Senin, 10 Nopember 2008

Rambon Super Pedaging Baru

Itik silangan baru ini cukup bongsor. Dalam waktu tiga bulan saja, bobot hidupnya mencapai 2,5 kg.

Itik yang oleh penyilangnya, H. Rosadi, disebut Rambon Super ini menghasilkan daging bertekstur lebih empuk dan gurih dibandingkan itik lokal. Selain itu, jenis itik ini  tidak terlalu banyak mengandung lemak seperti tetua jantannya sehingga cocok disuguhkan sebagai hidangan sehat.  Sejak berhasil disilangkan setahun lalu, daging Rambon Super ini telah diperkenalkan kepada khalayak dalam acara pameran di wilayah Cirebon, Jabar, dalam bentuk sup, sate, bahkan steik. Menurut H. Rosadi, peternak itik yang juga bendahara Kelompok Tani Itik Tigan Mekar di Kecamatan Panguragan, Kab. Cirebon, sambutan masyarakat terhadap silangan baru ini cukup baik.

Pertumbuhan Cepat

Ide menyilangkan itik lokal jenis rambon (itik tegal berwarna cokelat) dengan itik peking, cerita H. Rosadi, bermula dari banyaknya permintaan karkas unggas air ini yang dialamatkan ke kelompoknya. Harga karkas itik pada saat itu memang cukup menggiurkan, Rp35.000 per kg. Padahal, biaya produksi untuk menghasilkan itik hidup berbobot 1,7 kg hanya sekitar Rp22.000, yang terdiri dari biaya pemeliharaan, pakan, dan bibit umur sehari (day old duck -DOD).

Dengan sumberdaya itik yang ada di kelompok tani tersebut, pada akhir 2007, H. Rosadi mencoba menyilangkan itik rambon betina dan itik peking. Beberapa tahun lalu, KTI “Tigan Mekar” memang pernah mendapat bantuan itik peking sebanyak 500 ekor dari dinas peternakan setempat.  “Setelah dibagi-bagi ke anggota kelompok, sekarang tinggal 65 ekor,” jelas tamatan Pendidikan Guru Agama ini. Dari itik yang tersisa itulah ia kemudian mencoba menyilangkan dengan itik lokal kawasan Kec. Panguragan, Kab. Cirebon,  yaitu jenis itik rambon. Keturunannya beraneka ragam; putih, belang, hitam, alisan (mempunyai alis), branjangan (cokelat pucat), dan jarukan (albino).

Masih menurut H. Rosadi, untuk mendapatkan satu kilo karkas itik, dibutuhkan itik hidup berbobot 1,7 kg. Nah, untuk mencapai ukuran bobot hidup sebesar itu, itik lokal membutuhkan waktu 5 bulan. “Kami pernah mencoba juga menyilangkan itik Mojosari dengan itik Alabio. Bobot yang dihasilkan selama tiga bulan hanya 1,7 kg,” jelasnya. Berbeda dengan Rambon Super  yang dapat mencapai bobot 2,5 kg dalam waktu yang sama.

Cari yang Terbaik

Untuk menghasilkan Rambon Super, dibutuhkan induk rambon betina dan itik peking jantan. “Jika dibalik (rambon jantan, peking betina), hasilnya kurang memuaskan,” beber Rosadi. Perbandingannya, 10 (betina) : 1 (jantan). Metode perkawinannya masih tergolong tradisional, yakni diumbar dalam areal yang dibatasi pagar bambu.

Setelah menghasilkan telur, kemudian dimasukkan dalam mesin tetas. Berdasarkan pengamatannya, tingkat penetasan telur Rambon Super cukup tinggi, yakni 90% dari 200 butir per siklus penetasan. Untuk itu, selain memperhatikan suhu yang cocok, ia juga menggunakan  disinfektan yang disemprotkan saat telur masih berada dalam mesin tetas. Seekor DOD Rambon Super laku dijual dengan harga Rp5.000. Lebih mahal dibandingkan DOD itik lokal yang cuma dihargai Rp3.000 per ekor. Namun demikian, H. Rosadi menambahkan, persilangan yang dilakukannya masih bersifat uji coba. Ia belum memproduksi DOD Rambon Super maupun rambon dewasa pedaging dalam jumlah banyak. “Saya masih ingin mencari, jenis mana yang paling baik pertumbuhannya,” jelas peternak yang juga petani lele ini. Tak heran jika di kandangnya yang tak seberapa luas di kawasan Desa Kroya, Kec. Panguragan, Kab. Cirebon, ini dipelihara Rambon Super dari berbagai stadia umur, dari DOD hingga dewasa.

Enny Purbani T.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain