Ini karena pasar domestiknya demikian besar, terutama oleh bergairahnya perekonomian rakyat dan pedesaan. Kekuatan ekonomi rakyat yang menjadi perisai ekonomi nasional India ini berkat pembangunan jaringan jalan raya yang sampai ke desa-desa. Negeri anak benua Asia itu sejak 2003 melaksanakan program menyambung 100 km jalan setiap hari untuk menjangkau semua desa berpenduduk lebih dari 1.000 jiwa.

Setelah lima tahun, program jaringan jalan senilai US$27 miliar itu sudah menghidupkan pasar di 60 juta kampung. Komoditasnya berkisar pada hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, serta agribisnis lainnya. Kini hasil keringat rakyat desa terserap ke pasar. Hazari Lal Negi, 55, petani dari Negara bagian Himachal Pradesh, India Utara, mengatakan, sebelum ada jaringan transportasi, hanya seperempat dari produknya yang bisa terjual. “Dulu kami harus berjalan kaki sepanjang malam, memanggul hasil bumi, menuju kota terdekat untuk mencegat angkutan truk” (Bloomberg 18/11). Keterjangkauan dan jalan transportasi antardesa dan antarkota itu mengisi 55% kehidupan ekonomi India.

China berpaling ke konsumsi domestik untuk menolong pertumbuhan ekonominya yang terjungkat krisis global. Untuk menguatkan daya beli orang kota, maka batas kena pajak penghasilan dinaikkan dan harga-harga dikendalikan. Untuk menggenjot produksi dan bisnis, kredit dilonggarkan. Investasi besar ditanamkan guna membangun prasarana di pedesaan. Pemerintah menyiapkan paket stimulus US$586 miliar selama dua tahun.  Tiga serangkai untuk menjaga pertumbuhan China 2009 pada 8—10% adalah konsumsi domestik (39%), investasi (37%), dan net exports (34%). Pertumbuhan ekonomi China tahun sebelumnya 11,9%. 

AGRINA pada Rabu 26 November akan menggelar Seminar Nasional “Agribusiness Outlook 2009” untuk mengajak para stakeholders agribisnis Indonesia menyikapi tahun 2009, terutama berkaitan dengan krisis finansial yang juga merembet ke Indonesia. Wakil Presiden M. Jusuf Kalla dan Menteri Pertanian Anton Apriyantono dijadwalkan berbicara pada seminar tersebut. Juga akan tampil sejumlah narasumber yang kompeten. Dalam sejarah krisis ekonomi, sejak zaman meleset 1930-an sampai krisis 1998, pertanian terbukti menjadi “sambung nyawa” kehidupan bangsa-bangsa. Maka dalam menatap 2009, menguak tabir gelap resesi dunia, kiranya para penyelenggara negara, terutama eksekutif, serta para pemangku kepentingan lainnya, sungguh-sungguh menghidupkan pasar domestik.

Kita telah berhasil swasembada pangan dan melakukan tindakan-tindakan benar dengan subsidi pupuk dan benih gratis. Presiden telah mengeluarkan sepuluh perintah untuk menghadapi krisis finansial. Tapi masih diperlukan tindakan strategis berkelanjutan. India melakukannya dengan menumpahkan dana investasi untuk prasarana jalan, mempertautkan pasar desa dan kota melalui jaringan tranportasi. Mengoptimalkan kekuatan sumberdaya alam dan ratusan juta manusia, dengan inovasi teknologi, untuk produksi hulu sampai hilir. China melonggarkan pajak dan kredit, mengendalikan harga, juga investasi besar di prasarana.    

Indonesia seperti juga China, India, adalah negara dengan populasi raksasa yang memang seharusnya mengandalkan pasar dalam negeri yang juga raksasa. Tapi berbeda dengan India dan China, yang negeri kontinental, Indonesia adalah negeri kepulauan sehingga untuk menghidupkan pasar domestik, tidak hanya  membangun jalan raya antar-kota sampai ke antar-desa, tapi membangun kembali pelayaran antar-pulau dan memancang dermaga-dermaga. Itu memang tindakan besar dengan ongkos sangat besar tapi strategis. Banyak jaringan irigasi, transportasi darat, dermaga, pelabuhan adalah peninggalan dari tindakan strategis Hindia Belanda.

Mandat setiap pemerintahan memang lima tahun. Tapi kinerja kepemerintahan yang baik, jangkauannya menembus sampai dua tiga generasi atau lebih jauh lagi. Sistem dan hasil pembangunannya teruji dan terpakai untuk masa yang panjang. Suprastruktur dan infrastruktur untuk berdikari dan menghidupkan pasar dalam negeri, bukan hanya menumbuhkan dukungan rakyat untuk meneruskan mandat, tapi juga menjadi “legacy” SBY yang menyejarah. Inilah momentumnya.

Daud Sinjal

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain