Selain memperluas pertanaman kapas hibrida, pemerintah juga menaikkan harga jual kapas petani untuk menggenjot produksi dalam negeri.
Deptan menargetkan penanaman kapas hibrida pada 2009 seluas 10.000 hektar (ha) di wilayah Sulawesi. Program ini, kata Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan, Deptan, sebagai upaya mengimbangi kebutuhan kapas yang meningkat bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Ia menambahkan, pemanfaatan benih hibrida tersebut untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kapas di Indonesia. "Saat ini produksi rata-rata lahan kapas nasional hanya dua ton per hektar, dan dengan benih hibrida diharapkan menjadi 2,5—3 ton,” katanya.
10% dari kebutuhan kapas
Selain di wilayah Sulsel, pengembangan kapas hibrida juga dilakukan di Jateng, Jatim, Yogyakarta, Nusatenggara Barat (NTB), dan Nusatenggara Timur (NTT) masing-masing seluas 50 ha sebagai demplot. Direncanakan, luas tanam di enam provinsi tersebut akan ditingkatkan menjadi 25.000 ha pada 2009.
Menanggapi benih hibrida yang harus didatangkan dari China, Mangga Barani mengatakan, selama dua tahun penanaman, industri benih diizinkan mengimpor. “Setelah dua tahun, mereka (produsen benih) wajib memproduksi di dalam negeri,” ucap Dirjen. Jadi, 2008 ini menjadi tahun terakhir bagi izin impor benih.
Nantinya produksi benih kapas hibrida dalam negeri akan dilakukan PT Supin Raya yang merupakan mitra produsen dari China dan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) Malang. “Dengan penanaman kapas hibrida, diharapkan produksi kapas nasional mencapai 50 ribu ton atau 10% dari kebutuhan dalam negeri yang sebesar 500 ribu ton per tahun,” jelas Mangga Barani.
Masih menurut Mangga Barani, petani akan diberi bantuan benih kapas yang didatangkan dari China tersebut secara cuma-cuma dan mendapatkan subsidi pupuk sebesar 25% dari harga jual. Dengan demikian petani hanya membayar 75% dari harga jual pupuk.
Selain penanaman benih hibrida, tahun depan direncanakan juga pengembangan kapas serat panjang seluas 1.000 ha di NTT. Kapas jenis serat panjang dinilai memiliki kualitas lebih bagus ketimbang jenis serat pendek yang saat ini banyak ditanam petani.
Harga Jual Naik
Pada 2009 nanti, kalangan industri, petani dan pemerintah menyepakati harga jual kapas dari petani ke industri kapas sebesar Rp4.000 per kg atau naik Rp1.000 dari patokan 2008. “Kesepakatan harga tersebut merupakan hasil pertemuan di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Harga baru ini dinilai sudah cukup bersaing dengan kapas impor," terang Mangga Barani.
Berdasarkan pantauan Dirjenbun, saat ini harga kapas impor untuk jenis kapas serat panjang lebih dari Rp15.000 per kg, sedangkan kapas berbiji Rp4.400 per kg. Selain menyaingi kapas impor, lanjutnya, harga jual kapas yang Rp4.000 per kg tersebut juga bersaing dengan komoditas pertanian lainnya seperti jagung. Saat ini harga jual jagung sekitar Rp2.500 per kg sehingga diharapkan petani kapas tidak beralih ke tanaman lain.
Data Ditjenbun mengatakan, potensi lahan yang sesuai untuk penanaman kapas di Indonesia sebenarnya mencapai 340 ribu ha tapi realisasinya masih sangat kecil. "Masalahnya, harga jual kapas selama ini kalah bersaing dengan komoditas lain sehingga tidak menarik petani menanamnya," kata Dirjen. Jika saja seluruh potensi lahan bisa ditanami kapas dengan produktivitas 2 ton per ha, Indonesia sebenarnya tak perlu impor lagi. "Saat ini kita merupakan eksportir sandang terbesar di dunia, sayangnya bahan bakunya impor semua," ucapnya.
Yan Suhendar & Humas Ditjen Perkebunan